06

1.1K 181 27
                                    

Dia benar-benar merasa kalau hari ini hari keberuntungannya. Koeun kini sedang menatapnya, dengan pandangan penuh tanya.

Ia tersenyum tipis tanpa sadar kemudian melangkahkan kakinya mendekat pada putri tidur itu.

"Halo, Koeun."

Koeun terlihat bingung sebentar sebelum akhirnya balas tersenyum lalu menjawab, "Halo juga Mark."

"Lo keujanan?"

Koeun menggeleng, "Hampir."

"Mau pulang ya?"

"Iya, tapi kayaknya terpaksa ditunda, gue gak bawa payung."

Mark menelan ludahnya pelan, "Mau ikut gue?"

"Eh?"

Lelaki dingin itu berdeham, "Gue ada mobil, mungkin lo mau bareng gue. Kebetulan gue juga mau pulang." Ucapnya berbohong, seakan tidak ingat kalau di ruangannya banyak berkas yang harus cepat ia selesaikan.

Koeun mengerjap senang, "Serius?"

Mark tertegun, ia tidak menyangka kalau tawarannya akan langsung disambut baik. Ia pikir gadis itu akan menolak. Ia mengangguk pelan.

Gadis itu tersenyum senang, "Boleh deh, gue emang pingin pulang cepet karena nanti jam empat ada ngajar."

"Ngajar?"

Koeun mengangguk, "Gue ngajar bimbel, nambah uang jajan."

Mark manggut-manggut, "Jadi lo mau langsung ke tempat ngajar atau ke rumah dulu?"

"Ke rumah, lumayan kan, bisa tidur dulu sejam."

Tidur? Mark mengulum senyum, menahan tawa. Dasar putri tidur.

.

.

Koeun tarik lagi pikirannya yang merasa tidak beruntung hari ini. Ternyata tidak, dia sangat beruntung. Tiba-tiba Mark menawarkannya untuk ikut mobil miliknya.

"Kalo gitu, mau berangkat sekarang?" Tanya Mark menatap Koeun.

Koeun mengangguk, "Yuk."

Mereka berjalan bersisian menuju parkiran mobil gedung fakultas yang untungnya di basement. Jadi tidak perlu ada momen Mark memayungi Koeun dengan tangannya menuju mobil agar gadis itu tidak terkena hujan.

"Lo tiap hari emang bawa mobil?" Tanya Koeun memulai pembicaraan dengan santai.

Mark mengangguk, "Abang gue gak mau kalo gue naik motor."

Koeun tersenyum, "Abang lo yang tadi makan bareng?"

Mark menengok, "Lo liat gue sama abang gue tadi?"

Koeun terkekeh, "Gak sih, cuma kata temen gue aja katanya tadi lo makan bareng abang lo."

Mark mengulum senyum, senang dengan fakta kalau Koeun ternyata membicarakan dirinya tadi.

"Iya, tadi gue makan bareng abang gue. Tapi yang ngelarang gue bawa motor bukan dia, abang gue yang satu lagi."

Koeun mengangguk-ngangguk, "Oh lo punya dua abang?"

"Iya, tapi mungkin lo kaget kalo liat abang gue yang pertama."

"Kenapa emangnya?"

"Badannya gede banget, gue sampe sesak kalo dipelukin sama dia."

Koeun tertawa kecil. Siapa bilang Mark dingin? Buktinya dia bisa dengan santai membicarakan kakak-kakaknya sambil tertawa-tawa seperti ini.

Ia kemudian menahan senyum, besok dia harus melaporkan semuanya pada Arin.

Touch - MarkoeunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang