اِنَّمَاۤ اَمْرُهٗۤ اِذَاۤ اَرَادَ شَیْئًـا اَنْ يَّقُوْلَ لَهٗ كُنْ فَيَكُوْنُ"Innamaaa amruhuuu izaaa arooda syai'an ay yaquula lahuu kun fa yakuun." [Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya, Jadilah! Maka jadilah sesuatu itu.]
فَسُبْحٰنَ الَّذِيْ بِيَدِهٖ مَلَـكُوْتُ كُلِّ شَيْءٍ وَّاِلَيْهِ تُرْجَعُوْنَ
"Fa sub-haanallazii biyadihii malakuutu kulli syai'iw wa ilaihi turja'uun." [Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya kamu dikembalikan.]
(QS. Ya-Sin 36: Ayat 82-83)
Arumi menutup kemudian mengecup Al-Qur'an di tangannya. Setiap kamis malam selepas shalat isya Arumi selalu menyempatkan diri untuk membaca surah Ya-Sin juga mengirimkan do'a untuk almarhum papanya. Agar beliau mendapat tempat terbaik di sisi-Nya.
Mengenang soal papanya membuat Arumi jadi terpikirkan satu hal. Seandainya papanya masih hidup, apakah kehidupan mereka kini akan jadi lebih baik? Seandainya papanya masih hidup, mungkinkah saat ini mereka kini tengah berkumpul bersama? Menikmati malam hari sambil berbagi cerita tentang banyak hal yang telah mereka lewati.
Arumi menghela napas pelan seraya menggelengkan kepalanya. Tidak, Arumi tidak boleh mempertanyakan sesuatu yang sudah Allah kehendaki. Hidup dan mati seseorang sudah diatur oleh Allah. Apapun yang terjadi, itulah yang sudah Dia tetapkan untuk kita.
Arumi menghapus jejak-jejak air mata di pipinya sebelum menyimpan kembali Al-Qur'annya serta merapikan mukenanya.
Sebelum tidur Arumi mengecek kembali fotocopi materi yang telah ia persiapkan untuk Farsha dan Najma. Ia telah berjanji untuk mengajarkan hukum-hukum tajwid kepada Farsha serta do'a sehari-hari untuk Najma.
Arumi sungguh merasa beruntung. Di tengah-tengah rasa rindunya terhadap sebuah 'keluarga', Allah mengirimkan orang-orang yang baik untuknya. Yang bisa membuatnya merasa bahwa Arumi tidak sendirian. Arumi memiliki Bu Khansa serta adik-adik di panti asuhan yang menemaninya dari nol. Arumi juga memiliki om, tante, serta saudara sepupu yang menyayanginya dan bisa menerimanya. Lalu kini, Allah juga mempertemukannya dengan Erlin. Seorang perempuan baik hati yang membuat Arumi merasa bisa berada di dekat mamanya. Seolah Erlin adalah cermin yang merefleksikan mamanya.
Sekeras apapun hati mamanya sekarang, Arumi tetap tidak bisa membencinya. Sebab Arumi tahu mamanya sangat menyayanginya. Hanya saja ego di hati mamanya membuat mereka kini harus berjauhan. Arumi yang paling tahu seperti apa kesulitan yang mamanya alami untuk membesarkannya sejak papanya meninggal. Arumi yang paling tahu bagaimana perjuangan mamanya menjadi single parent. Untuk itu Arumi takkan pernah bisa marah padanya. Sebesar apapun ego mamanya sekarang, Arumi yakin suatu hari nanti ia pasti akan dapat meluluhkannya.
Bruk!
Saat sedang merapikan kertas-kertas fotocopi, tangan Arumi tidak sengaja menyenggol novelnya yang sepertinya ia taruh terlalu pinggir. Arumi membungkukkan sedikit tubuhnya untuk mengambil novelnya dan meletakannya kembali di tempatnya. Bagi Arumi, novel ini bukan hanya sekadar tulisan. Novel ini telah menjadi saksi perjuangannya untuk bisa memeluk agama islam. Sebuah novel yang Arumi harap bisa memberi manfaat untuk para pembacanya.
Para pembacanya...
Tiba-tiba Arumi jadi teringat saat ia melihat Abi membeli novelnya. Memang sih, siapa saja berhak untuk membeli novelnya. Bahkan Arumi juga tidak tahu apa Abi membeli novel itu untuk dirinya sendiri atau mungkin hanya sebagai hadiah untuk orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINASI [DaMay Friend's Story]
Spiritual[Complete] Mapan, tampan, dan dermawan. Paket lengkap yang dimiliki oleh seorang Farrikho Abimanyu hingga membuatnya digilai banyak wanita. Sayang, semua itu ternyata tidak ada artinya di mata seorang perempuan bernama Arumi Saki. Perempuan yang tel...