14. Abi

7.2K 997 20
                                    

Arumi tengah menemani Lisa membeli beberapa bahan makanan dan bumbu dapur di salah satu pusat pembelanjaan saat dirinya tak sengaja bertemu dengan Firdha dan Najma. Ibu dan anak itu tengah asik memilah-milih buah jeruk yang sedang diskon.

"Assalamualaikum," sapa Arumi pada keduanya.

Begitu melihat Arumi, Najma langsung memeluk pinggang Arumi. Senang karena pertemuan tak terduga ini.

"Wa'alaikumsalam... Loh, Rumi? Sama siapa?" tanya Firdha seraya menyalami gadis yang hari ini memakai gamis dan khimar berwarna abu-abu.

"Sama tanteku, Kak," jawab Arumi.

Arumi pun lantas membawa Firdha dan Najma untuk bertemu dan berkenalan dengan Lisa. Pada Lisa, Arumi memperkenalkan Firdha sebagai temannya Hakim sekaligus orangtua dari anak yang diajar privat olehnya.

"Kalau ini siapa nih namanya?" tanya Lisa seraya mengusap puncak kepala Najma.

"Ayo salim sama Ibu. Namanya Najma, Tante," ujar Firdha seraya membimbing Najma untuk bersalaman dengan Lisa.

"Cantik namanya seperti orangnya," puji Lisa pada Najma yang kini bersembunyi di belakang Firdha karena malu.

"Tante sama Arumi habis ini mau makan, kalian mau ikut?" ajak Lisa.

Firdha berniat menolak karena sungkan namun Arumi memintanya untuk ikut saja. Setelah Firdha pikir-pikir mungkin tidak ada salahnya juga makan bersama Arumi dan Lisa selagi menunggu Abi menjemputnya karena Mang Jaja baru pulang dari kampung halamannya besok.

"Iya boleh, Tante, kalau gak merepotkan," ujar Firdha.

"Ya pasti nggak dong. Tante ke kasir dulu ya," ujar Lisa seraya mendorong trolinya.

"Sama, Tante, aku juga mau ke kasir," ujar Firdha sambil membawa keranjangnya. Keduanya lantas berjalan berbarengan menuju kasir sementara Arumi membawa Najma untuk menunggu di luar.

Setelah selesai, mereka menuju ke tempat makan terdekat. Restoran yang menyajikan aneka olahan mie pun akhirnya menjadi pilihan mereka. Sambil makan, Lisa mengajak Firdha berbincang-bincang obrolan ringan. Dari tentang kenal dengan Hakim darimana bahkan sampai tentang Najma. Lisa memang sangat menantikan memiliki cucu dari anak-anaknya, namun apa daya putra sulungnya itu belum berniat menikah karena masih betah berkutat dengan karirnya. Untuk itu Lisa sangat senang melihat anak kecil seperti Najma. Ditambah lagi selain cantik, Najma juga sangat responsif sehingga membuat lawan bicaranya senang melihatnya.

"Sebentar ya, Tante, Arumi, saya terima telepon dulu," ujar Firdha di tengah-tengah obrolan mereka karena ponsel Firdha berdering.

"Oh iya, iya, silahkan," ujar Lisa. Sementara Firdha mengangkat telepon, Lisa mengajak Najma mengobrol. Bertanya tentang kegiatan sekolahnya juga kegiatan les privatnya dengan Arumi.

Di lain sisi, Firdha yang menjauh sedikit dari meja makan pun mendekatkan ponselnya ke telinga. "Halo, kenapa, Bi?" tanya Firdha.

"Gue udah di parkiran, jemput di lobby mana?" sahut Abi.

"Gue masih makan di 'Ala Mie' nih. Lu kesini aja."

Abi mendesah pelan. "Lu berdua makan aja lama banget sih," keluh Abi.

"Dih, siapa yang bilang berdua? Orang gue sama Arumi dan tantenya sih."

Tanpa Firdha tahu, di dalam mobil sana mata Abi membelalak mendengarnya. Kenapa tahu-tahu Firdha bisa sama Arumi? Perasaan waktu kirim pesan padanya tadi Firdha cuma bilang mau makan dulu sambil menunggunya datang menjemput. "Kok lu bisa ketemu sama Arumi?" tanya Abi.

"Iya gak sengaja tadi ketemunya. Arumi lagi belanja juga sama tantenya, eh terus gue sama Najma diajak makan bareng deh. Lu mau gue tunggu diluar aja nih? Yaudah bentar ya gue ajak Najma ke—"

"Gak usah!" potong Abi sebelum Firdha menyelesaikan kalimatnya. "Gue aja yang kesana. Lu masih makan kan? Gak usah buru-buru makannya takut keselek, ntar kalau lu keselek terus masuk rumah sakit kan repot. Santai aja santai. Tunggu gue kesana, oke? Bye!"

Firdha menatap layar ponselnya dengan jengkel karena Abi baru saja memutus sambungan telepon secara sepihak dengan semena-mena. "Sok-sokan takut gue keselek, bilang aja mau ketemu Arumi," gerutu Firdha pelan. Ia kemudian mengetik pesan untuk memberitahukan posisi meja makannya pada Abi sebelum kembali duduk di tempatnya dan menyimpan ponselnya di dalam tas.

"Abi udah sampai ya, Bunda?" tanya Najma saat Firdha kembali duduk.

Firdha tersenyum seraya mengusap puncak kepala Najma. "Sebentar lagi, sayang," jawabnya.

"Oh, udah mau dijemput sama abinya ya?" tanya Lisa.

Mendengar pertanyaan Lisa, Arumi sedikit tersenyum karena teringat dulu ia pun pernah seperti tantenya. Salah mengira tentang panggilan 'Abi'. Dikira itu adalah panggilan untuk ayah, ternyata memang namanya saja 'Abi'.

Firdha tertawa kecil seraya menggelengkan kepalanya. "Abi itu adik saya, Tante, bukan ayahnya Najma. Nama panggilannya memang 'Abi'," terang Firdha.

"Oh ya ampun, maaf ya Tante gak tahu," ujar Lisa. "Tapi ngomong-ngomong nama adiknya Firdha ini Abi? Kayak nama bintang fil—" Kalimat Lisa tertahan tatkala ia melihat sosok pria tinggi tegap memakai topi dan kacamata serta masker berdiri di belakang Firdha.

Melihat raut terkejut di wajah Lisa, Firdha pun lantas menoleh. Ditepuknya kemudian pria yang berdiri di belakangnya. "Cepet banget sampenya. Maraton?" ledeknya kemudian seraya menyuruh Abi untuk duduk di tempat Najma sementara ia mengambil Najma untuk dipangku olehnya.

"Tante, kenalin ini namanya Abi, adik saya. Bi, ini Tante Lisa, tantenya Arumi," ujar Firdha menggiring Abi dan Lisa untuk bersalaman.

"Kok rasanya kayak familiar ya? Seperti pernah lihat tapi dimana gitu," gumam Lisa sembari memperhatikan postur wajah Abi yang sebagian tertutup masker dan kacamata juga ditambah lagi terhalang oleh bayangan topi.

"Dia memang pasaran kok, Tante," gurau Firdha. Ia kemudian menghabiskan makanannya yang memang tinggal sedikit lagi lalu mengajak Abi dan Najma untuk pulang.

"Makasih banyak ya, Tante, traktirannya. Nanti kapan-kapan kalau kita ketemu lagi saya yang traktir Tante," ujar Firdha.

Lisa tersenyum. Tangannya kemudian terulur untuk mengelus rambut Najma. "Wah, Tante senang sekali kalau kita bisa ketemu lagi," ujarnya. Tatapan matanya kemudian kembali lagi ke Firdha, "Kalian hati-hati ya pulangnya," pesannya.

Firdha tersenyum dan mengangguk lalu kemudian menyalami Lisa dan Arumi, begitupun dengan Najma yang ikut menyalami Lisa dan Arumi. Melihat Abi yang masih diam saja, Firdha berinisiatif menyenggol lengan adiknya itu. Memberi kode agar Abi juga pamit dengan Tante Lisa dan Arumi.

Sebenarnya Abi masih ingin berlama-lama menatap Arumi. Bertemu dengan Arumi diluar dari waktu Arumi mengajar les di rumahnya itu rasanya seperti berkah, tapi Abi cukup tahu diri untuk tidak gegabah dalam menunjukkan perasaannya. Abi pun lantas menyalami Lisa dan mengangguk sopan pada Arumi sebagai wujud 'pamitan'.

"Hati-hati ya, Kak Firdha, Najma, Abi juga," ujar Arumi.

Dari balik masker yang dikenakannya, bibir Abi mengulas senyum. Ya, untuk saat ini ia sudah cukup bahagia karena Arumi masih mengingat permintaannya untuk memanggilnya 'Abi'. Ucapan adalah do'a kan? Mana tahu dengan Arumi sering memanggilnya 'Abi', kelak ia juga dapat menjadi 'Abi' untuk anak-anaknya Arumi.

●●●

To be continue

======================

Assalamualaikum, akhirnya kita bersua lagi di bulan ramadhan😂
InsyaAllah ramadhan ini dan seterusnya aku bisa lebih fokus nerusin cerita ini. Doakan saja yaa!

Buat kalian semua, lancar yaa puasanya. Inget, selain tahan lapar dan haus juga harus tahan diri jangan ngomongin orang wkwkwk

Happy reading!

Much love,

Asty K

PREDESTINASI [DaMay Friend's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang