Hari ini adalah hari kelahiran Erlin. Tak terasa waktu terus bergulir hingga menambah lagi satu angka usia untuk Erlin. Demi membahagiakan ibunya di waktu ulang tahunnya, Abi memberikan satu hari eksklusif untuk Erlin. Pria itu menyuruh Mang Jaja untuk mengantar Erlin yang ditemani oleh Firdha dan Najma untuk melakukan perawatan di salon, berbelanja, menonton film, dan melakukan apa saja yang ingin dilakukannya hari ini. Abi pun sudah melakukan reservasi di sebuah restaurant untuk dinner dengan keluarganya malam nanti.
"Kita jadinya mau beli kado apa nih, Bang?" tanya Farsha saat memasuki mobil Abi. Pria itu datang menjemputnya yang baru pulang kuliah karena sudah berencana untuk pergi bersama mencari kado untuk Erlin.
"Masih belum tahu nih. Kira-kira Ibu mau apa ya?" tanya Abi balik sambil mengemudikan mobilnya keluar dari area kampus.
"Aku juga bingung," ujar Farsha. Ia pikir abangnya itu sudah memberikan semuanya untuk ibunya sejak pria itu sukses dengan karirnya. "Coba tanya Kak Firdha, Bang," usulnya kemudian.
Abi mencibir, "Kakakmu itu baru aja di chat tadi bilang 'terserah kalian. Gue mah ngikut aja' gitu."
Farsha tertawa melihat Abi menirukan gaya bicara Firdha. "Hahaha dasar tidak membantu," ujarnya.
"Ibu belakangan ini lagi suka apa sih kalau di rumah? Atau dia lagi suka beli apa gitu?" tanya Abi. Wajar saja kalau Abi tidak begitu tahu sebab pria itu kan memang jarang di rumah. Sekalinya di rumah ya untuk beristirahat—atau curi-curi pandang melihat Arumi mengajar les privat.
"Hmm..." Farsha berusaha mengingat-ingat apa yang sedang ibunya sukai ataupun sering lakukan belakangan ini. Beberapa detik kemudian gadis itu menjentikkan jemarinya. "Ah, aku tahu!"
"Apa? Apa?" tanya Abi antusias.
"Ibu lagi suka banget sama Kak Arumi!"
Abi langsung berdecak mendengarnya. "Jangan mulai ya, Sha," ujarnya memperingati.
"Ih tapi beneran, Bang. Ibu tuh lagi suka sama Kak Arumi, katanya cantik, sopan, sholehah pula."
Abi menggeleng-gelengkan kepalanya menolak untuk percaya. Sekalipun memang benar Arumi seperti itu, tapi Farsha saat ini pasti cuma tengah menggodanya. "Yang bener ah, Sha. Ibu gak ada bilang lagi kepingin apa gitu sama kamu?" tanya Abi mencoba mengembalikan topik pembicaraan.
Farsha kembali terlihat berpikir dengan tatapan mata yang menerawang ke depan dan jari telunjuk yang mengusap-usap dagunya. "Aku tahu! Ibu pingin punya menantu, Bang!" seru Farsha.
Detik itu juga Abi langsung menyentil dahi adiknya itu. "Ih, aku ngomong beneran juga," cibir Farsha sembari mengusap dahinya yang disentil Abi.
"Kan udah pernah waktu itu dari Firdha," ujar Abi.
"Tapi kan gagal, Bang. Ibu tuh maunya yang berhasil gitu loh."
Abi menggeleng-gelengkan kepalanya. "Ngawur ah nanya sama kamu mah."
"Kalau gitu coba tanya Kak Arumi aja, Bang," goda Farsha.
"Tanya apa?"
"Tanya mau gak jadi menantunya Ibu," goda Farsha sambil mengerlingkan sebelah matanya.
Abi menyipitkan matanya menatap Farsha sekilas. Mulai lagi ini anak, batinnya. "Lama-lama kok kamu rese kayak Firdha deh, Sha," protesnya.
Farsha menanggapinya dengan tawa. "Ya namanya masih sedarah," jawabnya enteng. "Coba minta pendapat sama Kak Arumi, Bang. Ibu kan juga sering ngobrol sama Kak Arumi. Sekalian ajakin Kak Arumi juga buat ikutan dinner sama kita," hasutnya.
Abi yang biasanya berpikir dua kali sebelum bertindak, untuk kali ini langsung terhasut dengan kata-kata Farsha. "Ya udah nanti. Kita cari makan dulu. Abang lapar."
KAMU SEDANG MEMBACA
PREDESTINASI [DaMay Friend's Story]
Spirituelles[Complete] Mapan, tampan, dan dermawan. Paket lengkap yang dimiliki oleh seorang Farrikho Abimanyu hingga membuatnya digilai banyak wanita. Sayang, semua itu ternyata tidak ada artinya di mata seorang perempuan bernama Arumi Saki. Perempuan yang tel...