Hari ini Koeun bebas dari lelaki yang sudah seperti bayangannya akhir-akhir ini, Mark. Karena lelaki itu sedang sangat-sangat sibuk hari ini. Bahkan setahunya, lelaki itu tidak pulang dari kampus sejak semalam karena persiapan acara.
Yeri dan Koeun sedang asyik mengobrol seperti biasanya sampai-sampai ada kabar dari komti kelas bahwa kelas pagi mereka ditunda kali ini karena dosen tercinta mereka tiba-tiba berhalangan hadir.
Banyak yang bersorak-sorai senang karena itu artinya hari ini mereka libur. Hari ini tidak ada kelas siang ataupun praktikum sama sekali.
"Udah feeling nih gue, harusnya tadi gue gak usah berangkat aja." Keluh Yeri yang sedikit kesal karena sudah merelakan dirinya bangun pagi tapi ternyata dosennya justru tidak datang.
Koeun tertawa kecil, "Gue sih hari ini emang ada rapat divisi, jadi gak sia-sia banget dateng ke kampus."
Yeri mencibir sambil melirik Koeun, namun tiba-tiba matanya menangkap sesuatu yang menarik perhatian pada leher teman dekatnya itu.
Ia mendekatkan matanya untuk melihat tanda itu lebih jelas.
"Eun, itu.. hickey?" Tanya Yeri dengan nada sepelan mungkin, menunjuk tanda kemerahan di leher sebelah kiri Koeun.
Koeun refleks menutupi tanda itu dengan telapak tangannya, namun terlambat, karena Yeri sudah melihatnya terlebih dahulu dengan sangat jelas.
"GILA! KOEUN!!!" Teriaknya tiba-tiba heboh, membuat beberapa teman mereka yang masih ada di dalam kelas menengok kaget ke arah mereka berdua.
Koeun menyuruhnya diam, "Ish jangan heboh!"
"Wow, Koeun! Gak nyangka gue kalian ternyata bener-bener udah sejauh itu."
Koeun berdecak, "Padahal ini udah beberapa hari lalu, kok masih keliatan aja sih."
Yeri mengerjap, "Jangan-jangan ini yang bikin lo nolak ajakan main gue hari sabtu minggu kemarin?"
Gadis itu mencibir, "Iyalah, gue gak punya baju turtleneck, gerai rambut gerah."
"Di mana kejadiannya? Di kamar dia? Atau di mobil?" Tanya Yeri antusias.
"Kepo! Sialan emang si bule, gue pikir gak akan ngebekas, eh ternyata masih keliatan banget sampe sekarang."
Yeri terkekeh, "Akhirnya lo ngerasain indahnya dunia."
Koeun memukul gemas lengan temannya itu, "Berisik ah!"
"Eh, susulin cowok kita yuk, mereka berdua pasti lagi sibuk-sibuknya sekarang."
"Mark bukan cowok gue, Yer."
"Bukan cowok lo tapi bebas bikin prakarya di leher lo."
Koeun terdiam.
Yeri mendengus geli, "Udah ah, gak usah dipikirin, yuk ke aula utama."
.
.
"YERIIII!" Teriak Lucas begitu matanya menangkap dua sosok gadis yang masuk ke dalam aula utama yang sedang dalam proses disulap menjadi theater mini oleh para anak logistik dan SDM BEM.
Yeri melambaikan kedua tangannya penuh semangat pada kekasihnya itu, Lucas dengan sekejap berjalan mendekat pada kedua gadis itu dengan langkah-langkah lebarnya.
Pasangan Yeri dan Lucas sudah terkenal seantero fakultas meskipun keduanya baru saja resmi kurang lebih seminggu. Keduanya dengan mudah terkenal karena sifatnya yang sama-sama heboh dan berisik. Selain itu, Yeri terkenal cantik, dan Lucas terkenal tampan. Maka semua orang merestui dan menyukai pasangan cantik dan tampan itu. Apalagi perbedaan tinggi mereka yang terlihat signifikan.
Yeri yang kecil mungil, dan Lucas yang tinggi besar. Tapi bukannya terlihat aneh, perbedaan tinggi mereka yang cukup jauh justru terlihat menggemaskan di mata semua orang yang menyukai pasangan heboh itu.
"Capek yaaa?" Tanya Yeri dengan cara bicara seperti untuk anak kecil.
Lucas mengangguk-ngangguk sambil memperlihatkan wajah manjanya.
Koeun hanya bisa mendengus geli melihat interaksi keduanya yang benar-benar bukan style-nya. Ia tak bisa membayangkan dirinya berlaku seperti itu pada seorang lelaki, bahkan pada Mark sekalipun.
Matanya kemudian mengedarkan pandangan, mencari sesosok lelaki jahil yang hobi bermain di lehernya, lelaki bernama Mark Lee.
Ah, itu dia. Lelaki itu sedang berada di samping panggung. Terlihat sibuk mendiskusikan sesuatu dengan beberapa orang di sekitarnya. Ia yang biasa terlihat rapi menggunakan kemeja setiap masuk kelas, kini hanya menggunakan kaus hitam polos yang terlihat sempurna membalut tubuhnya. Penampilan lelaki itu persis seperti saat ia pertama kali menunggu Koeun di kampus untuk diantarkan pulang secara setengah paksa.
Mark menyadari kehadiran Koeun setelah mendengar suara heboh yang dihasilkan oleh pasangan bodoh di samping gadis itu.
Seketika lelaki itu tersenyum padanya begitu pandangan mata mereka bertemu. Koeun otomatis balas tersenyum sama lembutnya.
Lelaki itu berjalan mendekat dan begitu jarak mereka sudah berdekatan, dengan santainya Mark meraih tangan kiri Koeun lalu menggenggamnya.
"Tumben ke sini?"
"Yeri pingin jenguk Lucas katanya."
"Terus lo gak pingin jenguk gue, gitu?"
Koeun mengedikkan bahu lalu mengalihkan pandangan, "Kan buktinya sekarang gue di sini juga."
Mark tertawa kecil, "Udah makan?"
"Ini masih pagi."
"Iya sih, kalo gitu, nanti siang makan bareng ya."
"Kan lo lagi sibuk?"
"Orang sibuk juga butuh makan."
Koeun mengangguk-ngangguk.
Kemudian Mark mendekatkan bibirnya pada telinga kanan Koeun lalu berbisik,
"and I need to recharge myself through your touch."
Astaga, apakah semua lelaki memang segenit ini?
.
.
Mungkin ada yang risih sama kenapa si cowok ngegas banget dengan 'touch'-nya. Tapi, that's the main point dari story ini guys.
They are doing anything without that 'jadian' title hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch - Markoeun
FanfictionIf you couldn't feel it through my emotional expression, so, how about through this kind of touch?