13. Umi

9.5K 1.1K 66
                                    

"Bang Abi, ngapain?" Suara yang berasal dari mulut Farsha ikut membuat Erlin dan Arumi menoleh pada pemilik nama yang dipanggil Farsha.

Abi menggaruk tengkuknya yang sebenarnya sama sekali tak gatal, hanya untuk menutupi kecanggungannya karena ketahuan mengintip momen haru milik para wanita di depannya.

"Kenapa, Bi?" Erlin ikut menyuarakan pertanyaan untuk putra satu-satunya itu.

Abi lalu berjalan menghampiri Erlin, mengulurkan tangannya untuk kemudian mengecup punggung tangan ibunya. "Abi pamit dulu, Bu, mau jemput si Firdha sama Najma."

Erlin menganggukkan kepalanya. "Yaudah, hati-hati," pesannya. Saat Abi hendak berbalik, Erlin tiba-tiba saja memanggilnya lagi. Membuat Abi menoleh kembali pada ibunya. "Sekalian anterin Arumi pulang aja gih, Bi," ujar Erlin membuat Abi juga Arumi membelalakkan mata bersamaan.

Arumi berdehem pelan, "Ehm, Bu, Arumi bisa pulang sendiri kok. Lagipula hari ini Arumi gak langsung ke rumah, Bu. Ada urusan di tempat lain," tolak Arumi sehalus mungkin.

"Loh? Mau kemana memangnya, Rum?" tanya Erlin.

"Ada acara di panti, Bu. Arumi mau mampir kesana dulu."

"Panti? Panti asuhan yang Firdha pernah bilang bukan? Yang Najma pernah ulang tahun disana?" tanya Erlin lagi dan Arumi mengangguk mengiyakan. "Ooh ya udah gapapa, sekalian Abi keluar. Biar kamu irit ongkos juga. Lebih aman pula sama anak Ibu."

Arumi tersenyum canggung, dalam hati mencoba mencari alasan lain untuk menolak tawaran Erlin namun sayangnya ia tidak menemukannya. Terlebih ketika Erlin menambahkan lagi perintahnya, dan kali ini tertuju  pada Farsha. "Sha, kamu ikut Abi aja. Arumi takut ada fitnah mungkin kalau dia berdua doang sama Abi. Kamu tahu sendiri kan Abang kamu itu sasaran empuk infotainment gossip."

Setelah Farsha menganggukkan kepalanya, Arumi tidak punya pilihan lain selain menuruti perintah Erlin. Abi yang dalam hati sebenarnya senang pun menghela napas sejenak untuk menutupi supaya gak ketara-ketara banget antusiasnya.

***

"Jadi mamanya Kakak tuh orang Jepang ya? Pantesan aja muka Kakak tuh beda aja gitu sama muka orang Indonesia pada umumnya. Ketara blasterannya hahaha."

Arumi ikut tertawa mendengar celoteh Farsha yang sedari tadi mengulik tentang dirinya. Padahal sudah lebih dari sepuluh kali mereka bertemu dan berbincang-bincang tetapi baru kali ini Farsha mengetahui darimana Arumi mendapatkan paras cantik dengan sedikit campuran orientalnya itu.

"Mama Kakak bukan bener-bener orang Jepang asli juga sih. Kakek sama Nenek dari Mama juga memang sudah campuran, jadi darah Jepang di Kakak sedikit banget lah. Ibarat bendera Jepang mah cuma yang buletan merahnya aja," gurau Arumi.

Abi ikut tersenyum mendengar pembicaraan adiknya dan Arumi. Aduh Arumi ini udah cantik, pinter, lucu lagi. Paket lengkap begini kalo diibaratin kuota pasti mahal.

Perjalanan yang mereka lalui diisi dengan obrolan Farsha dan Arumi, sedangkan Abi fokus menyetir saja. Gak fokus-fokus banget juga sih karena kupingnya masih mencuri-curi dengar pembicaraan Farsha dan Arumi.

"Makasih ya, Sha, udah nganterin Kakak," ucap Arumi saat mereka sudah sampai di depan panti asuhan milik Bu Khansa.

"Sama-sama, Kak," sahut Farsha seraya mengacungkan ibu jarinya.

"Makasih juga Bang Abi," ujar Arumi pada Abi. Sebenarnya Arumi gak tahu harus memanggil Abi dengan sebutan apa. Waktu bertemu di panti Arumi sempat memanggilnya 'Pak' karena mengira Abi adalah ayahnya Najma, tapi setelah tahu kalau Abi bukanlah ayah Najma Arumi takut Abi merasa dianggap tua jika Arumi memanggilnya 'Pak'. Akhirnya Arumi memutuskan untuk mengikuti cara Farsha memanggil Abi saja.

PREDESTINASI [DaMay Friend's Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang