Di hari yang sama, di siang hari begitu Mark selesai makan dengan Koeun. Keduanya memisahkan diri untuk berkegiatan masing-masing.
Tentu saja setelah berjanji untuk pulang bersama malam nanti.
Ia berjalan masuk ke dalam ruang sekretariat untuk bertemu beberapa panitia acara kebudayaan tahunan di mana ia yang turun langsung menjadi ketua pelaksananya.
Setiap tahunnya, BEM memiliki beberapa acara tahunan yang rutin diadakan dan berskala besar. Salah satunya adalah Sportakuler di bidang olahraga yang diserahkan pada divisi acara, dan Extravaganza di bidang kebudayaan yang ditangani langsung oleh divisi SDM.
Bedanya adalah program kerja yang ditangani oleh Mark ini berskala satu kampus, sehingga ia memerlukan perwakilan panitia dari berbagai fakultas selain mahasiswa FE.
"Hari ini gue mau berkunjung ke beberapa BEM fakultas lain untuk narik panitia perwakilan." Ucap Mark pada beberapa anggotanya itu.
Arin yang sejak tadi sudah duduk di salah satu kursi di hadapan Mark kemudian mengangkat tangannya tinggi, "Gue mau jadi asisten lo hari ini berkunjung ke fakultas lain."
Mark menatapnya sebentar, "Arin?" Tanyanya tak yakin. Ia sering melihat gadis itu bersama dengan Koeun, tapi ia tidak begitu ingat namanya.
Arin mengangguk-ngangguk semangat, "Iya, Arin."
Mark tidak punya alasan untuk menolak penawaran baik dari gadis itu, maka ia pun mengangguk, "Ya udah, siapin berkasnya, kita langsung berangkat."
Sore menjelang malam, akhirnya Mark dan Arin selesai mengunjungi ruangan sekretaeiat BEM fakultas pertanian. Sudah empat BEM fakultas yang mereka kunjungi hari ini.
"Hari ini cukup, nanti kita lanjutin lagi." Ucap Mark sembari membaca beberapa berkasnya. Mereka berdua kini sedang berjalan bersisian di lorong penghubung antara gedung fakultas.
Arin mengangguk, "Oke, lumayan hari ini udah setengahnya kita kunjungin."
"Iya, untung juga anak-anak BEM-nya pada kooperatif." Balas Mark, matanya masih saja fokus membaca kertas yang dipegangnya.
Arin sampai ngeri takut tiba-tiba Mark tersandung karena berjalan tak lihat-lihat seperti itu.
Kemudian ia jadi teringat setelah seharian ini, empat perwakilan panitia dari fakultas lain itu semuanya perempuan. Dalam hati ia mencibir setiap kali melihat para gadis itu dengan mudahnya setuju untuk masuk menjadi panitia setelah melihat Mark dari dekat.
Sepertinya habis ini, popularitas Mark bukan hanya terkenal di FE, tapi di satu kampus.
Mark kemudian memasukkan berkas yang dipegangnya ke dalam map, ia menengok pada Arin, "Lo abis ini langsung pulang?"
Arin mengangguk, "Lo juga kan?"
"Iya, tapi–"
"–Jemput Koeun dulu kan?" Ucapan Mark dipotong begitu saja oleh Arin.
Mark hanya mengangguk menanggapinya, lalu tersenyum tipis. Selama seharian Arin bersamanya, ia tidak melihat lelaki itu tersenyum sama sekali, tapi begitu ia menyebutkan nama Koeun saja, Mark seketika tersenyum dengan mudahnya.
Astaga Koeun, apa yang gadis itu lakukan sampai-sampai Mark bisa begini tergila-gilanya.
Ia kemudian melihat Mark merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel, "Koeun di mana ya." Ucapnya pelan, ucapan yang Arin rasa hanya diucapkan untuk dirinya sendiri.
Arin memperhatikan gerak-gerik Mark yang kini sedang menunggu panggilannya diangkat oleh Koeun di sebrang sana.
"Di mana?" Tanya Mark begitu panggilannya disambut oleh Koeun, tanpa ada sapaan halo terlebih dahulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch - Markoeun
FanfictionIf you couldn't feel it through my emotional expression, so, how about through this kind of touch?