23

900 117 5
                                    

"Eun, jadi sebenernya lo sama Mark gimana sih? Kelamaan ngegantungin hubungan juga gak bagus tau." Ucap Yeri.

Ia dan Koeun kini sedang menginap di kost-an Yeri.

Ia anak rantau sejak masuk kuliah, dan berhubung besok pagi buta mereka harus sudah di kampus karena akan berangkat fieldtrip ke luar kota, jadi Koeun memilih untuk menginap di kost-an Yeri saja yang jaraknya hanya sejengkal dengan kampus mereka.

Sebenarnya bisa saja ia berangkat dari rumah, apalagi Mark memaksanya untuk dari rumah saja karena ia akan menjemput Koeun dulu subuh-subuh, tapi gadis itu menolak.

Ia sedang ingin bersantai saja di kost-an Yeri mumpung momennya sedang mendukung. Mark tidak bisa memaksanya lagi kalau Koeun sudah berkata tegas seperti itu.

Sesekali, dia juga butuh girls time only seperti sekarang.

Koeun yang sedang mengatur barang bawaannya di lantai kemudian menengok, "Gue nggak ngegantungin hubungan kok."

"Lah lo sama Mark nggak jelas gitu hubungannya. Dibilang pacaran nggak tapi deketnya udah keterlaluan."

Koeun mendesah, "Ya udah sih Yer, kan gue udah bilang, yang penting gue sama Mark nyaman."

"Ngaku deh, lo udah suka kan sama dia? Udah sayang malah kayaknya."

Koeun mengedikkan bahu, "Nggak tau deh, gue nggak ngerti sih cinta itu kayak gimana."

"Makanya peka dong."

"Peka gimana sih?"

"Mark ada kode-kode pingin jadian sama lo nggak?"

"Nggak tau deh."

Yeri menghela napas panjang, ia jadi iba pada Mark.

"Ngomong-ngomong, kalian abis ngapain aja itu leher lo merah-merah semua?"

Koeun mencibir, "Ya abis dimakan sama dia."

Yeri tersedak ludahnya sendiri mendengar jawaban teman dekatnya itu, benar-benar tanpa disaring terlebih dahulu.

"Kok tumben lo nurut digituin sama dia? Biasanya ditengah-tengah lo kabur?"

Yeri secara berkala menanyakan sudah sampai mana kedekatan Mark dengan Koeun hampir setiap hari, maka ia pun sudah tahu kebiasaan teman dekatnya itu setiap kali Mark menyentuhnya.

Selalu kabur setiap saat kedekatan mereka mulai berlebihan agar tidak terlalu terbawa suasana yang akhirnya hanya akan merugikan Koeun.

Meskipun ia tak menolak segala perlakuan Mark, ia juga masih memikirkan masa depannya.

Koeun kemudian menghentikan kegiatannya membereskan barang-barang, ia menatap Yeri dengan pandangan serius, "Jujur aja gue juga nggak tau kenapa kemarin gue nurut sama dia, bahkan gue ngebales sama intensnya."

"Nah kan, lo mulai keenakan itu sih."

Koeun menggeleng-gelengkan kepalanya, "Gue rasa gue kangen deh sama dia, makanya gue jadi sesemangat itu. Abisnya dia akhir-akhir ini sibuk banget."

"Bagus kalo karena kangen, berarti lo udah ada rasa sama dia. Tapi gue takut kalo lo cuma keenakan."

"Keenakan gimana?"

"Ya lo seneng disentuh kayak gitu sama dia, takutnya lo ngerasain itu cuma karena pure lust, tanpa pake perasaan."

Koeun menelan ludahnya, apa iya dia sejahat itu pada Mark?

"Terus gue harus gimana dong?"

"Ya coba lo tes lah itu lo meluk-meluk, nyium-nyium dia karena sayang apa karena suka kehangatan dia aja."

"Caranya?"

"Cari sendiri sana caranya, gue pusing ngobrol sama lo lama-lama."

Koeun meringis, ia jadi kasihan pada Yeri yang sepertinya benar-benar khawatir perihal hubungannya dengan Mark.

.

.

Touch - MarkoeunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang