Mobil yang dikemudikan Laurent melintasi jalanan kota Berlin setelah kurang lebih terkena macet selama 30 menit. Saat ini situasi sedang lenggang. Matahari yang cerah membuat Aifa menikmati pemandangan kota di kedua matanya.Aifa tidak bisa berhenti tersenyum. Apalagi dengan mudahnya ia bertemu dengan Rex begitu mengetahui pria itu sedang berada disebuah pinggiran danau di layar ponselnya setelah berhasil memasang alat pelacak padanya.
"Kak Laurent! Berhenti! Berhenti!"
Citttt... Suara decitan ban mobil terdengar. Dengan terpaksa Laurent menepikan mobilnya. Laurent terheran-heran dan segera menatap Aifa yang ada di sampingnya.
"Ada apa nona muda? Anda benar-benar membuat saya khawatir."
"Rex kak Laurent! Rex!"
"Iya kenapa dia? Katakan saja."
"Ini." Aifa memperlihatkan ponselnya. Sebuah tanda merah yang menjadi keberadaan posisi Rex saat ini. "Kamu berhasil Kak Laurent! Kerjamu sangat bagus sehingga dengan mudahnya aku selalu tahu dimana keberadaan Rex. Lihat, sekarang dia berubah posisi. Dia ada di minimarket!"
Laurent memperhatikan posisi alat pelacak yang diam-diam Laurent pasang pada jam tangan Rex ketika tanpa pria itu sadari saat meninggalkannya di kamar tidur.
Setelah mengetahui bahwa Rex berada di satu negara dengannya, saat itu juga Aifa menyuruh Laurent untuk melakukan tugasnya. Seperti yang di ketahui bahwa hal apapun yang ada didunia ini dengan mudahnya keinginan Aifa harus segera terlaksana.
"Baiklah, kita kesana saat sekarang."
🦋🦋🦋🦋
Rex sibuk mendorong troli yang sudah berisi keperluannya selama berlibur di Villa. Sama seperti sebelumnya, ketenangan dan merehatkan diri adalah kedamaian yang ia butuhkan.
"Rex!"
Rex mengentikan langkahnya. Ia menoleh kebelakang dan terkejut bahwa wanita yang seharusnya ia hindari selama beberapa hari ini kembali menmpakan batang hidungnya.
"Asalamualaikum Rex! Alhamdulillah ketemu lagi."
"Wa'alaikumussalam."
"Rex lagi ngapain?"
"Rex lagi belanja? Belanja apa?"
Aifa melirik kearah isi troli Rex. Pria itu tetap diam. Ia mengabaikan Aifa lalu kembali mendorong trolinya dengan cepat menuju kasir.
"Rex, kok Aifa di tinggal!"
Aifa tidak peduli. Ia menghadang jalan Rex. Lalu mengeluarkan dengan paksa semua isi belanjaan Rex.
Rex menatap Aifa dengan tajam. "Apa yang kamu lakukan?!"
"Aifa sayang sama Rex. Aifa tidak mau Rex sakit. Aifa gak suka Rex belanja kebutuhan makanan instan. Gak sehat."
"Pergi dari sini." ketus Rex.
"Aifa tidak mau pergi. Aifa sayang sama Rex. Aifa mau ketemu sama Rex."
"Aifa kangen sama Rex."
Rex tetap mengabaikan Aifa sehingga menganggap bahwa Aifa itu tidak ada. Ia menuju kasir, lalu kekesalannya bertambah ketika dengan cepat Aifa menerobosnya terlebih dahulu kemudian menyerahkan semua isi trolinya pada pramuniaga wanita muda.
"Rex harus tetap jaga kesehatan. Rex kan bertubuh bidang. Rex punya otot seksi. Rex harus tetap bugar. Nih lihat, Aifa pilihkan bahan-bahan yang sehat, sayuran dan buah-buahan."
Rex benar-benar membenci keberadaan Aifa yang banyak mengaturnya. Rex memilih pergi dari sana sementara Aifa sibuk membayar semua belanjaan yang ia pilih.
Rex sudah sampai parkiran. Aifa tergopoh-gopoh mengejar langkahnya dan tanpa diduga membuka pintu mobil Rex bagian belakang.
Rex membulatkan kedua matanya tak percaya. Rahangnya mengeras lalu membuka pintu mobilnya dan menatap Aifa dengan dingin.
"Keluar!"
"Kok Aifa di usir?"
"Keluar!"
"Aifa tidak mau pergi. Aifa-"
"Sebenarnya apa mau mu?!"
"Aifa mau bersama Rex."
Rex terdiam. Kedua mata Aifa dan tatapan wanita itu benar-benar menyentuh hatinya yang paling terdalam. Rex menghela napas. Ia berusha menepisnya.
"Jangan pernah berharap apapun denganku."
"Kenapa? Aifa berharap sama Allah. Bukan sama Rex. Sekarang Aifa cuma lagi berusaha buat bersama Rex. Aifa sudah berdoa. Berarti Aifa juga perlu usaha kan?"
"Itu tidak akan terjadi."
"Kok gitu?" Aifa mencengkram ujung hijabnya. Berusaha menahan diri untuk tidak menangis. "Dulu Rex cinta sama Aifa. Dulu Rex sayang sama Aifa. Kenapa sekarang Rex berubah? Rex ada wanita lain?"
"Apakah wanita itu lebih baik dari Aifa?"
"Apakah wanita itu sudah membuat Rex berpaling dari Aifa?"
"Apakah dia cantik?"
"4 tahun Aifa tidak pernah berpaling sama Rex. 4 tahun Aifa menjaga cinta dan hati Aifa hanya untuk Rex. Banyak pria yang deketin Aifa. Tapi Aifa gak mau."
Rex merasa muak. Ia malah menutup dengan kasar pintu mobilnya. Lalu memilih menghubungi Davi. Asisten pribadinya.
"Rex. Jangan pergi."
Aifa keluar dari mobil Rex. Rex bisa melihat bulir air mata terlihat jelas menempel di bulu mata lentik Aifa.
"Maafin Aifa. Aifa sudah bikin Rex marah. Aifa akan pulang saat ini juga."
"Tapi Rex janji ya. Jangan makan yang tidak sehat. Aifa gak mau Rex sakit."
"Asalamualaikum Rex."
Dan Aifa pergi. Ia berusha menahan diri untuk tidak menangis tapi sayangnya gagal. Aifa tidak mengerti kenapa Rex berubah setelah sekian lama tidak bertemu?
Aifa dipenuhi tanda tanya. Segala macam tentang wanita lain yang mengisi hati Rex selain dirinya membuat Aifa berusaha menahan rasa cemburunya.
Aifa mendongakan wajahnya menatap langit biru. Lalu kembali menundukkan wajahnya. Ia menatap cincin di jarinya yang pernah Rex berikan padanya 4 tahun yang lalu.
"Rex boleh usir Aifa seperti tadi. Tapi Aifa bisa lihat kok kalau tatapan Rex tadi masih menyimpan rasa cinta sama Aifa. Aifa yakin. Aifa gak salah. Rex masih cinta sama Aifa. Mungkin Aifa disuruh Allah untuk bersabar dulu."
___
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (١٥٣)
"Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar." (Qs Al Baqarah : 153)
🦋🦋🦋🦋
Kok dikit? Iya.. tapi ngena dihati😭. Sabar ya ikutin alur ini. Ini kisah Aifa yang begitu mencintai Rex. Tentang Aifa yang mengeejar-ngejar cinta masalalunya. Cinta pertama dan terakhirnya ketika Allah mengujinya dengan arti kata Sabar.
Terima kasih sudah baca. Sehat selalu buat kalian ya.
With Love 💋
LiaRezaVahlefi
lia_rezaa_vahlefii
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I Love You
RomanceAifa selalu menjunjung tinggi kehormatan yang selalu ia jaga demi calon masa depan yang akan menikah dengannya. Tak hanya itu, paras yang cantik, kekayaan yang di miliki, bahkan di ratukan oleh orang-orang di sekitarnya membuat hidup Aifa terlihat s...