"Kamu berapa lama di Jakarta, nak?" tanya Bu Khansa pada Abizar saat mereka telah selesai menyantap hidangan di meja.
"Untuk sementara Abi disini cuma satu minggu, Bu, tapi..." Abizar menggantung kalimatnya. Ia kemudian berdiri dan merangkul Bu Khansa dari samping. "Tapi Abi sekarang udah dipindahin ke Bandung, jadi insyaAllah bakalan lebih sering ngunjungin Ibu disini. Nanti Abi akan usahakan untuk pulang ke sini setiap satu minggu sekali."
Bu Khansa tersenyum bahagia mendengarnya. Dikecupnya dengan sayang puncak kepala putra bungsunya itu. "Alhamdulillah, Ibu senang dengarnya." Di usianya yang semakin menua ini, harapan satu-satunya sebagai seorang ibu adalah ia ingin bisa selalu berada di dekat anak-anaknya. Apalagi, Abizar masih lajang. Bu Khansa masih merasa bertanggung jawab penuh terhadap anaknya yang satu itu selama ia belum menikah. Jadi, Bu Khansa sebenarnya masih terasa berat untuk melepasnya pergi jauh-jauh. Kalau bukan karena tugas dari kantor, ia tidak mungkin mengizinkan Abizar ke Pekanbaru.
"Yaudah kamu istirahat dulu aja, Bi. Pasti kamu pegal kelamaan duduk apalagi tadi di perjalanan juga macet," ujar Alisha seraya menumpuk beberapa piring untuk ia bawa ke dapur.
"Ah, iya, betul kata kakakmu. Ibu tadi sudah minta tolong petugas kebersihan hari ini untuk menyiapkan kamar buat kamu. Sebentar ya Ibu panggilin," ujar Bu Khansa seraya beranjak, namun Abizar menahannya.
"Gak usah, Bu, Abi gak capek kok. Abi bantuin beresin ini dulu aja ya," ujarnya.
"Jangan," sergah Bu Khansa. "Sudah, kamu istirahat aja dulu. Rebahan sebentar di kamar biar gak pegal badannya. Nanti setelah isya baru kita pulang ke rumah."
Abizar hampir mengangguk, namun ia terdiam tatkala melihat ke jendela dan mendapati gadis yang baru saja berkenalan dengannya itu tengah kejar-kejaran dengan beberapa anak-anak. Riang tawa Arumi menular sampai tak sadar membuat Abizar melengkungkan senyumnya. "Sekretaris Ibu itu... kayaknya bukan asli orang sini ya, Bu? Abi gak pernah lihat sebelumnya."
Bu Khansa tersenyum mendengar pertanyaan putranya. Matanya mengikuti arah pandang Abizar. "Iya, Arumi belum ada dua tahun disini. Selama dia disini, kamu kan gak pernah ke Jakarta jadi kalian memang gak pernah ketemu."
Abizar manggut-manggut mendengarkan penjelasan Bu Khansa. "Ibu kenal dia darimana kalau gitu?" tanyanya.
"Panjang dan rumit kalau diceritakan," jawab Bu Khansa. "Kalau kamu mau tahu tentang Arumi, mungkin kamu bisa mencoba mengenalnya sendiri," imbuhnya seraya tersenyum dan menepuk lembut bahu putranya lalu kemudian pergi berlalu.
Abizar ikut tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ibunya ini memang sangat peka atau isi hati Abizar saja yang terlalu mudah dibaca? Abizar lantas melangkahkan kakinya keluar, berjalan dengan perlahan dan nyaris tanpa suara hingga jaraknya semakin dekat dengan Arumi.
"Assalamualaikum." Suara Abizar mengejutkan Arumi hingga membuat gadis itu berjengit kaget.
Arumi lantas menolehkan kepalanya dan mendapati Abizar berdiri di belakangnya. "Wa'alaikumsalam, ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanya Arumi sopan. Matanya sedikit melirik ke belakang Abizar, mencari sosok Bu Khansa ataupun Alisha namun ia tidak menemukannya.
"Ehm kalau gak ganggu sih saya mau kenalan," ujar Abizar membuat Arumi langsung tersentak dan menatapnya dengan pandangan bingung.
Sadar bahwa kata-katanya mungkin terlalu mengejutkan, Abizar mencoba mencairkan suasana, "Eee... kenalan sama anak-anak ini maksudnya. Kayaknya ada beberapa yang saya lupa namanya atau bahkan belum pernah saya lihat sebelumnya," ujar Abizar.
Arumi mengembuskan napas pelan. "Ooh, iya silahkan, Mas," ujarnya. Arumi kemudian memanggil anak-anak di sekitarnya dan memperkenalkan mereka dengan Abi.
"Kalau yang imut satu ini namanya siapa?" tanya Abizar melirik gadis kecil yang bersembunyi di belakang Arumi.
Arumi bersimpuh di samping gadis kecil itu yang kemudian langsung memeluknya. "Hana sayang ayo kasih salam dulu," ujar Arumi.
"Alamikum (Assalamualaikum)," ucap Hana malu-malu membuat Arumi dan Abizar tertawa.
"Wa'alaikumsalam, jadi kamu namanya Hana?" tanya Abizar. Hana mengangguk menanggapi pertanyaan Abizar, tetapi matanya menatap ke arah lain.
"Dia anaknya pemalu kalau sama yang baru dikenal," terang Arumi.
Abi mengangguk mafhum. Ia membungkukkan sedikit tubuhnya seraya mengulurkan tangannya untuk mengusap puncak kepala Hana. "Namanya cantik... seperti orangnya," ujar Abizar. Entah untuk siapa pujian itu ia berikan. Untuk Hana yang tengah dielusnya atau untuk Arumi yang tengah ditatapnya.
●●●
To be continue
=======================
Pilih Abimanyu atau Abizar?
Kalau aku sih gak bisa milih. Dua-duanya hayuuuu wkwkwkkwkwk
Much love,
Asty K
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINASI [DaMay Friend's Story]
Spiritual[Complete] Mapan, tampan, dan dermawan. Paket lengkap yang dimiliki oleh seorang Farrikho Abimanyu hingga membuatnya digilai banyak wanita. Sayang, semua itu ternyata tidak ada artinya di mata seorang perempuan bernama Arumi Saki. Perempuan yang tel...