08

1.1K 175 8
                                    

Sesuai kekeraskepalaannya lelaki itu, begitu Koeun keluar dari ruang sekretariat divisinya, ia melihat Mark yang sedang duduk santai di salah satu kursi depan ruangan. Ia sudah melepas kemeja flannel biru yang tadi sepanjang kuliah dipakainya. Kini hanya tersisa kaus hitam polos dan celana jeans yang melekat pada tubuh ramping lelaki itu.

Arin yang memang satu divisi dengan Koeun pun langsung bergerak heboh memukul-mukuli lengan gadis itu begitu ia melihat kehadiran Mark yang tak terduga di depan ruangan mereka.

"Koeun! Ngapain dia di situ???" Bisik Arin heboh.

Koeun melirik ke arah Arin. Ah, padahal niatnya hari ini ia ingin menceritakan tentang Mark yang kemarin berbaik hati mengantarkannya pulang dan mudah diajak mengobrol. Tapi karena seharian di sekre mereka sibuk, Koeun lupa.

"Nungguin gue."

Arin menengok kaget, ia menatap Koeun tak percaya, "Hah? Becanda ya, Eun?"

Koeun tersenyum tak enak. Dia sudah memprediksi akan seperti itu reaksi yang diberikan oleh temannya itu.

Mark yang mendengar suara-suara dari depan ruangan sekre, jadi berhenti fokus dari ponselnya lalu mendongakkan kepala. Ia mendapati Koeun dengan beberapa teman satu divisinya sedang berdiri di depan ruangan sambil mengobrol. Kecuali Koeun dan Arin yang kini sedang melihat ke arahnya.

Mark berdiri dari posisi duduknya, lalu berjalan ke arah kerumunan itu.

Dino yang sadar akan kedatangan Mark pun langsung menyapa akrab, "Bro! Ngapain lo di sini malem-malem?"

Mark mengangguk sekilas untuk balas menyapanya, ia sudah cukup sering berinteraksi dengan Dino sejak dulu mereka masih sama-sama menjadi anggota staff di BEM. "Nunggu orang."

Dino langsung menyipitkan matanya, lalu menyeringai nakal, "Wes, akhirnya bapak ketua SDM kita ini punya kekasih?"

Mark hanya tersenyum tipis, "Gak juga."

Koeun yang mendengar semua obrolan itu hanya bisa mencibir sambil melirik ke arah lain. Sedangkan Arin memperhatikan semuanya. Lirikan Mark pada Koeun, dan reaksi Koeun yang seperti itu.

"Kalo gitu gue duluan, No. Semuanya juga."

Dino mengacungkan ibu jarinya pada Mark, beberapa anggota divisi yang masih berdiri dekatnya juga menanggapi pamitan itu dengan tanggapan santai. Mark kemudian mengubah arah berdirinya menjadi ke arah Koeun.

"Yuk pulang."

Koeun melipat kedua tangannya di depan dada, lalu mendelik pada Mark. Apakah harus pamer seperti itu di hadapan semua anggota divisinya?

Tanpa memandang balik pada Mark, Koeun membalikkan posisi berdirinya lalu pamit pada seluruh anggotanya yang terpana dengan interaksi dua orang itu. Termasuk Arin yang bahkan sampai lupa untuk menutup mulutnya yang menganga karena terpana.

"Gue duluan ya." Pamit Koeun lalu berbalik dan berjalan duluan, tanpa menengok sekalipun pada Mark.

Mark hanya tersenyum tipis melihat tingkat Koeun yang di matanya terlihat menggemaskan itu. Lalu dengan santai ia mengikuti Koeun dari belakang.

Menyisakan keterpanaan pada seluruh anggota divisi, semuanya bertanya-tanya, sejak kapan mereka berdua seakrab itu?

.

.

Sampai di dalam mobil, Koeun duduk masih dengan wajah kesal, bibirnya terlihat mengerucut seakan memperlihatkan pada lelaki di sampingnya kalau dia masih kesal.

Touch - MarkoeunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang