Bagian 11 : Nightmare

1.4K 88 9
                                    

“Karena mencintai adalah hal yang paling indah yang ada di dunia ini, walaupun 1001 rasa sakit akan ikut hadir bersama dengannya saat kau memutuskan untuk jatuh cinta.”
-Vana Illusion.

Warning : Typo bertebaran

*****

“Gak. Tolong…. Ahhh…. Tolong lepaskan aku..” dengan  mata masih tertutup  Iva menggeliat di atas tempat tidurnya sambil terisak. Iva terus berteriak memohon sambil menangis, setiap malam selama setahun ini Iva tidak pernah dapat tidur dengan pulas. Kejadian satu tahun lalu selalu datang dalam mimpi Iva.

Ini lah kata yang cukup untuk menggambarkan kehidupan Iva selama  setahun setelah kejadian itu, “Menderita” adalah kata yang mampu mewakili perasaan Iva selama setahun ini.

Nathan yang masih terjaga di dalam kamar nya meskipun jam sudah menunjukan pukul 02:13 dini hari, segera menghampiri kamar Iva yang berada di antara kamar Nathan dan Nanda ketika mendengar suara Iva yang menangis.

Nathan baru saja keluar dari pintu kamar nya, dan ternyata bukan hanya Nathan yang terbangun namun Nanda juga terbangun mendengar suara Iva. Mereka masuk kedalam kamar Iva yang tidak terkunci, dan hal itu memang disengaja oleh Iva karna hampir tiap malam ia mengalami mimpi buruk.

Nathan dan Nanda yang sudah berada di samping ranjang Iva berusaha untuk membangunkan Iva yang masih menangis.

“Dek. Bangun dek.” Ucap Nathan sambil mengguncang tubuh Iva.

“Tolong lepaskan aku, tolong.” Iva masih terus menangis memohon.

“Iva. Bangun.” Kini Nanda yang mencoba membangunkan Iva, sambil menepuk pipi Iva.

Iva yang merasa pipinya ditepuk-tepuk membuka kedua mata nya dan melihat Nanda dan Nathan yang berada di sampingnya dengan raut wajah cemas. Iva langsung memeluk Nathan yang berada di sampingnya dan kembali menangis.

Nanda turun dari atas tempat tidur Iva dan berjalan ke arah laci nakas dan mengambil sesuatu dari dalam tersebut.

“Sttt… udah jangan nangis lagi.” Ucap Nathan sambil mengelus kepala Iva.

Nanda sudah kembali kesamping ranjang Iva dan menjulurkan segelas air minum beserta sebuah pil penenang.

“Minum dulu dek.” Perintah Nanda.

Iva melepaskan pelukannya dari Nathan dan menerima pil beserta air minum yang di berikan Nanda.
Menyedihkan bukan. Iva hanya dapat mengandalkan pil  penenang agar ia berhenti menangis. Setelah meminum pil tersebut, Iva memberikan gelas itu kepada Nanda. “Maafin Iva ya bang, udah bikin abang repot ngurusin Iva.” Ucap Iva sambil menundukkan kepalanya.

Mendengar ucapan Iva, Nanda kembali menghamoiri Iva setelah meletakkan gelas tadi di atas nakas. “Gak ada yang kamu repotin kok. Abang sama bang Nathan gak merasa di repotin kok” jelas Nanda.

“Nanda benar. Kamu itu udah jadi tanggung jawab abang sama bang Nanda.” tukas Nathan.

“Udah kamu tidur lagi yah ini masih jam 2 pagi.” Perintah Nathan sambil menyelimuti tubuh Iva, lalu mereka keluar dari kamar Iva.

“Syukur mama sama papa gak kebangun dengar suara Iva tadi.” Ucap Nanda dengan menghembuskan napas lega. Perkataan Nanda hanya di angguki oleh Nathan.

Memang kamar kedua orang tua mereka ada di lantai satu, sedangkan kamar mereka di lantai dua, sehingga suara dari lantai dua tidak akan terdengar kekamar orang tua mereka.

Nanda dan Nathan kembali ke kamar mereka masing-masing.
Satu tahun Iva jalani dengan homeschooling, ia selama hampir delapan bulan tidak pernah keluardari rumahnya, iya takut apabila ia bertemu dengan pria lain. Bahkan pernah Allysa, ibu Iva membawa Iva pergi berbelanja, namun tidak sengaja seorang pria menyenggol tubuh Iva, dan Iva seketika pingsan karna sentuhan tak sengaja itu.

VANA ILLUSION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang