"Mbak, mbak, bangun."
Suara yang sayup-sayup terdengar di telinga Koeun membangunkannya dari posisi tidur nyaman di atas meja kursi lipat.
Ia menengadahkan kepalanya dan melihat seorang gadis yang tadi membangunkannya. Koeun melihat gadis itu tersenyum, "Mbak dari kelas tadi pagi ya? Kelas kita udah mau mulai sepuluh menit lagi, takutnya nanti mbak malah kaget kalo kebangun pas kelas udah dimulai."
Koeun mengerjap-ngerjap, lalu mengangguk-ngangguk, "Iya, gak apa-apa, justru makasih udah bangunin gue. Bisa tengsin gue kalo kebangun pas kelas kalian udah mulai."
Gadis di hadapannya pun tertawa, Koeun ikut tertawa kecil, ia kemudian dengan gerakan cepat membereskan barang-barangnya yang berserakan di lantai dekat ia menaruh tas.
"Kalo gitu gue duluan." Ucap Koeun pamit dan langsung berjalan cepat keluar kelas.
Begitu melangkah keluar kelas, ia melihat ke jam di tangan kirinya, jam 12! Astaga, dia tidur selama dua jam dengan posisi menelungkup seperti itu? Pantas saja leher dan pinggangnya terasa begitu pegal.
Habis memijat ringan leher belakangnya yan pegal, ia kemudian mengeluarkan ponsel dari dalam tasnya dan matanya langsung membelalak kaget,
"EH?? MISKOL 20 KALI???"
Ia melihat siapa yang sampai meneleponnya sebrutal itu dan melihat nama Jungwoo di layar ponselnya. Ya ampun, dia benar-benar lupa kalau ia ditugaskan untuk mengurus jalannya persiapan seminar besok. Tanpa berpikir apa-apa lagi, ia berlari secepat mungkin menuju aula kampus yang untungnya terletak tidak begitu jauh dari gedung fakultas.
Sampai di sana, beberapa teman satu divisinya menyapa Koeun senang, "Akhirnya lo dateng!"
Koeun tersenyum canggung, merasa tidak enak, "Sorry gue telat."
Arin mengibaskan tangannya santai, "Ah gak apa-apa, ada ketua SDM BEM kok yang daritadi bantuin kita."
Koeun mengedipkan kedua matanya beberapa kali, ketua SDM BEM? Mark?
Arin kemudian mendekatkan dirinya pada Koeun lalu berbisik, "Kapan lagi kan bisa deket-deket ketua dingin itu. Baru kali ini gue bisa liat muka gantengnya dari deket."
Koeun mendengus geli mendengar bisikan teman satu divisinya itu, dasar wanita! Tidak bisa melewatkan yang bening sedikit saja.
Terprovokasi bisikan temannya itu, Koeun jadi mengedarkan mata dan akhirnya melihat sosok Mark yang sedang mengobrol dengan Lucas, anak logistik, di pojok ruangan. Sepertinya mereka sedang sibuk mengukur sesuatu untuk dekorasi.
Koeun yang tadi pagi sudah ditugaskan oleh Jungwoo untuk membantu persiapan seminar ini, berniat mendatangi Mark untuk mengucap beberapa kata kerjasama.
Tapi kemudian langkahnya terhalang karena anak-anak divisi lain mendatanginya duluan untuk membicarakan rundown acara. Terpaksa ia mengurungkan niatnya. Nanti saja kalau ada waktu lain untuk menyapanya.
.
.
Setelah selama dua hari berjibaku dengan persiapan dan hari-H, akhirnya acara puncak seminar selesai juga sore ini. Koeun menghela napas lega karena akhirnya dia bisa segera pulang ke rumah dan bermanja pada bantal guling di kamarnya.
Kemarin ia akhirnya pulang ke rumah hampir tengah malam karena ternyata persiapan seminar ini masih banyak yang harus dirampungi, untunglah Jungwoo datang sehingga kendali akhirnya bisa dipegang penuh lagi oleh sang ketua.
Tadi pagi ia datang ke kampus untuk membantu persiapan akhir sebelum seminar dimulai pada siang hari. Hari ini ia tidak ada kelas maupun jadwal mengajar bimbel. Hari yang biasanya ia pakai hanya untuk tidur seharian di rumah beristirahat. Tapi karena seminar ini sudah menjadi salah satu kewajibannya, maka dengan besar hati ia merelakan hari liburnya untuk datang dan mengawasi jalannya seminar sampai selesai.
Sepanjang seminar ia juga melihat Mark, sang ketua SDM yang sejak kemarin terlihat sama sibuknya membantu dan mengawasi segala urusan. Tapi masih saja sampai sore ini, Koeun belum juga ada kesempatan untuk sekadar menyapanya, padahal ia beberapa kali berpapasan dengannya. Namun selalu pada waktu tidak tepat dan saat mereka sedang sibuk dengan hal-hal mendesak.
Ia juga bisa melihat bagaimana Arin, teman satu divisinya itu yang masih saja sedikit-sedikit membicarakan Mark setiap ia berdua dengan Koeun.
Setiap mendengar ocehan Arin, ia hanya bisa tertawa sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Oke, Koeun akui memang Mark tampan, lalu?
Koeun tahu bedanya wajah lelaki mana yang tampan, mana yang biasa saja. Tapi sudah, cukup sampai di situ.
Ia tidak pernah sampai jatuh cinta pada lelaki karena wajahnya. Bukan, bukan karena dia gadis naïf yang menyukai lelaki lewat sifatnya baru kemudian wajah. Tapi dia benar-benar buta cinta.
Sejak SMP ketika teman-temannya sibuk membicarakan cinta monyet, Koeun tidak mengerti. Lalu ketika SMA saat semua temannya menggalaukan cinta pertama mereka, Koeun masih tetap tidak mengerti. Sampai sekarang, ia sudah di semester empat bangku kuliah, ia masih tidak mengerti juga.
Bahkan ia tidak tahu seperti apa rasanya ciuman pertama.
Pikirannya yang melayang itu kemudian terhempas begitu Jungwoo menepuk pundaknya berulang kali.
"Koeun lo kenapa?"
Koeun mengerjap, "Eh, gak apa kak."
Jungwoo mengangguk-ngangguk, "Yuk kumpul dulu evaluasi."
.
.
Baru kali ini Mark begitu merindukan kasur dan bantalnya malam ini. Biasanya ia hanya akan tidur tanpa memikirkan selelah apa harinya.
Tapi hari ini terasa berbeda, entah karena apa, baru kali ini ia merasa hidup benar-benar seperti kehidupan apa adanya. Bekerja, tertawa, mengantuk, dan merasakan lelah.
Dia tidak tahu apa yang membuatnya jadi lebih bisa merasakan hal-hal manusiawi itu sejak kemarin. Tapi ia ingat bahwa pemicunya adalah suara dengkuran halus putri tidur kemarin. Ia tidak tahu bahwa ternyata ada suara tidur yang begitu terdengar memuaskan dan jelas terasa dinikmati oleh sang putri tidur itu.
Ia kemudian mengambil ponselnya yang tadi sudah ia letakkan di atas meja samping kasur, ia membuka menu galeri untuk melihat lagi foto seluruh panitia yang tadi berfoto bersama setelah evaluasi. Seminar hari ini memang masih banyak sekali kekurangan, beberapanya sudah ia jabarkan pada seluruh anggota di forum tadi. Tapi ia juga merasa puas karena bisa membantu tim itu menyelesaikan tugas mereka semaksimal mungkin.
Pandangannya kemudian tertuju pada sang putri tidur, bahkan hari ini pun ia bisa lihat bagaimana gadis itu beberapa kali menguap sepanjang jalannya acara. Ditambah dengan mata bengkaknya yang terlihat sekali kalau dia masih butuh tidur.
Apa gadis itu begitu sibuknya sampai terus saja mengantuk semenjak kemarin Mark menyadari kehadirannya?
Sayang sekali selama dua hari ini ia tidak juga ada kesempatan untuk bertegur sapa dengannya. Padahal beberapa kali ia menaruh perhatian padanya dan berharap agar gadis itu menatapnya balik. Tapi nyatanya gadis itu acuh, terlihat begitu sibuk kesana kemari.
Mark mendengus geli, ia jadi bertekat untuk menyapanya besok saat bertemu di kelas. Setidaknya, dia sudah bisa berkenalan dengannya karena kini ia ada alasan untuk menyapanya sebagai sesama panitia seminar tadi siang.
.
.
cuma peringatan dini aja.. kedepannya cerita ini bakal ada mature content-nya....
mohon maklum soalnya yang nulis hobi ngehalu
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch - Markoeun
FanfictionIf you couldn't feel it through my emotional expression, so, how about through this kind of touch?