30

1.3K 100 28
                                    

"Mark, tadi kok ngomong gitu sih sama Rocky?" Tanya Koeun pada Mark yang kini sedang menyetir di sampingnya.

Mereka dalam perjalanan menuju tempat makan favorit keduanya. Tapi sejak tadi, Mark diam saja, dan Koeun tidak tahu harus berbicara apa karena tiba-tiba lelaki itu membisu.

"Harus banget bahas itu?" Tanya Mark dengan nada dingin tanpa menengokkan kepalanya sedikitpun ke arah Koeun.

"Ya abis lo daritadi diem aja."

"Bahas yang lain lah."

"Bahas apaan kalo lo daritadi diem aja?" Tanya Koeun dengan sedikit emosi.

Mark yang masih kesal karena melihat Koeun tadi mengobrol dengan Rocky tentu memilih diam sejak tadi dibandingkan ia harus mengomel tidak jelas pada gadis itu. Tapi tentu saja, Koeun takkan mengerti kalau Mark cemburu.

"Lo kenapa sih Mark?" Tanya Koeun masih tidak peka.

Mark menghembuskan napas keras, ia menepikan mobilnya.

Koeun memperhatikan Mark yang kini juga sudah fokus menatapnya.

"Gue gak suka lo deket-deket sama Rocky."

"Karena lo gak suka sama dia selama di BEM?"

"Salah satunya itu, tapi, gue gak suka dia sok akrab sama lo."

Sayangnya, Koeun adalah tipe yang semakin dilarang, justru semakin penasaran. Dia tahu dia harus menghindari Rocky karena sejak awal pun ia sudah mendapatkan kesan kurang baik dari lelaki itu. Tapi, melihat Mark yang gusar seperti ini membuatnya justru jadi ingin tahu seperti apa Rocky.

Apa yang membuat Mark tak menyukainya?

"Koeun? Kenapa diem aja?" Tanya Mark memiringkan kepalanya, semakin lama ia merasa semakin bingung harus dengan cara apalagi agar gadis itu benar-benar melihatnya.

"Gak kenapa-napa."

"Lo bisa janji kan untuk gak deket-deket sama Rocky?"

"Gue kan satu kepanitiaan sama dia, mana bisa gak deket-deket." Jawab Koeun masih tidak mengerti maksud dari ucapan Mark.

Mark menghela napas pelan.

"Ya udah, gak apa deket asalkan sekadar urusan kerjaan." Ucap Mark akhirnya pasrah.

Ia meraih kepala Koeun agar mendekat padanya, lalu memeluk gadis itu hangat.

Bagaimana caranya membuat Koeun sadar kalau selama ini ia sudah berjuang untuk mendapatkan hatinya?

"Mark, mau sampe kapan meluk gue?"

Pertanyaan Koeun membuat lelaki itu melepas pelukannya. Ia menatap Koeun dengan pandangan bertanya.

Gadis itu terkekeh lalu memperlihatkan barisan giginya yang rapi, "Gue laper."

Mark tersenyum, "Gue juga."

.

.

Meskipun sudah berjanji untuk berinteraksi hanya sebatas pekerjaan, tetap saja Koeun merasa ingin lebih tahu seperti apa Rocky yang tidak disukai oleh Mark.

Dia ingin tahu orang macam apa yang tidak disukai oleh lelaki itu agar menjadi pelajaran untuknya, agar ia tidak menjadi orang seperti itu. Karena jujur saja, salah satu hal yang paling tidak dia inginkan adalah dibenci oleh Mark.

Tidak bisa bertemu dan mengobrol lama dengannya berhari-hari saja sudah membuat Koeun merasa sepi, bagaimana kalau sampai ia dibenci oleh lelaki itu?

Koeun yang kini sedang menyendiri di depan perpustakaan untuk menikmati wifi gratis kemudian disapa oleh salah satu teman dekatnya, Arin.

"Koeun! Kok sendiri aja?" Sapa Arin lalu duduk di hadapan gadis itu.

Koeun memperbaiki posisi duduknya lalu menatap Arin sembari tersenyum, "Iya nih, ngabisin waktu sebelum kumpul panitia."

"Mark?"

Koeun menggelengkan kepalanya, "Dia kayaknya lagi sibuk di fakultas lain deh. Oh iya, kok lo malah di sini, Rin?"

Arin tersenyum, "Gue baru selesai ngerjain tugas jadi tadi izin dulu untuk gak ikut bantu Mark sampai sore nanti."

Koeun manggut-manggut.

"Eun, gue mau kepo dong."

Koeun menatap Arin dengan pandangan bertanya, "Kepo apaan?"

"Emang bener ya lo sama Mark tuh gak pacaran?"

Koeun terdiam. Pertanyaan yang selama ini biasanya dengan mudah ditanggapi dengan anggukan olehnya. Tapi entah mengapa akhir-akhir ini terasa berat untuk mengakuinya.

Mark tidak pernah mengatakan apapun tentang hubungan mereka, Koeun yang polos dan tak punya pengalaman ini bisa apa kalau Mark-nya saja tidak ada inisiatif untuk menyatakan perasaannya lebih dulu?

"Ya.. bisa dibilang gitu." Jawab Koeun pelan.

"Tapi kalian saling suka?"

Koeun menyunggingkan senyum tipis, "Jujur aja, ini pengalaman pertama gue deket sama cowok, jadi gue sendiri masih bingung."

Arin tersenyum, "Tapi gue pernah liat kalian ciuman, masa sih udah sampe kayak gitu tapi gak ada rasa?"

Koeun mengulum bibirnya, matanya membulat menatap Arin, "Lo liat di mana???" Tanyanya panik.

Arin tertawa kecil lalu mengibas-ngibaskan tangannya, "Bukan cuma gue kok yang pernah mergokin kalian lagi bermesraan."

Koeun menutup wajahnya dengan kedua tangan, ia malu sekali.

"Tapi.." Ucap Arin sengaja menggantungkan kalimatnya.

Koeun terdiam, memusatkan perhatiannya pada kalimat yang akan diucapkan oleh teman dekatnya itu.

"Lo gak ngerasa aneh kalo Mark sering nyentuh lo ketika kalian bahkan gak jelas pacaran atau gak?"

Koeun mendengarkan pertanyaan itu sembari menahan napas, pertanyaan yang sama dengan apa yang pernah ditanyakan oleh Yeri. Hanya saja subjeknya terbalik.

"Maksudnya?"

"Ya.. kalo cowok yang bener kan, pacaran dulu dong, baru berani nyentuh-nyentuh kayak gitu."

Koeun mengangguk-ngangguk.

"Takutnya, Mark cuma ngemanfaatin lo. Tanpa diajak pacaran pun lo mau ngelakuin ini itu sama dia."

Kepala Koeun tiba-tiba terasa pusing.

"Gue udah sering denger loh gosip yang mulai dibicarain sama anak-anak. Mereka bilang kalian tuh cuma friends with benefit. Gak malu dianggep gitu sama orang-orang?"

Jadi sebenarnya siapa yang memanfaatkan siapa?

Dia memanfaatkan Mark, atau sebaliknya?

.

.

Biar chapternya panjangan dikit, publish 2 chapter sekaligus... Ahahaha

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 22, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Touch - MarkoeunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang