VI

14 5 10
                                    

Alex Vallant kini berhadapan dengan Valerie. Ia menyeringai. Anehnya, pemuda itu memakai pakaian pemburu. Beberapa pisau berburu dan sebuah belati tergantung di sabuknya. Rambut cepak hitamnya masih sama. "Sungguh kehormatan bertemu seorang Ace yang sedang sarapan pagi." "Ha ha sungguh lucu sekali." Timpal Valerie seraya menyuapkan sesendok bubur lagi.

Alex duduk di tempat Allard tadi dan memandanginya. Senyum simpul terukir di wajahnya. Valerie tidak nyaman dengan itu. "Jadi, apa yang kau lakukan di kota antah berantah ini?" tanya Valerie cepat-cepat. Alex menaikkan alisnya. "Serius, kau hanya bercanda atau memang tidak tahu nama kota ini?" Valerie ternganga. "Kota ini punya nama?" Alex tertawa terbahak-bahak. Valerie memalingkan mukanya. Panas merambati mukanya karena malu. Alex menggenggam tangan Valerie, hal itu tidak membuatnya lebih baik. "Ini Kota Spearthia. Dan oh lihat. Mukamu semerah ceri." Valerie akhirnya tersenyum santai. "Hoo kau tertarik padaku tuan?" Alex tertawa kecil. "Lumayan. Aku yakin sekali kau menyukaiku. Benar, Nona?"

"Dalam mimpimu saja."

Allard kembali ke rumah makan dengan riang. Belum pernah ia sebahagia itu sebelumnya. Busurnya yang terbuat dari kayu yang kuat dan mulus tersandang di bahunya. Anak panahnya terbuat dari perunggu kualitas terbaik sekarang ada di dalam wadahnya yang terbuat dari kulit. Ia tidak sabar untuk mencoba senjata barunya itu. Di dalam rumah makan, perhatiannya teralih oleh seorang pemuda asing yang menggeggam tangan Valerie. Wah, nggak bagus ini, pikirnya. Kalau aku bilang ke Allistor, ia pasti bakal langsung membunuhnya. Dengan tegap, ia berjalan mendekati keduanya. Allard memegang pundak pemuda asing itu dan berkata. "Apa yang kau lakukan, Mister?" Pemuda itu berbalik dan membuat ekspresi wajah yang lumayan mengintimidasinya.

"He . . Hei. Yang benar saja!" ujar Allard sedikit berteriak. Valerie tertawa kecil.

"Tenang Allard. Ini cuma temanku kok. Alex, dia Allard."

Alex mengangguk. "Aku tahu, aku tahu. Allard Creighton sang wakil." Ia berdiri dan mengulurkan tangannya. "Aku Alex Vallant. Hanya orang biasa yang suka berpetualang. Salam kenal." Hawanya menjadi agak suram ketika kedua cowok itu berjabat tangan. Valerie berusaha menyesuaikan diri karena Allard dan Alex saling menatap dengan dingin.

Alex memain-mainkan pisau berburunya dan Allard memain-mainkan tali busurnya. Setelah mereka sarapan, mereka bertiga memutuskan untuk berjalan-jalan. Ternyata Alex juga akan ke Hearts. Ada sebuah urusan katanya. Sementara itu, Allard bersikap seperti seorang kakak yang kelewat protektif terhadap Valerie. Kota itu mulai ramai. Banyak barang-barang yang baru di antarkan. Toko-toko roti menguarkan bau roti yang habis keluar dari pemanggangan. Bunga-bunga segar menguarkan bau harum. Dari kota, mereka bisa melihat pegunungan Elfran dengan jelas.

"Alex." Ujar Valerie.

"Apa?"

"Dari kota ini apakah Hearts masih agak jauh?"

Alex memasukkan tangannya ke sakunya dan memenjamkan matanya untuk berpikir. "Paling tiga kilo meter dari sini."

"Masa sih?" Tiba-tiba Allard menimpalinya seolah ia tidak terkesan.

"Karena aku sering bolak-balik."

"Wah. Kalau begitu kau bisa ikut bareng kami dong." Timpal Valerie dengan nada ceria. Allard menatapnya tak percaya. Serius, Vale? Dia? Yang benar saja deh. Alex tersenyum dan mengangkat jempolnya. Mereka sedang berjalan kembali ke penginapan guna untuk check out. Alex permisi untuk mengambil kudanya di padang rumput. Tetapi Valerie ingin ikut dengannya, jadi Alex harus menunggu sebentar.

Allard yang kelihatan tidak senang langsung segera masuk ke kamarnya. Valerie turun dan mengajak Alex sebentar ke istal. Valerie menuntun kudanya ke padang rumput tempat kuda Alex sedang merumput. Valerie kira kudanya cukup senang bisa berada di alam luar lagi. Valerie duduk di rumput sementara Alex mengelus surai Victor, kudanya.

The Cards Chronicles-The Lost SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang