Seorang lelaki bernama Rocky, atau lebih dikenal sebagai ketua divisi acara BEM di kampus, kini sedang membolos sebentar dari kegiatan hampir full time di aula utama untuk persiapan acara.
Ia menjatuhkan dirinya di karpet pojok ruangan BEM yang letaknya agak tersembunyi karena terhalang meja dan kursi, yang biasanya digunakan oleh anak-anak BEM untuk berdiskusi.
Ia sengaja memilih posisi itu karena ia takkan terlihat oleh orang-orang yang masuk ke ruangan.
Ia ingin berbaring dan tidur setidaknya sejam saja untuk mengistirahatkan tubuh dan otaknya yang sudah beberapa hari rasanya terkuras habis untuk persiapan acara besar milik BEM ini.
Namun, baru saja ia memejamkan mata beberapa menit, pintu ruangan dibuka dari luar.
Ia tetap memejamkan mata, menarik selimut yang memang tersedia di situ untuk menutupi seluruh tubuhnya agar tak terlihat.
Mungkin anggotanya ada yang mau makan siang dulu di dalam ruangan. Selama mereka makan dengan tenang tanpa banyak polusi suara, Rocky tetap bisa melanjutkan tidurnya.
"Gue sering-sering nginep aja kali ya di rumah lo biar dibawain bekel kayak gini."
Rocky membuka matanya, dia tahu suara siapa itu. Suara sang ketua SDM.
Meskipun sama-sama berpangkat sebagai ketua divisi, Rocky jarang mengobrol dengan lelaki itu diluar obrolan pekerjaan. Ia tak tertarik pada orang yang kelihatannya susah didekati seperti itu.
Justru ia cenderung sering kesal padanya karena hampir di setiap rapat pimpinan, Mark seringkali menolak usulan darinya. Tapi karena ia bukanlah tipe pendendam, jadi ia tak ambil pusing.
"Ih gak mau ah, nanti gue jadi sering dianggep anak tiri sama mama." Sahut suara perempuan yang terdengar agak asing di telinga Rocky.
Otaknya pun berputar cepat, mencoba mencari tahu siapakah pemilik suara tersebut sampai akhirnya dia sadar sendiri.
Siapa lagi kalau bukan anggota himpro fakultas yang akhir-akhir ini sering menjadi bahan pembicaraan orang-orang sefakultas, karena berhasil mencairkan hati es-nya Mark.
Siapa namanya?
"Koeun." Ucap Mark.
Nah, itu dia namanya.
"Seneng dong kalo gue udah diterima sama nyokap lo."
"Kenapa gue yang seneng?"
"Berarti restu udah di tangan."
"Idih, kayak lo bakal ngelamar gue besok aja."
Kemudian terdengar suara tawa kecil oleh keduanya.
Rocky harus menahan diri untuk tidak bergidik dan mengeluarkan suara reaksi setelah mendengar obrolan seperti itu.
"Cepet banget makannya." Ucap gadis itu setelah beberapa menit mereka makan tanpa obrolan apapun.
"Enak, nyokap lo jago banget masaknya."
"Enakan mana sama masakan gue?"
"Gue boleh jawab jujur?"
"Jujur aja."
"Sesungguhnya gue gak inget rasa masakan lo karena gue keasikan nyiumin lo setelah makan."
"ISH!!"
Rocky lagi-lagi harus menahan diri untuk tidak bereaksi setelah mendengar ucapan Mark.
Ia benar-benar tak menyangka ternyata seperti ini seorang pangeran es kalau sudah jatuh cinta.
"Ma-mau ngapain?"
"Recharge."
"Ini di kampus, Mark."
"Terus kenapa?"
"Nanti kalo ada orang masuk gimana?"
"Nggak akan."
Rocky mencibir di balik selimut, sayang sekali Mark, bahkan kini sudah ada orang lain yang mau tak mau mendengar semua obrolan mesra keduanya sejak awal.
Bahkan kini akan menjadi penonton gratis adegan mesra yang akan dilakukan oleh kedua manusia tersebut.
Rocky menyembulkan kepalanya dari balik selimut lalu mengangkat tubuhnya untuk mengintip ke arah Mark dan Koeun.
Mereka berdua sedang duduk bermesraan di sofa tak jauh dari tempatnya bersembunyi.
Meskipun agak terhalang kaki kursi dan meja, Rocky masih dapat melihat dengan jelas ciuman mesra yang dilakukan oleh keduanya.
Bahkan kini telinganya dapat mendengar dengan sangat jelas suara-suara seduktif yang tercipta dari ciuman tersebut.
Meskipun rasanya aneh, ternyata menonton adegan mesra secara langsung seperti itu menyenangkan juga untuk dirinya.
Menontonnya membuat ia jadi menginginkan seorang kekasih juga.
Pantas saja akhir-akhir ini Mark terlihat lebih bersemangat, ada gadis cantik di sampingnya yang memperlakukannya begitu lembut setiap kali mereka bersentuhan.
Adegan itu masih berlanjut, Rocky bisa melihat dengan jelas senakal apa Mark pada gadis itu.
Beberapa menit berlalu, keduanya kemudian berhenti dan kini saling menatap dengan pandangan dalam, membuat hati Rocky sebagai laki-laki jadi ikut berdesir melihatnya.
Ia bisa melihat dengan jelas wajah Koeun yang memang sering dikatakan cantik oleh teman-teman satu gengnya di kelas.
Cantik. Sangat cantik.
"Tuh kan, lo emang cantik banget."
"Mulai kan ngomong gitu lagi."
"Mau gue lepas contact lens dulu biar lo bisa muji gue juga?"
Koeun mendengus, "Gak usah. Udah ah, gerah."
Gadis itu mendorong Mark menjauh lalu melepaskan diri darinya.
Rocky sangat yakin pasti Mark masih ingin menyentuhnya. Ia tahu karena ia juga laki-laki.
Namun gadis itu dengan acuhnya justru membersihkan tempat bekal di atas meja depan sofa, memasukkannya ke dalam paperbag, lalu berjalan keluar ruangan begitu saja.
Mark mengacak-acak rambutnya dengan gerakan frustasi, "Selalu kabur." Ucapnya pelan sebelum akhirnya mengikuti gadis itu keluar ruangan.
Meninggalkan Rocky yang sedang dalam posisi aneh sejak beberapa menit lalu menonton adegan mesra kedua orang itu.
Rasanya, tiba-tiba dia jadi ingin mencicipi bibir manis gadis cantik itu juga.
.
.
Baru mulai konflik bahahaha emang dasar niatnya nih ff buat gemes-gemesan aja sih.... Maklum yah
Bonus sayangnya gue, —eh sayangnya Koeun yang baru selesai rapat BEM di rektorat
KAMU SEDANG MEMBACA
Touch - Markoeun
FanfictionIf you couldn't feel it through my emotional expression, so, how about through this kind of touch?