New York, Amerika Serikat.
Di pagi yang cerah ini Evanna sudah sibuk berada di dapur untuk menyiapkan sarapan. Ia menambahkan keju di atas hidangan putrinya dan menambahkan ekstra cabai bubuk di atas makanan milik suaminya, Stevan Collins. Masa-masa sulit sudah berlalu dan sekarang pernikahan mereka sudah menjelma menjadi sebuah keluarga yang sesungguhnya. Bahkan putri mereka sudah menginjak usia 13 tahun.
"Mom, sarapan ku sudah siap?" tanya seorang gadis remaja berambut pirang yang baru saja muncul dari kamarnya di lantai dua dengan mengenakan seragam sekolah yang khas, rok kotak-kotak merah hitam.
"Sudah, panggil Daddy mu."
"Dad bilang tidak akan sarapan sampai mommy yang datang untuk menyeretnya."
"Dad mendengar ucapan mu, princess."
Stevan muncul dari arah kamarnya dan Evanna yang berada di lantai dasar. Evanna menggelengkan kepala karena melihat bagaimana sibuknya Stevan dengan dasi. Satu hal yang tidak pernah berubah dari diri pria itu adalah kebodohannya ketika memakai dasi dan seringkali membuat Evanna kesal karena masalah kecil seperti ini.
"Kau bisa berlajar memakai dasi mu,'kan?"
"Kau tahu kan, honey? Aku tidak seperti kakak ku."
"Tentu! Mendiang William jauh lebih menarik dari pada dirimu."
"Apakah kau mengatakan akan menikahinya jika ia masih lajang?"
"Well, siapa yang akan menolak?"
Evanna mengangkat sebelah bahunya sedangkan Stevan menghela nafas, ia tidak merasa cemburu tapi tetap saja rasanya agak kesal ketika sang istri harus membandingkan dirinya dengan kakaknya yang sempurna itu. Sedangkan gadis remaja berseragam itu sudah sibuk dengan sarapannya sambil memperhatikan kedua orangtuanya.
"Oh, drama di pagi hari." Sindirnya pelan namun sukses
Stevan dan Evanna langsung saling memisahkan diri dengan wajah merona. Sekarang putri mereka, Christina, sudah cukup untuk mengerti hal-hal berbau roman dan tampaknya mereka perlu berhati-hati mengenai hal-hal semacam ini.
"Jadi, bagaimana dengan sekolah mu?" tanya Stevan yang segera bergabung di meja makan.
Evanna sibuk membawa gelas-gelas minuman berisi susu untuk Christina dan segelas kopi untuk Stevan. Kemudian ia kembali ke dapur untuk mengambil teko kaca berisi air mineral bersama tiga gelas kristal. Kegiatan paginya selalu sibuk dengan hal-hal seperti ini. Mimpinya menjadi seorang wanita karir sudah menghilang sejak ia memiliki Christina dalam kehidupannya dan berubah menjadi seorang ibu rumah tangga yang ideal. Keluarga mereka bahkan dinobatkan sebagai contoh keluarga yang benar di Amerika.
"Semuanya baik-baik saja."
"Dad dengar kau tidak bisa bersosialisasi?"
"Aku? Hanya tidak ingin. Mereka hanya memandang uang ku."
Stevan tidak mengatakan apa-apa lagi, sisi lain Christina yang tidak bisa terbantahkan adalah sifat sinisnya. Ia merasa tidak memiliki sifat itu, mungkin dari Evanna tapi Evanna bilang itu sifatnya. Atau memang mereka berdua memiliki sifat itu?
"Kau bisa mencari teman sebayamu. Kau tahu? Tidak semua orang seperti itu, Chris."
"Uang dan penampilan adalah tolak ukur mereka, Mom."
Stevan memberi kode pada Evanna agar mereka menyudahi pembicaraan ini. Melawan Chris untuk berargumen bukanlah pilihan yang tepat. Gadis itu sangat cerdas untuk kategori remaja seusianya bahkan ia memiliki banyak rasa keingintahuan terhadap bisnis. Membayangkan suatu saat nanti Christina akan duduk menggantikan Stevan membuat Evanna merinding. Baginya seorang wanita tidak cocok dalam bisnis seperti itu.
"Oh iya, apakah minggu ini kakek Collins akan datang?" tanya Chris disela-sela makannya.
"Ku rasa iya. Beliau bertanya tentang mu, apa kalian memiliki janji yang tidak daddy ketahui?"
"Tidak ada. Hanya hubungan kakek dan cucunya." Jawab Chris diplomatis dan membuat Evanna tersedak minumnya.
Ia tidak tahu kalau putrinya sudah benar-benar masuk dalam kategori dewasa. Bahkan cara bicaranya saja sudah sangat berbeda. Bukan lagi Chrisnya yang lucu dan suka mengomel karena alasan-alasan yang kebanyakan tidak jelas inti permasalahannya.
"Aku akan berangkat sekarang atau aku akan terlambat!"
Chris segera meraih tas sekolahnya, memberikan sebuah kecupan ringan di pipi Stevan dan pelukkan untuk Evanna sebelum akhirnya ia pergi meninggalkan rumahnya. Ia menyapa supir keluarga mereka yang biasa mengantarnya ke sekolah lalu masuk ke dalam mobil dengan gerakan cepat. Mungkin ia bisa menjadi seorang atlit karena kecekatannya. Tidak sampai di sana, ia langsung mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya. Perlengkapan berperangnya, sebuah kacamata kuno, ikat rambut dan kawat gigi.
"Jangan katakan apapun pada orangtua ku." Ucap Chris seperti biasa.
Supir itu hanya tersenyum tipis dan mengangguk, ia sudah menyimpan rahasia Nona Mudanya sejak lama. Christina yang cantik dan selalu di kejar Casandra untuk menjadikannya seorang model itu suka bertransformasi dengan penampilannya. Merubahnya menjadi seorang remaja kuno yang tidak kenal mode.
Christina Eleanor Collins, seorang nona muda yang mempelajari kehidupan dengan caranya.
-
New York - Amerika Serikat, 12 Mei 2029
YOU ARE READING
Closer [END]
Genç Kurgu[BOOK 5 of Golden Family] Elois Lynford, Archer Collins dan Christina Collins memang berasal dari dua keluarga pengusaha kaya raya dan super power se-jagad dunia bisnis. Namun ketiganya dibesarkan dengan cara yang berbeda dengan kisah orangtua yang...