Usai menunaikan shalat isya, Abi membantu menggulung karpet yang tadi digunakan orang-orang untuk duduk mendengarkan ceramah.
"Abang!" Farsha berjalan menghampiri Abi yang baru saja hendak berjongkok untuk menggulung karpet.
Karena panggilan dari adiknya itu pun Abi kembali berdiri. "Kenapa?" tanyanya.
"Aku sama Najma mau nyusul Ibu sama Mbak Firdha ke ruangan itu ya," tunjuk Farsha pada sebuah ruangan yang merupakan ruang rapat para pengurus panti.
"Mau ngapain?" tanya Abi lagi.
Farsha mengangkat kedua bahunya bersamaan. "Gak tahu. Tapi ada Bu Khansa sama Kak Arumi juga sih. Mau ngejodohin Abang sama Kak Arumi kali."
Dari balik maskernya Abi mengucap kata 'aamiin' namun yang keluar dari bibirnya tak serupa. "Gak usah ngawur. Ya udah sana gih, nanti kalau udah selesai bantu disini Abang juga nyusul terus kita langsung pulang."
"Oke!" sahut Farsha kemudian menuntun Najma berjalan beriringan bersamanya.
Tanpa Abi sadari, ada seseorang yang mendengar pembicaraannya dengan Farsha. Abizar mendengarnya dengan jelas, dan dari apa yang didengarnya itu sudah cukup untuk menjadi penguat bahwa dugaannya memang benar. Ada sesuatu diantara Abi dan Arumi. Entah itu Abi yang diam-diam tertarik pada Arumi seperti dirinya, atau Abi dan Arumi saling memiliki ketertarikan namun diantara keduanya tak ada yang berani mengungkapkan, dan hal-hal lainnya yang sebenarnya enggan Abizar bayangkan.
Jiwa kompetitif dalam diri Abizar muncul. Meski begitu, ia ingin persaingan yang sehat tanpa saling menjatuhkan. Abizar pun memberanikan diri menghampiri Abi. "Maaf," ujarnya membuat Abi menoleh menatapnya.
"Ya?" tanya Abi.
"Ada yang mau saya sampaikan," ujar Abizar.
Abi mengangguk, "Oh, silahkan."
"Saya cuma mau bilang kalau selama masih belum ada keputusan, kita sama-sama memiliki kesempatan. Tapi pada akhirnya nanti hanya akan ada satu Arumi untuk satu laki-laki," ujar Abizar. Ditepuknya singkat bahu Abi sebelum Abizar berbalik dan melangkah pergi.
Abi tertegun memandangi Abizar yang langkahnya kian menjauh, menyibukkan dirinya dengan kembali membantu yang lainnya. Meski awalnya sedikit bingung kenapa Abizar tiba-tiba bicara seperti itu padanya, tapi sekarang Abi dapat memahaminya.
Abizar ingin menunjukkan bahwa ia memiliki perasaan juga pada Arumi dan baik dirinya maupun Abi saat ini berhak sama-sama berusaha untuk mendapatkan Arumi. Tetapi kelak saat Arumi sudah memutuskan siapa seorang lelaki yang akan menjadi pendampingnya, maka yang lainnya harus bisa menerima kenyataan untuk mundur.
***
Di perjalanan menuju rumah, batin Abi dipenuhi banyak pikiran. Tentang kata-kata Abizar padanya tadi, juga tentang kata-kata yang pernah Damar ucapkan sebelumnya.
"... Pada akhirnya nanti hanya akan ada satu umi untuk satu abi."
"... Kalau ditolak, at least lu udah pakai kesempatan yang lu punya, seenggaknya lu udah usaha dan tahu perasaan dia. Sedangkan kalau dia tiba-tiba nikah sama yang lain, gimana?"
Abi beristighfar dan mengusap wajahnya. Tindakannya yang tiba-tiba itu sontak membuat keluarganya yang lain melirik ke arahnya. "Kenapa kamu, Bi?" tanya Erlin.
Abi menggeleng. "Enggak apa-apa, Bu, cuma ngantuk."
"Ya udah tidur aja," usul Erlin. Toh Abi tidak sedang dalam keadaan menyetir.
"Tapi mules juga," sahut Abi lagi.
"Multitalent banget lu ya, Bi. Ngantuk sambil mules." Kali ini Firdha yang menanggapinya.
Abi hanya meringis tipis kemudian memilih untuk memejamkan matanya. Mungkin tidur sebentar bisa membuat pikirannya jadi lebih jernih.
●●●
To be continue
Abi sama Najma gemaaayyy wkkwkwk
Much love,
Asty K
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINASI [DaMay Friend's Story]
Espiritual[Complete] Mapan, tampan, dan dermawan. Paket lengkap yang dimiliki oleh seorang Farrikho Abimanyu hingga membuatnya digilai banyak wanita. Sayang, semua itu ternyata tidak ada artinya di mata seorang perempuan bernama Arumi Saki. Perempuan yang tel...