"Kesel Mark! Dino kok jahil banget sih malah nyuruh gue di sporta, padahal gue bisa jadi panitia di acara lo." Kata Koeun menyuarakan protesnya pada lelaki yang kini sedang mengemudi dengan tenang itu.
Mereka sedang dalam perjalanan pulang.
Kali ini Koeun menuruti permintaan Mark untuk membawanya ke rumah. Lagipula, besok libur. Tidak ada mengajar maupun kuliah.
Ditambah lagi, Koeun sudah lama tidak menghabiskan banyak waktu berdua dengan lelaki itu.
Mark tertawa kecil mendengar omelan Koeun, "Dino emang gitu, dari dulu sering jahil."
"Pas gue minta tukeran sama Arin, Dino malah nolak mentah-mentah, katanya keenakan di gue bisa kerja sambil deket lo."
"Apa yang Dino bilang emang bener sih, Eun. Kalo lo yang jadi panitia, bisa-bisa gue nggak fokus."
Koeun berdecak, tapi tidak bisa membantah juga karena sebenarnya ia mengerti perkataan lelaki itu.
Waktu ia menemani Mark bekerja saja, dia sama sekali tidak fokus pada hal lain, seharian yang diperhatikan hanya lelaki itu saja.
"Ya udah, kan malem ini lo nginep di rumah gue, kita bisa ngabisin waktu bareng sampe besok." Ucap Mark dengan nada menenangkan sembari menepuk-nepuk pelan puncak kepala gadis di sampingnya itu.
"Abang-abang lo emang pada ke mana?"
"Abang lagi shift malem di IGD, kalo kakak lagi liburan ke Bali."
"Liburan? Penelitiannya?"
"Nggak tau tuh, katanya dia stress jadi mau liburan dulu sebentar ngilangin penat."
Koeun manggut-manggut.
"Nanti makan malem gue yang masak ya."
Koeun menoleh cepat pada Mark, takut salah dengar, "Apa Mark? Lo yang masak?"
Mark mengangguk dengan wajah berbinar seperti anak kecil, "Kak Jae ngajarin gue bikin nasi goreng kemarin pas tau gue ngajak lo nginep."
Koeun menyangsikan perkataan lelaki itu, "Emangnya... masakan lo bisa dimakan manusia ya Mark?"
Masalahnya, lelaki itu bahkan tidak tahu caranya memasak nasi di rice cooker atau caranya memasak telur mata sapi.
.
.
Begitu memasuki rumah, Koeun menatap foto kedua orang tua Mark kemudian mengucapkan salam, "Selamat malam, tante, oom."
Mark yang sedang mengunci pintu kemudian tertawa kecil, "Ngapain sih, Eun?"
Koeun memperlihatkan cengirannya, "Ya abisnya rumah lo sepi banget gue bingung harus ngucap salam ke siapa."
Mark menggeleng-gelengkan kepalanya sambil tersenyum geli, ia kemudian berjalan mendekat pada Koeun lalu menarik tangannya.
Ia tarik gadis itu ke dalam ruang tengah lalu duduk di atas sofa.
"Sini, udah lama gue nggak meluk lo." Ucapnya menarik Koeun untuk ikut duduk di sampingnya.
Koeun menurut, ia duduk kemudian menaruh dagunya di atas pundak Mark dengan nyaman.
"Kalo tau kerjaan di BEM segini banyak dan akhirnya bikin gue jadi jarang bareng lo, gue nggak mau deh jadi ketua di sana." Ucap Mark dengan suara pelan.
Ia mengusap lembut punggung Koeun dengan kedua tangannya.
"Jangan dong, itu kan udah jadi bagian hidup lo. Lagian, kan sekarang kita lagi bareng."
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch - Markoeun
FanfictionIf you couldn't feel it through my emotional expression, so, how about through this kind of touch?