7. Ibu

10.9K 1.3K 17
                                    

Firdha mengulum senyumnya saat melirik buku bacaan yang sedang dipegang Abi. "Assalamualaikum akhi," goda Firdha membuat konsentrasi Abi yang tengah membaca buku jadi buyar begitu saja.

"Berisik dah lu," omel Abi. Ia sudah membeli buku rekomendasi dari Jafrey itu sejak beberapa minggu yang lalu namun belum sempat membacanya karena jadwalnya yang padat. Sekarang sekalinya Abi sedang senggang, ada saja pengganggu yang mengusik konsentrasinya.

Firdha tertawa dan ikut duduk di samping Abi. "Tumben, Bi, bacanya gituan. Biasanya majalah playboy," ledek Firdha sembari mengambil toples kacang di meja, membukanya, dan memakan isinya.

"Kalau adiknya mau taubat tuh didukung, Fir." Teguran itu berasal dari Erlin─ibu mereka─ yang baru saja ikut bergabung sambil membawakan tiga cangkir teh hangat.

"Tuh dengerin kata Ibu!" Abi ikut menimpali. Sambil menutup buku di tangannya, Abi menyesap teh hangat yang dibawakan ibunya.

"Ngomong-ngomong, belum ada yang bisa dikenalin ke Ibu nih, Bi?"

"Uhuk! Uhuk! Uhuk!" Abi langsung terbatuk saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut ibunya. Kalau pertanyaan itu dari mulut Firdha sih dia sudah biasa. Abi juga bisa ledekin balik. Tapi ini dari ibunya, heh! Kalau Abi mau ledekin balik, ia takut nanti dikutuk jadi batu nisan.

"Kok Ibu tiba-tiba nanya begitu?"

Erlin mengangkat kedua bahunya bersamaan. "Ya nanya aja. Memangnya ada yang salah sama pertanyaan Ibu?"

Abi menutup buku di tangannya dan menaruhnya di meja. "Enggak sih, Bu. Yaa... Abi belum ada calon aja, Bu," jawabnya pada akhirnya.

Erlin tersenyum. "Dicari toh, Bi, kamu kan laki-laki. Masa kamu yang nunggu," ujarnya.

"Berasa anak perawan kali dia, Bu, hahahaha," sahut Firdha.

Abi mendelik menatap Firdha. Kalau aja gak ada ibunya, udah Abi sumpel itu mulut Firdha pakai tutup toples. Rewel abis.

"Abi kan masih muda, Bu─"

"Lu udah mau 30 tahun, muda darimana?" potong Firdha tanpa mempedulikan raut sebal yang terang-terangan Abi tunjukkan.

"Nyamber aja deh kayak gas bocor," cibir Abi.

Firdha menggedikkan bahunya tak acuh, "Emang kenyataannya lu tua," balasnya pelan.

Abi memilih tidak memperpanjang lagi perdebatan dengan Firdha. Sebagai adik, Abi cukup tahu mulut kakaknya itu memang tipikal mulut followers akun gossip. Selalu punya hasrat untuk nyinyir. Jadi lebih baik Abi kembali ke topik obrolan dengan ibunya.

"Gini loh, Bu, cari jodoh kan gak kayak cari barang diskonan akhir tahun. Emangnya Ibu mau punya menantu asal comot?"

"Iya, Ibu ngerti. Ibu cuma mau kamu punya seseorang yang mendampingi kamu, Bi, karena gak selamanya kan Ibu ada di samping kamu─" Erlin menggantung kalimatnya. Mengalihkan tatapannya dari wajah anaknya, Erlin berdehem pelan dan kembali melanjutkan, "Suatu saat nanti, entah kapan, Ibu mungkin akan menyusul Ayah."

Mendengar itu sontak Abi jadi tegang, begitupun dengan Firdha yang tadi sempat-sempatnya membuat guyonan. Keduanya tidak menyangka kalau ibunya akan membahas hal ini dengan begitu serius.

Firdha langsung pindah posisi ke sebelah Erlin. Kedua tangannya ia lingkarkan di pinggang Erlin sementara kepalanya bersandar di bahu Erlin. "Ibu jangan ngomong kayak gitu dong," lirih Firdha.

Erlin tersenyum dan mengusap lengan putri sulungnya itu. "Ibu cuma ingin anak-anak Ibu bahagia. Begitupun dengan kamu, Fir. Hanya karena pengkhianatan dari mantan suamimu, bukan berarti semua lelaki itu bejat. Ibu yakin pasti ada seorang lelaki yang tulus mencintai kamu dan mau menerima keadaan kamu apa adanya. Yang kamu perlu lakukan adalah mencoba membuka hatimu lagi."

PREDESTINASI [DaMay Friend's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang