X

11 4 4
                                    

Valerie rasanya ingin berlari-lari di dalam benteng itu. Karena ternyata ekspektasi tidak sesuai dengan realita. Di luar hanya ada jembatan dan pintu, di dalam ada sebuah bangunan tinggi besar seperti kastil. Para prajurit berlalu lalang. Ada rombongan wanita yang berpakaian sama dengan Valerie dan Victor.

"Aku merasa aneh, kenapa nggak ada penjaga di depan pintu gerbang sama sekali? Malah mereka ada di dalam sini." Allistor bersedekap sambil melirik sekelilingnya. Nick mengajak rombongannya ke balik tembok di belakang di mereka.

"Tunggu dulu. Rombongan biarawati tadi, . . . hanya perempuan yang boleh masuk?" tanya Valerie. Ares mengangguk. "Sepertinya begitu, jadi kami para cowok menjaga kalian di depan." Valerie mengusap-usap jarinya. "Jadi aku sendirian?"

"Nggak kok, aku juga ikut." Victor menepuk pundak Valerie, membuatnya berjengit. "Tapi kan .."

Victor mengedipkan matanya dengan polos. "Aku cewek." Bunyi guntur fantasi terdengar di dalam kepala Valerie. "He?"

Allard membungkam mulutnya dan berbalik membelakangi Valerie, praktis menahan tawa. Valerie tersenyum kaku. "Ahahaha tentu saja." Hancurlah imageku ujar suara dalam kepala sang Ace Spade. "Baik. Mari kita jalankan misi tidak resmi ini." Ujar Nick bersemangat.

-O-

Konon, para Elf memuja dewi cahaya. Mereka percaya mengenai bintang kedua, dan sinar bulan biru. Valerie dan Victor berhasil membaur dalam kerumuanan para biarawati. Di antaranya membicarakan tentang festival bulan biru yang akan diadakan Minggu depan.

Victor bertanya kepada salah satu Elf yang ia temui mengenai seorang perempuan yang tahu akan segalanya. "Ah maksudmu Ecaeris. Dia itu kena kutukan. Bukannya tahu segalanya." Valerie mendekat. "Kutukan apa?" Elf berambut merah yang mereka tanyai mengangkat alisnya. "Kalian anggota baru ya? Siapa nama kalian?" Valerie melirik Tori (Ya, dia mengganti caranya memanggil Victor) yang juga membalas lirikan Valerie. "Eh namaku . . . Allura, dia Meriel." Tori mengangguk cepat. "Ya, aku Meriel. Kami masih baru di sini" Elv itu mengangguk mengerti. "Aku Lauriel. Mungkin aku bisa memberi tur kepada kalian. Habis ini kita akan berdoa di depan altar sang Dewi Selene. Tempatnya di atas kastil."

Turnya lumayan menyenangkan, Valerie dan Tori berada di belakang rombongan bersama Lauriel. Jadi nama kerajaan mereka itu adalah San Carlosia. Itu yang sejauh ini Valerie pahami. Tampaknya Tori lebih paham. Ketika mereka mencapai bordes tangga lantai empat. Tori meminta izin Lauriel untuk pergi sebentar dan menarik Valerie bersamanya.

"Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?"

Tori berkacak pinggang. "Kau tidak mendengarkan?"

"Aku nggak bisa fokus tahu."

Tori menghela napas panjang. "Oke, si Ecaeris ini ada di lantai ini. Dia di kurung. Ya, bukan juga sih, soalnya dia sering diajak keluar juga. Pokoknya, dia itu kena kutukan karena dia nggak berhasil jadi semacam peramal."

"He? Peramal? Maksudmu dia kerasukan begitu?"

Tori mengangkat bahunya. "Mungkin saja."

"Kalau begitu mari kita cari ruangannya."

Mencari ruangannya susah. Sebagian besar dikunci dan lampunya dimatikan. Jadi, Tori dan Valerie pun harus mengintip dari lubang kunci masing-masung pintu. Memang agak bagaimana, tapi paling tidak ada usahakan? Pintu terakhir ada di ujung koridor. Valerie mencoba mengintip dari lubang pintu. Lampunya dimatikan, namun jendelanya dibuka. Dari lantai atas terdengar bunyi nyanyian, sepertinya doa sudah dimulai.

The Cards Chronicles-The Lost SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang