Bagian 26 : Part Of Me

1K 40 1
                                    

Budayakan Vote sebelum membaca dan berikan komentarmu setelah membaca. Please untuk tidak menjadi silent reader dalam cerita saya.

🍃🍃🍃🍃🍃🍃🍃

Yang tidak dapat dibuat adalah hal yang tidak dapat dihancurkan.
-Vana Illusion.

Drt…drt…
Arlando yang baru saja menuruni tangga merogoh saku celana abu abu nya mengeluarkan benda persegi yang terus bergetar di dalam sakunya, Arlando mengerutkan dahinya saat ia melihat nama yang tertera di layar ponselnya. “Kak Lyan? Bukannya dia baru berangkat ke butik? Kenapa dia hubungi gue?”. Gumam Arlando.

Tak membiarkan ponselnya terus bergetar semakin lama, ia mengeser layar ponselnya ke kiri lalu mengarahkan benda tersebut kesamping telinganya.

“Kenapa lagi sih lo?”

“Eeh kunyuk, sopan yah lo ngomong sama kakak lo.” Maki Lyan dari seberang sana.

Arlando mencibir dalam hati. “Iya iya, ada apa kakak ku yang paling cantik seantero jagat raya?”

“Jijik gue denger lo ngomong kaya gitu. Ambilin buku desain gue di meja makan, gue perlu banget buku desain itu hari ini.”

“Kenapa Lo gak balik kerumah aja sih?”

“Gue udah nyampe butik, yak kali Gue balik pulang lagi. Anterin ke butik Kakak yah Adek Kakak yang paling tampan seantero jagat raya.” Ucap Lyan sambil terkikik.

“Ngehe Lu jadi Kakak.” Cibir Arlando saat pangilan terputus.
Dengan cepat Arlando berbalik ke arah ruang makan, Arlando mengedarkan pandangannya mencari buku desain Lyan. “Dasar tua, bilangnya di meja makan padahal Dia ngeletakinnya di meja dekat dapur.” Rutuk Arlando.

Tak mau berlama lama menyumpahi kelalaian Lyan, Arlando dengan cepat melangkah kan kakinya menuju garasi untuk mengeluarkan mobil nya. Jika ia tidak berangkat lebih cepat menuju butik Lyan maka bisa dipastikan Arlando akan terlambat untuk masuk sekolah pagi ini.

Baru saja Arlando ingin menjalankan mobilnya ponselnya kembali bergetar membuat Dia mendengus kesal. Pasti Kak Lyan gak sabaran nih, pikir Arlando.

“Kenapa nih cewek ngehubungin Gue?” Arlando bertanya tanya saat ia melihat nama Mika tertera di layar ponselnya. Arlando menggeser layar ponselnya lalu mendekatkannya ketelingannya.

“Ada apa?” suara Arlando yang terkesan dingin tak membuat Mika yang berada di seberang sana membatalkan niat nya.

“Pagi Arlando.” Sapa Mika semanis mungkin.

To the point aja!”

“Iih… ini masih pagi tau, gak usah ketus ketus gitu kek ngomongnya.” Nada suara Mika membuat Arlando berniat mengakhiri panggilan tak penting ini.

“Gue matiin nih panggilannya,”

“Iya iya. Aku boleh gak berangkat ke sekolah nebeng sama Kamu?”
Arlando mendengus nafas tak suka. Hampir setiap pagi Mika selalu meminta Arlando untuk menjemput atau mengantarnya pulang dengan berbagai alasan, namun Arlando selalu menolak permintaan Mika dan ia akui jika Mika pantang menyerah, namun Arlando menganggap kegigihannya tersebut menunjukan seberapa gampangannya Mika.

Terlebih lagi sikap Mika yang seperti itu bukan hanya ditujukan kepada Arlando, hampir seluruh pria berpengaruh di sekolah mereka di dekati oleh Mika.

“Kenapa lagi? Supir Lo sakit lagi? Mobil Lo tiba tiba di maling? Atau mobil Lo habis kebakaran?” Arlando sudah hapal akan semua alasan Mika. Emang di kota ini taksi udah berhenti beroperasi semua? Apa semua transportasi online udah di hapus? Dan jika iya, memangnya Mika gak bisa gitu minta tolong di jemput sama teman temannya?.

VANA ILLUSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang