Amber nyaris tidak bisa tidur semalaman memikirkan kehadiran Joanna dalam perusahaan mereka -meski jelas sekali itu milik Brian dan Archer, bukan "mereka" dengan dirinya-. Dan saat ini ia beruntung karena Brian terlalu sibuk dan tidak menyadari bahwa Joanna adalah salah satu teman dekatnya. Ia ingat di mana ketika ia mengatakan bahwa dirinya tidak memiliki teman yang menyukai atau paham dengan kesenian meski ia tahu bahwa Joanna memiliki kualifikasi lebih dari cukup.
Archer menyadari bahwa penampilan Amber hari cukup berantakan. Ia langsung menghampiri gadis itu dan meraih kedua telapak tangnnya, menggenggamnya dalam kehangatan. Amber sedikit terkejut namun pada akhirnya ia tersenyum ketika menyadari kehadiran Archer.
"Apa ada yang mengganggumu?" Tanya Archer lembut, melepaskan salah satu tangan Amber lalu mengulurkan tangan kanannya yang bebas itu untuk menyelipkan helaian rambut di belakang daun telinga gadis itu. Tatapan sendu nan lembutnya tidak pernah berubah. Hal yang selalu mampu membuat Amber terhanyut dan merasakan kenyamanan yang selama ini ia cari di tengah kekhawatirannya yang terus menerus menumpuk.
"Aku hanya merasa sedikit tidak nyaman." Jawabnya menggantung.
"Tidak nyaman? Akan apa? Apa sesuatu terjadi?" Tanya Archer dengan nada suara penuh kekhawatiran dan itu lagi-lagi membuat senyuman tipis terukir di wajah gadis itu.
"Selamat pagi!"
Sapaan ceria itu langsung merebut perhatian keduanya. Joanna berdiri diambang pintu dengan senyuman cerah selama beberapa saat sebelum akhirnya tatapan matanya tertuju pada tangan Archer yang menggenggam Amber. Gadis itu menatap Amber untuk sesaat dengan dahi berkerut. Menyadari hal itu, Amber segera melepaskan genggamannya.
"Jo?"
Joanna tidak mengatakan apa-apa hanya tersenyum tipis sebelum akhirnya berbalik pergi dan meninggalkan ruangan itu. Amber mencoba untuk mengejarnya namun ia sedikit ragu sementara Archer tidak bisa mencerna situasi apa yang sebenarnya terjadi.
"Jo? Apa kalian akrab secepat itu?"
"Dia salah satu teman dekatku." Jawaban Amber terdengar sangat lemah namun Archer masih bisa menangkapnya dengan jelas. Ia adalah seorang penyimak yang ulung. Berkat Elois yang selalu saja bertanya mengenai ini dan itu, apapun.
Kedua alis mata Archer saling bertautan, "Loh? Bagaimana bisa? Bunkah kau tidak memiliki teman dibidang ini?"
"Joanna dan Rose, kami bertiga adalah teman dekat." Ucap Amber lagi sambil memejamkan matanya. Ia menantikan reaksi yang akan ditunjukkan Archer.
Gadis itu menanti selama beberapa detik, namun tidak ada apapun yang terjadi hingga akhirnya ia dengan perlahan memberankkan diri untuk membuka matanya dan mendapati Archer masih berdiri di depannya sambil melipat kedua tangan di depan dada.
"A-aku..."
"Jelaskan padaku, Amber." Pinta Archer dengan penuh tekanan namun sama sekali tidak meninggikan suaranya dan ia tidak perlu melakukan itu. Archer sama sekali bukan orang yang mudah membentak orang apalagi bertindak tanpa alasan. Jika seseorang bersikap beda, maka pasti ada alasan kenapa ia melakukannya. Dan karena Archer tidak tahu, maka ia akan bertanya, bukannya lebih dulu menghakimi.
"J-Joanna menyukaimu."
Mendengar hal itu, Archer langsung tersenyum.
"Lalu?"
"Aku hanya..."
"Kau tahu aku ini bukan tipe yang dengan mudahnya berpaling, 'kan?" Tanya Archer dengan mempertahankan tekanan yang sama, sebenarnya bermaksud menggoda Amber. Namun ia tidak bertindak lebih jauh lagi, Archer tahu bahwa gadis itu bisa saja menyalah artikan sikapnya.
YOU ARE READING
Closer [END]
Teen Fiction[BOOK 5 of Golden Family] Elois Lynford, Archer Collins dan Christina Collins memang berasal dari dua keluarga pengusaha kaya raya dan super power se-jagad dunia bisnis. Namun ketiganya dibesarkan dengan cara yang berbeda dengan kisah orangtua yang...