XXVII

18 4 7
                                    

Semuanya terdiam. Tori dengan perlahan menyiagakan pedang Jack yang baru ia ambil. Nochtis menaruh pedang Ratu Diamond di tanah dan menghunus pedang Acenya, Azura juga demikian. Marco mempererat dekapannya membuat Valerie sesak.

"Sekali kalian menyerang, nyawa gadis ini akan melayang di tangan Blackjack dengan memalukan!" peringatan Marco membuat gadis itu geram. Orang tua aslinya sudah mati demi Spades di tangan mereka, tapi ia tidak sudi. Perlahan ia mengambil belatinya di balik lipatan roknya.

"Dan sekali kau menyakitinya kau akan menyesal sudah pernah di lahirkan di dunia ini!" balas Allistor marah. Hari berubah cepat menjadi malam dan keempat sungai itu mulai menggelegak aneh. Valerie merasa keempat sungai itu akan hilang dan entah akan berubah menjadi apa nantinya. Marco menyeretnya mendekati sungai dan berbisik.

"Berikan pedangmu dan aku akan melepaskanmu non."

Valerie menggeleng dengan marah, "Lebih baik aku mati daripada memberikannya kepadamu." Dengan itu Valerie menyikut, menyabetkan belatinya, dan menjegalnya. Pisau itu mengenai pipinya. Namun, Marco menarik wadah spade emas miliknya dan membukanya. Pemuda itu menyeringai dan memperlihatkan cincinnya.

Di sisi lain, Ares dan Nick tiba-tiba muncul di tempat Tori, dan Ares menggendong Tori yang kebingungan masuk ke dalam hutan. Bevario juga melakukan hal yang sama kepada nochtis di sisi lainnya. Denolin dan Ashley menyeret Azura ke dalam hutan. Tinggal mereka bertiga di sana.

Aliran sungai menjadi semakin deras. Marco menghunus pedang hitamnya dan menyerang Allistor, kedua pemuda itu beradu sementara Valerie berusaha memutar otak. Gemuruh keras terdegar dari sungai itu ketika bulan purnama menyapa. Sumur itu menghilang dan keempat sungai itu membuat gelombang besar dan menciptakan bunyi KRAK keras, seluruh sungai itu terjun ke dalam jurang yang dalam dengan batuan tajam di bawah, menciptakan pusaran air yang besar dan mematikan.

Allistor memeganginya sementara Marco berusaha menyeimbangkan diri. Cincin itu terlepas dari genggaman pemuda itu menuju jurang. Tanpa peringatan Valerie mendorong Allistor dan berlari menangkap cincin itu. ia berhasil tapi Marco mendorongnya sekalian.

Nyawa Valerie sekarang bergantung kepada tangannya yang memegang tepi jurang. Cincinnya sudah ia genggam di tangan satunya. Di atas Marco menyeringai dan akan menjejakkan kakinya ke tangannya. Sebelum itu, Allistor memukulnya dan mencoba menolong gadis itu, menariknya ke atas.

Marco bangkit lagi dan menyerang. Allistor refleks menangkisnya dengan pedangnya. Gadis itu segera memakai cincinnya dan menghunus pedangnya. Mereka berdua memojokkan Marco ke tepi jurang. Dua lawan satu, secara teknis Marco sudah kalah.

Tanpa aba-aba Marco melompat dan menyabetkan pedangnya. Valerie kali ini yang menangkis. Ia menghindar, menyerang, menggetok, dan menebas. Allistor menyeringai dan memukul punggung pemuda Blackjack itu. Dari dalam hutan, tiba-tiba Allard menggotong sebuah batang pohon dan menyeruduknya, Marco kehilangan keseimbangan dan jatuh ke jurang, salah satu tangannya masih memegang tepi jurang.

"Aku ketinggalan apa?" tanya Allard sambil menghunus pedangnya yang berkilat keperakan. Allistor mendekati Marco dengan tatapan galak di matanya.

"Bilang kepada rajamu, kalau kerajaan mereka akan segera runtuh." Namun Marco malah menyeringai. "Oh tidak. Aku tahu kami sekarang kalah. Tapi kami memiliki lebih dari 1001 cara untuk menggulingkan kalian menjadi seonggakan batu yang tidak berguna. Aku tidak akan pergi begitu saja Allistor Sherwood." Dengan itu Marco sengaja melepaskan genggamannya dan jatuh ke jurang.

Valerie bersandar ke batang pohon tua dengan pedang yang masih terhunus. Allard Tersenyum lebar, "Kita berhasil!" dan ia langsung menyambar sang Ace dan Jack. Mereka berpelukan.

The Cards Chronicles-The Lost SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang