Kedua kakak beradik itu duduk di salah satu pojok kantin, mereka sudah sibuk dengan makanannya masing-masing di atas meja. Sesekali mereka mengobrol membicarakan hal-hal random sambil tertawa-tawa.
Untuk seorang Mark yang terkenal jarang tertawa di dalam kampus, orang-orang yang mengenalnya hanya bisa mengerjap kagum saat mereka tak sengaja melihat Mark tertawa bersama salah satu abangnya itu.
Semuanya jadi betah berlama-lama di kantin untuk menyaksikan lebih banyak lagi tawa dari wajah dingin lelaki berdarah campuran itu.
Tapi Mark tak peduli sama sekali dengan keributan yang terjadi di sekitarnya, ia tetap saja fokus mengobrol dengan sang abang sampai akhirnya, putri tidur yang tadi sempat mampir ke dalam pikirannya, berjalan melewatinya bersama beberapa orang yang Mark sudah cukup kenal karena sama-sama menjadi panitia seminar tempo hari.
Jaehyun yang melihat Mark tiba-tiba berhenti tertawa, jadi mengikuti arah pandangan adiknya itu, begitu ia melihat kalau seseorang yang menarik perhatian adiknya itu seorang gadis, tanpa sadar ia tersenyum lebar. Diam-diam dia lega, ternyata adiknya punya rasa ketertarikan juga pada wanita.
Mark masih saja memperhatikan Koeun berjalan sampai akhirnya duduk di salah satu meja kantin yang terletak tak begitu jauh dari tempatnya duduk saat ini.
"Siapa? Pedekatean?" Tanya Jaehyun dengan nada jahil.
Mark tersentak, ia segera mengalihkan pandangannya dari Koeun lalu menatap kakaknya dengan mata membulat karena kaget, "Siapa apanya?"
"Itu yang tadi lo liatin. Gitu banget ngeliatinnya."
Mark berdeham, "Bukan siapa-siapa."
Jaehyun mengulum senyum. Ia jadi tidak sabar untuk melaporkannya pada Johnny. Ternyata niat isengnya untuk main ke kampus dan merecoki adiknya adalah pilihan yang tepat. Kini ia jadi melihat ekspresi adiknya ketika kepergok memperhatian seorang gadis.
Ia yang sudah selesai makan kemudian berdiri lalu menepuk pundak Mark, "Kalo gitu gue balik duluan, gue mau lanjut ke lokasi penelitian."
Mark mendongakkan kepalanya menatap Jaehyun lalu mengangguk. "Hati-hati."
Jaehyun mengangguk, lalu ia membungkuk sedikit dan berbisik, "Sebentar lagi kayaknya mau hujan, mending lo jadiin itu alasan buat nganterin dia pulang."
Mark terdiam. Mencoba mencerna setiap kata yang baru saja diucapkan oleh sang kakak. Ia kemudian mengalihkan lagi pandangannya ke arah sang putri tidur.
Mungkin ide yang diucapkan kakaknya boleh juga untuk dicoba.
"Good luck, dek."
.
.
Selesai rapat, Dino yang sepertinya hari ini sedang good mood, mengajak seluruh anggotanya untuk makan siang bersama di kantin. Koeun yang setelah dipikir-pikir belum makan sejak tadi pagi pun menyetujui mengikuti rombongan divisinya itu.
Mereka berjalan bersama ke arah kantin, Arin bertemu beberapa temannya di tengah jalan lalu terlihat mengobrol seru sebentar. Mereka menunggu perempuan cantik itu sampai selesai mengobrol lalu kembali melanjutkan jalan menuju kantin.
Arin berjalan bersisian dengan Koeun lalu mengerling heboh, "Eun, tadi kata temen gue, Mark lagi makan bareng kakaknya di kantin."
Koeun menatapnya datar, "Terus?"
Arin berdecak, "Lo gak tau kan seganteng apa abangnya Mark?"
"Ya kalo ganteng terus kenapa?"
Arin menghentakkan langkahnya kesal, "Gak asik ah!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch - Markoeun
FanfictionIf you couldn't feel it through my emotional expression, so, how about through this kind of touch?