XV

22 4 4
                                    

"Biarkan mereka dieksekusi. Mereka juga tidak berguna." Ucap pria berjubah hitam dengan kasar. "Tapi, Jenderal Marco . . ." sanggah seorang prajurit. "Jangan membantah. Sebagai wakilku kau harus mengerti, Orion. Kali ini kita harus fokus pada misi kita." Marco berbalik dan menelaah peta. Kelompok mereka sekarang berada di wilayah pinggiran Hearts sebelah barat. Di mana wilayah tersebut hampir bersebelahan dengan Kerajaan Clubs. "Kita harus menemui mereka dulu sebelum bertindak. Sungguh buang-buang waktu saja." Marco menoleh kepada wakilnya. "Apa kapalnya sudah siap?" Orion mengangguk. "Kapal kita sudah di pesisir. Selanjutnya tinggal menunggu perintahmu lebih lanjut." Marco menaruh pedang hitamnya di atas meja. "Bagus. Semua sesuai rencana. Kirim pesan kepada Raja Aric mengenai pertemuan rahasia yang akan diadakan di Pub Green Claw. Beliau bilang ingin menyampaikan sesuatu." Orion segera pergi meninggalkan tenda utama, meninggalkan sang jenderal sendirian.

-O-

Sebelum Nochtis dapat meyakinkan kakaknya, Bevario sudah menyelesaikan pekerjaannya. Allistor hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah laku kedua kakak adik itu. Perjalanan mereka selanjutnya berlangsung mulus dan lancar tanpa hambatan. Mereka menuruni lembah dan memasuki hutan.

Perjalanan menuju Cludimont lumayan jauh, paling cepat mereka sampai di sana pagi hari. Mujur, ada sebuah desa kecil yang menjual perbekalan, jadi mereka menyempatkan diri untuk berhenti di sana sebentar. Namun, mereka tidak bisa menetap karena mereka masih harus mengejar kereta barang milik Diamonds atau boleh dibilang tiket masuk gratis menuju Kerajaan Clubs.

Malam pun menyambut mereka. Kunang-kunang beterbangan, diikuti suara jangkrik yang memperkuat suasana musim panas kala itu. Allard, Nick, dan Austin bertugas membuat tenda,Tori dan Nochtis memasak, Valerie ditugaskan Allistor untuk membuat pelindung disekeliling mereka.

"Contegio!" seru gadis itu sambil mengacungkan tongkat ke atas. Cahaya biru keperakan berdenyar, menyelimuti perkemahan mereka yang sederhana kemudian berubah warna menjadi transparan.

"Makanan sudah siap!" ujar Tori menyeka dahinya. Nochtis sudah makan duluan. Bevario sudah lebih santai. Ia bercakap-cakap dengan Ares. Allard menyempatkan diri untuk memberitahu kiat-kiatnya kepada Nochtis. Anak itu mendengarkan dengan serius. Sebaliknya, Allistor tampak agak lelah ketimbang biasanya. Valerie melirik Allistor yang duduk di sebelahnya. Matanya sayu, bahunya turun, dan mimik mukanya tampak tidak bersemangat. Cowok itu tiba-tiba berjengit dan menggerak-gerakkan bahunya.

"Ada apa? Kau kelihatan tidak sehat akhir-akhir ini." tanya Valerie setelah selesai makan. Allard, Nick, dan Austin menambah porsi mereka lagi. Allistor mencoba tersenyum kepada gadis itu. "Jangan khawatirkan aku. Aku cuma capek." Pandangan cowok itu tertuju pada api unggun. Lidah apinya menari-nari ke segala arah. Di mata Allistor, bayangan api unggun itu tampak samar. "Lebih baik aku tidur sekarang." Allistor beranjak dan menuju tenda. Karena masih pukul delapan malam, semuanya belum pergi tidur.

Valerie memutuskan untuk mengecek keadaan Allistor. Valerie mengintip tenda, dan mendapati semua kasurnya kosong. Di mana dia? Valerie memutari tenda dan melihat Allistor sedang duduk melihat bintang-bintang. Cowok itu terus menggerak-gerakkan bahunya dengan tidak nyaman. Valerie menaikkan alisnya dan mengendap-endap di belakangnya. Valerie menepuk bahu Allistor, dan cowok itu memekik. Allistor segera melihat Valerie dan merengut. "Apa yang kau lakukan?"

"Seharusnya aku yang tanya itu. Apa yang kau lakukan?" Valerie duduk di sampingnya.

Allistor menjawab. "Tidak ada."

"Bahumu kenapa?"

Allistor membelalakkan matanya. "Nggak apa."

"Bohong."

The Cards Chronicles-The Lost SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang