Arin melihat semuanya.
Mulai dari ciuman singkat dengan lumatan kecil, sampai adegan berpangkuan di kursi kemudi. Dari kejauhan saja ia bisa merasakan dengan jelas gairah macam apa yang kedua orang itu sedang rasakan sekarang.
Kalau memang apa yang dikatakan oleh Yeri itu benar adanya, mereka berhubungan seintim itu tanpa ikatan apapun, apa yang dilakukan oleh keduanya sudah sangatlah tidak sehat.
Keduanya seakan hanya memanfaatkan kehangatan satu sama lain tanpa ada tujuan apapun.
Seketika timbul rasa kesal dalam diri Arin, kalau Koeun tidak becus untuk mencintai Mark, mengapa tidak dirinya saja yang kini ada di posisi gadis itu saat ini?
Kalau ia ada di posisi Koeun, ia pasti akan membalas perasaan Mark dengan berkali lipat lebih banyak. Bukan hanya sekadar menikmati kehangatan yang diberikan oleh lelaki itu.
Rasanya air mata dari kedua pelupuk matanya terasa hampir menetes. Melihat mereka bergandengan tangan saja sudah membuatnya sakit hati, kini melihat kemesraan mereka yang belum juga berakhir sejak bermenit-menit lalu sama saja seperti ada pisau yang mengiris hatinya.
Rasanya ia tidak rela melihat Mark mencurahkan begitu banyak perasaannya pada gadis yang tidak jelas membalas perasaannya atau tidak.
Saking terlarutnya ia pada gemuruh di hati serta pikirannya, ia tak sadar bahwa ada seorang lelaki yang kini sudah berdiri di sampingnya. Menatap ke arah yang sama seperti yang dilihat oleh Arin saat ini.
"Mereka bener-bener ciuman di mana aja ya."
Suara itu menarik kembali kesadaran Arin, ia menengok, dan mendapati Rocky yang sudah berdiri di sampingnya.
Rocky meliriknya, "Halo Rin. Asik ya nontonin orang lagi mesum gitu."
Arin mendengus.
"Ini bukan pertama kali gue liat mereka mesra-mesraan kayak gitu di kampus."
"Lo udah pernah liat sebelumnya?" Tanya Arin.
Rocky mengangguk, "Iya, minggu lalu, di sekret."
Arin tertawa sinis, "Mereka bener-bener lagi kebanyakan hormon."
"Tapi gara-gara liat itu, gue jadi tertarik sama ceweknya Mark."
"Hah?"
Rocky tersenyum miring, "Gue penasaran, gimana rasanya bisa bebas nyium bibir manis cewek itu."
Arin diam.
Matanya masih memandangi kedua orang itu yang kini sedang berpelukan, masih dengan Koeun berada di atas pangkuan Mark.
"Ya lo cobain aja." Jawab Arin acuh tak acuh.
"Hmmm, kerjasama yuk."
"Maksudnya?"
"Lo suka sama Mark?" Tembak Rocky langsung.
Dari mana lelaki ini tahu?
"Yah, siapa sih yang gak suka bule ganteng kayak dia." Lanjut Rocky sembari mengedikkan bahunya.
Ah, hanya asal menebak saja rupanya.
"Kerjasama gimana maksud lo?" Tanya Arin.
"Gue deketin ceweknya, dan lo deketin cowoknya."
"Terus?"
"Kalo beruntung, kita bisa masing-masing nikmatin apa yang sekarang mereka berdua lagi lakuin."
Arin melirik Rocky, berpikir.
Idenya tidak buruk juga.
Ia kembali mengedarkan pandangannya ke dalam mobil Mark lagi yang sepertinya kini keduanya sudah mulai kembali pada kewarasan masing-masing dan bersiap untuk pulang.
Keduanya membetulkan posisi duduk masing-masing sembari mengobrol dan tertawa kecil, layaknya pasangan normal yang senang bergurau, seakan kemesraan yang tadi Arin tonton tidak pernah terjadi.
Jujur saja, ia masih berpikir kalau dialah yang lebih pantas duduk di situ dibandingkan dengan Koeun.
.
.
Mini spin off—Mark dan Kak Jae yang iseng pingin nonton konser rock, tapi malah bikin keributan di kursi penonton karna menarik perhatian semua cewek yang ada di sana.
Alhasil keduanya terpaksa pulang duluan daripada bikin huru-hara, ngeri ah bikin rusuh konsernya rocker.
Terus ya udah mereka milih jalan-jalan sekitar hall konser nyari bubur ayam —biar bule tapi seleranya lokal cuy.
P.S. Kak Jae, rambutnya udah mulai pirang tuuhh buruan dicat lagi kayak Mark tuh totally black biar nggak terlalu keliatan bulenya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch - Markoeun
FanfictionIf you couldn't feel it through my emotional expression, so, how about through this kind of touch?