Hari pertama di kampus baru.
Banyak mahasiswa baru yang mulai berdatangan ke universitas itu, sementara mahasiswa tingkat atas diam-diam menyukai hari ini. Dimana mereka bisa melihat wajah-wajah baru dan menantikan akan seperti apa junior mereka tahun ini. Kehadiran orang-orang cerdas atau orang-orang dari kalangan terpandang bukan lagi hal yang mengherankan di sini. Namun pagi itu, Chris dengan pakaian kasual dan riasan seadanya sukses membuat para pria menatapnya dengan rasa ingin tahu bahkan sejak pertama kali ia mengeluarkan kaki kirinya keluar taksi.
Kacamata hitam turut menyertainya, menjaga pandangan mata dari silaunya cahaya mentari yang hangat. Ia melirik kesana-kemari, membuat para pria berusaha menebar pesona dengan senyuman berharap gadis itu melirik mereka untuk sesaat. Dalam kepala Chris hanya ada dua wajah yang sangat ingin ia temui secepat mungkin. Yang pertama adalah kakak sepupunya, Elois dan yang satunya adalah Archer.
Ia benar-benar ingin memaki karena mencari dua orang pria yang berbeda fakultas dengannya itu jelas tidak mudah. Well, this is university bukan taman kanak-kanak. Ia pun melangkahkan kaki jenjangnya untuk pergi ke area bangunan kampus agar tidak terlalu berada di bawah sinar matahari. Ia tidak begitu menyukai udara panas.
Gadis itu menghela nafas beberapa kali sambil berusaha mengusir rasa tidak nyaman karena tatapan para pria. Salah satu alasan kenapa di masa SMA ia lebih memilih untuk tampil seperti seorang nerd. Mereka akan berteman dengannya karena penampilan dan harta.
Baru saja ia akan pergi meninggalkan tempat itu dan memutuskan untuk menghubungi ibunya di Amerika agar bisa segera meminta kedua orang itu agar bertemu dengannya secara langsung. Kenapa juga harus dia yang mengawasi kedua pria itu? Bukankah seharusnya sebaliknya? Tapi, langkahnya terhenti karena suara gaduh beberapa mahasiswi yang terpekik tertahan.
Ia memutar kepalanya. Menatap lewat atas kacamata hitam. Sekarang ia tidak sendirian. Ia kenal remaja lain yang sedang berdiri menatap bangunan kampus dengan ragu-ragu. Archer Collins.
Tanpa membutuhkan waktu lama, Chris langsung melangkahkan kakinya dengan cepat dan menepuk bahu Archer dengan kasar. Membuat pria itu nyaris saja mendorong Chris jika saja wanita itu tidak langsung membuka kacamata hitamnya dengan gaya yang angkuh.
YOU ARE READING
Closer [END]
Fiksi Remaja[BOOK 5 of Golden Family] Elois Lynford, Archer Collins dan Christina Collins memang berasal dari dua keluarga pengusaha kaya raya dan super power se-jagad dunia bisnis. Namun ketiganya dibesarkan dengan cara yang berbeda dengan kisah orangtua yang...