XIII

20 4 13
                                    


Pelarian mereka berjalan dengan mulus. Mereka terus berlari memasuki hutan tanpa tahu arah, yang sebenarnya mengkhawatirkan juga. "Kita ke arah mana ini?!" teriak Valerie sementara kedua partnernya, Allistor dan Allard, masih saja berlari sambil menariknya. Valerie samar-samar mendengar Allard berkata, "Yang penting kita lari dulu!" Situasi itu diselamatkan oleh kata-kata Tori.

"Di depan ada lengkungan pohon. Aku bisa membuka portal di sana!" Namun, dari belakang mereka, terdengar bunyi kaki-kaki yang mengejar mereka. Para penjahat itu sudah pulih. "Kejar mereka!" suara jelek si pria gargoyle itu bergema.

"Ayo lebih cepat!" teriak Allistor seraya mempercepat larinya. Valerie bisa melihatnya. Lengkungan pohon! Tori kali ini memimpin di depan. Ia mengacungkan tongkatnya dan berteriak, "Aperto portal!". Dari lengkungan itu, muncul cahaya kemerahmudaan yang berdenyar. Tanpa diberitahu mereka semua langsung terjun ke dalam portal, meninggalkan raungan marah di belakang mereka. Portal tertutup. Untuk pertama kalinya dalam keadaan siuman, Valerie mengarungi portal magis itu. rasanya seperti jatuh ke dalam lubang kelinci.

"Eh teman-teman." Suara Tori memecah keheningan.

"Apa?"

"Ketika kita masuk ke portal ini, apa kita sudah meneriakkan tempat tujuan kita?"

Hening. Semuanya menggeleng.

"Oh tidak."

"Memangnya kenapa?" Tanya Allard.

"Itu artinya kita akan muncul di tempat antah berantah." Jawab Tori pucat.

Hening lagi. Valerie dan Tori saling bertukar pandang, hal yang sama juga dilakukan oleh Allard dan Nick. Tidak lama kemudian semuanya berteriak

'AAAAAAAAAAAAaaaaaaaaaaa!!!!!!!!!'

Allard dan Nick saling berpelukan. Allistor dan Ares bersikap tenang, namun tetap saja mereka khawatir kalau-kalau mereka keluar di ketinggian dua ribu kaki di atas kawah gunung berapi karena hal itu sama sekali tidak lucu. Mereka meluncur cepat sekali. Mau tak mau, Valerie dan Tori berteriak sambil berpelukan juga. Setelah sekian lamanya, badan Valerie serasa seperti ditarik. Di bawah mereka sinar cahaya yang menyilaukan tampak dan mereka masuk ke dalamnya.

Untung mereka tidak jatuh di atas kawah gunung berapi. Namun, lebih parah lagi mereka jatuh dari ternit ke lantai dengan keras. Mujur Valerie dan Tori jatuh di atas pangkuan kedua Jack. Allard dan Nick tergencet di bawah.

"Aw! Singkirkan badan kalian, aduh." Erang Nick.

"Di mana kita?" tanya Valerie sambil meluruskan punggungnya. Wajah Allistor memucat. "Nggak mungkin. Masa kita sejauh ini?" Mereka terdampar di sebuah ruangan penuh dengan batuan berharga, emas, dan uang yang sangat banyak. Pintu menjeblak terbuka dan selusin prajurit masuk dengan tombak diacungkan.

"Sie Halle, hände hoch!!" Ucap salah satu prajurit. Mereka semua mengenakan seragam berwarna oranye. Terpaksa Valerie dan krunya harus mengangkat tangan tanda menyerah. Sesaat kemudian, muncul dua orang pemuda. Salah satunya berambut merah tua, bermata hijau limau, dan berkaca mata monocle. Satunya lagi berambut cokelat kemerahan dengan mata emas. Pemuda bermata hijau itu memegang kertas-kertas yang lumayan banyak. Dia memelototi kami satu persatu hingga pandangannya tertuju kepada Allistor.

"Allistor?" Tanyanya tidak yakin.

"Bevario." Allistor berjalan mendekatinya. "Kami tidak sengaja mendarat di sini." Pemuda bernama Bevario itu menurunkan tangannya guna mengisyaratkan para prajurit untuk menurunkan tombak mereka.

The Cards Chronicles-The Lost SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang