Oslo, Norwegia
Menjelang awal November berarti musim panas akan segera berlalu dan musim dingin akan tiba. Udara di Oslo juga sudah mulai terasa perubahannya. Namun ada satu hal yang tidak berubah, kesibukan ibukota Norwegia yang terus terjadi setiap harinya meski penduduknya tidak sepadat negara-negara di Benua Eropa lainnya.
Seorang remaja berusia 17 tahun itu sedang melangkahkan kaki disepanjang jalan trotoar sambil memasukkan kedua telapak tangan ke dalam sakunya. Ada banyak hal yang menari-nari di dalam kepalanya mengenai biaya kuliah nanti. Ia memang masih duduk di bangku sekolah menengah namun jika tidak mulai berpikir dari sekarang maka mungkin ia harus menunda kuliahnya dan menabung.
Dia bukan seorang remaja miskin, jadi jangan salah paham. Meski ia berpenampilan sangat sederhana dan pakaiannya bukan berasal dari para desainer ternama dunia. Ia hanya tidak suka melihat ibunya bekerja sebagai seorang dokter psikiater. Seorang dokter dituntut untuk selalu memiliki waktu bagi pasiennya, terkadang tidak untuk keluarganya dan ia sudah terbiasa dengan hal itu sejak ia kecil. Ia hanya ingin mencoba dan ingin tahu bagaimana rasanya bekerja untuk meghasilkan uang.
Ibunya mengatakan bahwa jika ia ingin, beliau akan mengizinkan dirinya untuk pergi tinggal bersama ayahnya. Menurut ibunya, ayahnya adalah seorang pemimpin perusahaan dunia yang sangat terkenal. Max Lynford. Jika iya, kenapa keluarganya harus hidup dalam keadaan seperti ini? Kenapa ibunya harus bekerja dan tidak menjadi seorang nyonya rumah? Jika mereka memang saling mencintai kenapa sekarang mereka berpisah?
"Hai Elois!"
Seorang remaja laki-laki lainnya langsung merangkul Elois dari belakang. Dia seorang anak berkulit pucat dengan mata berwarna kehijauan, teman dekat Elois selama tinggal di Oslo.
"Kenapa? Kau murung sekali."
"Aku hanya sedang berpikir, Luke."
"Oh, kau tahu para wanita sedang membahas ulangtahun mu minggu depan?" ucap Luke dengan penuh semangat.
Elois menghentikan langkahnya. Bahkan ia lupa dengan tanggal kelahirannya sendiri dan membayangkan para wanita disekolahnya membuat sebuah pesta besar yang akan menjadikan sekolah kacau balau membuat perut Elois melilit. Ia sedang tidak ingin ditegur oleh guru yang akan menanyainya dengan berbagai hal menyebalkan.
"Katakan pada mereka bahwa aku tidak akan masuk, besok."
"Well, mereka tidak akan percaya dengan ku. Kau seorang siswa teladan yang cerdas dan favorit sekolah. Kau anak baik, dude."
Elois menghela nafasnya. Ia memang tidak bisa bolos atau ia akan ketinggalan satu materi dari matapelajarannya dan itu cukup mengerikan. Ia sedang berjuang menjadi orang sukses dengan caranya sendiri tanpa campur ibunya atau ayah yang telah meninggalkan dirinya.
"Halangi mereka!"
"Oh ayolah, wanita di sekolah kita akan bersatu, Kau idola mereka, Elois Marvin Lynford."
"Foster." Koreksi Elois.
"Semua orang tahu kau ini putranya Max Lynford."
"Tidak semua. Hanya kau, para guru dan staf sekolah."
Luke memutar bola matanya. Ia tahu bahwa Elois sangat tidak menyukai ayah kandungnya dan menurut Luke itu wajar jika melihat bagaiman kondisinya. Elois yang seharusnya merupakan remaja terkaya sejagad raya itu harus bekerja paruh waktu dan bersembunyi dengan menanggalkan nama belakang ayahnya. Elois tidak ingin terlihat seperti seorang pembual karena membawa nama Lynford di belakang namanya. Dan ia tidak ingin dikasihani sebagai seorang anak yang tidak dianggap. Ia membenci ayahnya, mungkin. Meski berulangkali ibunya mengatakan bahwa semua ini adalah kesalahpahaman.
Satu hal yang Elois inginkan dari ayahnya, kehadiran pria itu dihadapannya dan sebuah permohonan maaf serta pengakuan kesalahan. Jika memang dirinya bukanlah sebuah kesalahan, kenapa ayahnya tidak pernah sekalipun datang untuknya?
-
Oslo - Norwegia, 24 Oktober 2025
YOU ARE READING
Closer [END]
Novela Juvenil[BOOK 5 of Golden Family] Elois Lynford, Archer Collins dan Christina Collins memang berasal dari dua keluarga pengusaha kaya raya dan super power se-jagad dunia bisnis. Namun ketiganya dibesarkan dengan cara yang berbeda dengan kisah orangtua yang...