Begitu evaluasi selesai dan panitia dibubarkan, Mark dan Lucas berjalan menghampiri ketiga perempuan yang menunggu mereka di kursi dekat aula sembari mengobrol seru. Tidak, yang terlihat seru sebenarnya hanya Yeri, sedangkan Koeun berekspresi datar, dan Arin yang antusias mendengarkan segala ucapan Yeri sambil manggut-manggut.
"HELLOOOO!" Sapa Lucas dengan suara kencang pada ketiga perempuan itu.
"ASTAGA!!" Teriak Yeri kaget karena tiba-tiba diteriaki begitu.
Koeun mendengus, "Kalian tuh emang cocok ya, pasangan berisik."
Yeri mendelik, "Lo sama Mark juga sama, pasangan kutub es. Dingin!"
Arin tertawa kecil melihat keakraban kedua temannya, matanya melirik ke arah Mark yang saat ini juga sedang tertawa-tawa di samping Lucas.
"Pulang yuk, udah lama gak pulang." Kata Yeri sambil berdiri dari kursinya lalu menggandeng lengan Lucas dengan santai.
"Naik apa kalian?" Tanya Mark.
"Naik vespa, punya kakak gue." Jawab Lucas mengedikkan kedua alisnya bangga.
"Kita mau kencan ala anak tempo dulu, bye!" Ucap Yeri lalu menarik Lucas pergi. Keduanya berjalan menjauh sambil melambai-lambaikan tangan heboh.
"Mereka berdua kayak badai, kalo dateng bikin rusuh." Komentar Koeun sembari menggeleng-gelengkan kepalanya menatap pasangan bodoh itu yang semakin menjauh.
Mark kemudian meraih tangan kiri Koeun yang ada di atas pangkuannya, ia tarik lembut tangan itu agar gadisnya berdiri. "Kita juga pulang yuk."
Koeun mengangguk, lalu ia menolehkan kepalanya pada Arin yang sejak tadi diam saja, memperhatikan mereka berdua dengan kedua matanya lekat-lekat.
"Rin, lo mau balik? Mau sekalian nebeng mobil Mark?" Tanya Koeun berbaik hati.
Arin tidak sanggup kalau harus menyaksikan kemesraan mereka lebih dari ini, maka ia memutuskan untuk menolaknya.
"Gak usah, gue mau belanja dulu di pasar deket kampus."
"Ya udah ikut sampe pasar aja."
Arin menggelengkan kepalanya, "Gak apa-apa kok, gue juga ada urusan dulu di perpus. Kalian duluan aja."
"Bener nih?" Tanya Koeun meyakinkan. Ia merasa tidak enak pada Arin karena sejak tadi menemaninya menunggu Mark kemudian dibiarkan pulang sendirian.
"Bener! Udah sana." Ucap Arin memaksakan tersenyum.
"Yuk. Duluan, Rin." Kata Mark menarik Koeun, matanya sekilas menatap Arin ketika berpamitan. Sedangkan Koeun melambaikan tangan padanya.
Keduanya berjalan keluar gedung masih dengan tangan yang bertautan. Mark memperlakukan Koeun seperti hal paling berharga di hidupnya, membuat Arin merasa sesak melihatnya tadi.
Ia harus menyudahi perasaan tak berbalasnya ini. Sepertinya, dia benar-benar sudah tak ada celah untuk mengambil hati Mark dan berada di posisi Koeun.
.
.
"Haaah pegel banget!" Ucap Mark begitu ia menyandarkan punggungnya di sandaran kursi kemudi.
Koeun memakai seatbeltnya lalu menengok pada Mark, "Mau gue pijetin?"
Mark menengok, lalu mengerling nakal, "Daripada pijet, gue lebih pingin yang lain."
Lelaki itu mengubah arah duduknya menyamping ke arah Koeun lalu memajukan badannya, bermaksud untuk mencium bibir Koeun.
Tanpa berpikir, Koeun menyambut ciuman itu dengan senang hati. Dibalasnya lumatan Mark dengan ritme yang sama.
Cahaya sore hari berwarna jingga menelusup masuk ke dalam mobil mereka, membuat orang-orang mungkin saja bisa melihat dengan jelas kalau keduanya sedang bermesraan. Tapi Mark tak peduli, toh tempat ia memarkirkan mobilnya ini jarang dilewati orang, sudah sore, dan kampus libur. Jadi takkan ada orang yang lewat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch - Markoeun
FanficIf you couldn't feel it through my emotional expression, so, how about through this kind of touch?