19. Nikmatkah?

7.2K 854 7
                                    

"Akhirnya datang juga nih aktor tampan idola sejuta umat."

Abi hanya tertawa mendengar pujian yang dilontarkan oleh seorang temannya itu tatkala Abi baru memasuki salah satu ruangan di sebuah cafè yang sebenarnya diperuntukkan untuk acara-acara tertentu, seperti meeting atau birthday party, namun mereka memesannya khusus agar bisa makan dan berkumpul dengan lebih nyaman. Tentu saja itu karena Abi yang membutuhkan ekstra privasi. Untuk itu, Abi juga lah yang mendanai biayanya.

"Yang muji-muji biasanya ada maunya nih," canda Abi seraya mengajak kawannya itu ber-high five. Tak lupa ia pun menyalami kawan-kawannya yang lain.

"Si anjiiirrr! Eh, kok, lama banget sih lu? Sampai kita-kita udah mau selesai makan lu baru dateng. Kan gak lucu kalau yang bayarin tapi gak ikutan makan."

Abi tertawa. "Santai aja sih elah kayak sama siapa aja," sahut Abi.

"Yang duitnya dinomorin sendiri mah beda ya, bro."

"Hahaha kuda! Udah, ayo lanjut makan. Laper gue. Kalian kalau ada mau nambah makanan, pesan aja." Sebenarnya bagi Abi tidak masalah jika dirinya tidak makan, yang terpenting bisa kumpul dengan teman-teman. Sulit bagi Abi mendapat kesempatan seperti ini, untuk itu jika ada maka tidak ia sia-siakan.

"Bi, bagi tips biar cepet kaya dong. Perasaan hidup gue kok begini-begini aja," ujar salah seorang temannya.

"Lah elu mah sholat aja jarang, Allah juga males kali merubah hidup lu. Si Abi mah pasti ibadahnya juga kenceng makanya bisa kayak sekarang. Kita yang bejat-bejat mah gak dikasih azab aja udah bersyukur," sahut temannya yang lain.

"Sialan! Tapi bener juga sih lu."

Di sela-sela kegiatan makannya, Abi termenung mendengar pernyataan temannya barusan. Ibadahnya kencang? Benarkah?

***

Di dalam mobil selama perjalanan menuju rumah, Abi menghabiskan waktunya dengan melamun. Entah kenapa Abi terus-menerus memikirkan percakapan temannya di cafè tadi.

"Woy!"

Abi berjengit kaget saat mendengar Firdha yang berseru di dekat telinganya. "Apaan sih lu?!" hardik Abi kesal karena Firdha merusak momen ketenangannya di dalam mobil.

"Ya lagian lu diem-diem aja. Denger gak lu tadi gue ngomong apa?"

"Emang lu tadi ngomong?" tanya Abi balik yang tentu saja membuat Firdha langsung menggeram kesal.

"Pasti ada alasan nih kenapa Allah jadiin kita saudara. Supaya gue banyak-banyak istighfar!" ujar Firdha ketus.

"Ya bagus dong kalau gitu kan lu jadi inget Allah terus," sahut Abi santai.

"Ya gak gini juga Abimanyu! Yang bener aja lu mah daritadi gue ngomong masa gak didengerin sih!"

"Ya maaf, gak sengaja. Yaudah ulangin deh lu mau ngomong apa. Gue pasang telinga double nih kali ini," ujar Abi seraya menjewer pelan kedua telinganya sendiri

Meski masih gondok, Firdha akhirnya menarik napas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Bersiap untuk mengulang kembali apa yang dia katakan sebelumnya.

"Alex nawarin lu main di film produksinya. Kata dia karakter cowoknya cocok banget sama tampilan lu. Dia bilang besok bakal kirimin naskahnya buat lu lihat dulu. Gimana?"

Abi terdiam. Kali ini pikirannya tidak kemana-mana. Ia fokus mendengarkan penjelasan Firdha, tapi entah kenapa Abi tidak tahu harus meresponnya seperti apa. Biasanya jika sudah menyangkut soal pekerjaan Abi akan langsung gerak cepat karena baginya time is money, tapi rasanya kali ini berbeda. Abi masih teringat pernyataan temannya tadi yang mengatakan bahwa Abi kuat ibadahnya makanya bisa berada di posisinya sekarang, tetapi pada kenyataannya bahkan tadi Abi melewatkan waktu maghribnya karena masih mengisi acara on air. Meskipun begitu kini ia malah mendapatkan sebuah tawaran bagus untuk mengisi pundi-pundi nominal saldo tabungannya. Jika ia juga sama bejatnya seperti kawannya, kenapa Allah memberi mereka nikmat yang berbeda?

"Tuh kan lu gak dengerin gue lagi ya?" tanya Firdha bernada menuduh yang langsung membuat Abi tersadar dari lamunannya.

Abi kemudian menggelengkan kepalanya. "Gak gitu. Gue denger kok. Gue lagi bingung aja harus ambil atau enggak. Menurut lu gimana?"

Firdha mengangkat kedua bahunya bersamaan. "Ya terserah lu lah, Bi. Lu yang ngejalanin."

Abi manggut-manggut kemudian menatap keluar kaca mobil.
Ia termenung lagi. Abi benar-benar merasa bingung. Setelah semua hal yang ia jalani selama ini, baru kali ini Abi terpikir kenapa rezekinya mengalir lancar padahal shalatnya mandek-mandek? Apakah di dalam kelimpahan hartanya ini terdapat ridha Allah juga di dalamnya?

"Astaghfirullah." Abi beristighfar pelan namun suaranya masih cukup mampu untuk sampai ke telinga Firdha.

Firdha menoleh dan menatap bingung pada adiknya yang terlihat sangat gelisah itu. "Kenapa lu, Bi?" tanyanya.

Abi hanya menoleh sekilas tetapi kemudian ia menggeleng. "Gak, gapapa, gue ngantuk," kilahnya yang kemudian langsung memejamkan matanya untuk menghindari agar Firdha tidak bertanya-tanya lebih jauh.

●●●

To be continue

=======================

Why you so tamvan sih, Bang Abi?😍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Why you so tamvan sih, Bang Abi?😍

Much love,

Asty K

PREDESTINASI [DaMay Friend's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang