XVII

18 4 4
                                    

Dari awal, Nick dan Allistor menguping pembicaraan Valerie dan para Ace yang lain. Allistor mengerutkan kening ketika mereka membahas vial-vial aneh yang mereka simpan dengan rahasia. Dia sejauh ini hanya tahu hanya Valerie saja yang menyimpan vial aneh.

"Ramuan Cinta? Tori tidak pernah menceritakannya kepadaku." Ucap Nick pelan. Allistor terus mendengarkan ketika sebuah listrik statis imajiner menyambar pikiran pemuda itu. Allistor merasa bodoh. Tentu saja kejadian yang mereka alami direncanakan. Potong-potongan kejadian bak puzzle mulai melayang-layang di pikirannya. Namun masih ada beberapa bagian yang bolong. Allistor memikirkan kedua orang yang memberikan vial-vial itu kepada para Ace, hingga hampir saja mereka menyimpang dari jalan.

"Allistor!" tegur Nick, membangunkan lamunannya. Kereta berguncang keras. Dengan segera, sang Jack Spade kembali fokus pada perjalanannya. "Maaf." Gumamnya pelan. "Ya ampun. Kurasa kau kecapaian. Kalau begitu, kesinikan tali kekangnya."

Allistor mendengar teriakan panik dan teguran di dalam bagasi kereta. Apa yang terjadi? Bevario berhenti, diikuti yang lain.

"Hutan yang kita lalui secara praktis sudah merupakan wilayah Clubs. Tepatnya wilayah Ballivore. Di depan sana kita akan menjumpai gerbang masuk dan di sanalah pengecekan berlangsung. Jadi bersiap-siaplah."

"Nick beri tahu para Ace untuk bersembunyi." Wakil Jack Heart itu mengangguk.

Allistor merapikan pakaian prajuritnya. Gerbang itu menyapa mereka dengan dingin. Kilat keperakan dari pintu tersebut tidak membuat perasaan Allistor lebih baik. Ia melihat sekelebatan warna hijau di atas tembok samping gerbang. Para prajurit Clubs segera menampakkan diri di depan gerbang.

"Caedúnas?" tanya salah satu prajurit dengan tegas. Bevario turun dari kudanya dan memperlihatkan surat izinnya.

"Perjanjian antara Diamonds dan Clubs mengenai ekspor impor bahan tambang. Aku Jack Diamonds."

Tetap saja para prajurit Clubs menyuruh Bevario membuka kereta barang. Bevario dengan setengah enggan membukakannya. Allard dan Ares bertukar pandang gugup. Nick dan Allistor melirik jendela kecil di belakang mereka. Salah satu prajurit Clubs memeriksanya, satu per satu kotak dan karung. Sampai tiba-tiba tubuh prajurit itu jadi kaku. Temannya bertanya kepadanya apa yang terjadi dan pria itu tertawa tak terkendali. Allard dan Ares mundur beserta prajurit lainnya.

"Apa yang terjadi di sana?" tanya Nick. Allistor menggeleng. "Entahlah."

Prajurit yang tertawa itu tiba-tiba pingsan di tempat. Setelah dia diamankan oleh yang lainnya, kru Allistor mendapat izin masuk. Allistor lega sekali ketika mereka berjalan melewati gerbang perbatasan. Setengah jam kemudian, sesuai dengan rencana mereka menepi dan berganti posisi. Kusir yang asli segera menempati kembali posisinya. Bevario membuka lagi pintu belakang kereta dan mendapati ketiga Ace berkeringat dingin. Mereka turun dengan perlahan dan Valerie yang pertama kali bicara.

"Sebegitukah efeknya, Nochtis? Demi Spardian, padahal cuma uapnya."

Nochtis memainkan jari-jarinya. "Aku nggak tahu. Belum."

"Salahkan si cowok Robin itu deh." Ucap Tori blak-blakan.

"Teman-teman, sepertinya aku harus ikut mengawal kereta ini sampai kerajaan agar tidak menimbulkan kecurigaan. Kita bertemu di dekat alun-alun kota." Bevario pergi.

Allard melepas topinya. "Kalian kenapa sih?" sambil menunjuk ketiga Ace. Dengan kompak mereka berkata "Tidak ada apa-apa."

Allistor tetap saja tidak percaya. Ada hal yang disembunyikan oleh mereka.

"Ayo, kita tidak punya banyak waktu. Kita harus segera ke pelabuhan di Lecanvey." Ares memimpin jalan mereka. Allistor teringat dengan kertas aneh yang ia temukan. Itu artinya ada kesempatan untuk menyelidiki. "Allistor!" panggil Ares. Sang Jack Spade segera mendekat. Sebuah peta dibentang di atas tanah.

"Kita di sini, di hutan Ballivore. Kita harus menuju Lecanvey paling tidak tanggal 16." Telaah Allistor.

Ares menimpali. "Kita harus bergerak cepat. Kita harus benar-benar fokus dengan misi kita. Tidak basa-basi lagi." Nick menambahi. "Kukira kru Blackjack juga menjalankan sebuah misi. Kita harus mempertajam mata dan telinga kita." Allard menelusuri jarinya di atas peta. "Ketika kita sampai di Carvelord, kita bisa memutar melewati jalan ini. Mungkin aku dan Nick bisa meminjam sebuah kereta kuda. Dengan begitu akan lebih cepat."

Valerie mau tak mau kagum dengan sikap mereka. Tori menepuk pundaknya. "Kau tahu? Kita sendiri harus menghadapi sesuatu."

"Benar. Kita harus menghadapi makhluk baik itu."

"Terus berlatih untuk mengasah kemampuan kita."

"Baiklah. Mari kita susul Bevario. Sebaiknya kita bergegas." Ares membereskan petanya sekaligus memimpin kelompok mereka menuju jantung kota Kerajaan Clubs.

Sorenya, mereka berpencar. Valerie, Allistor, dan Austin bersembunyi di gang sempit gelap dekat alun-alun. Sedangkan Ares, Tori, dan Nochtis mencoba membaur dengan orang-orang Clubs, sekalian mencari Bevario. Allard dan Nick pergi untuk mencari kereta kuda.

"Lama sekali mereka." Ucap Allistor dari balik jubahnya. "Semestinya sebentar lagi."Austin mengawasi alun-alun. Valerie duduk diam dalam balutan jubah ketika terdengar suara bisikan.

"Psst. Vale!"

Valerie menoleh dan mendapati Nochtis bersembunyi di balik tembok. "Nochtis!" balas Valerie dengan bisikan. "Di mana yang lainnya?" Bocah itu berlari mendekatinya. " Ares bilang, kita harus bergegas menuju perbatasan kota ini dengan Uptonhill."

Allistor menautkan alisnya. "Bevario?"

"Sudah bertemu, tetapi masih ada sedikit hal yang perlu diurus."

"Baiklah. Austin pimpin jalan."

"Aye, Kapten."

Jalan kecil belakang rumah penduduk Clubs seperti labirin. Namun, mereka berhasil keluar dari sana. "Bagaimana nasib Allard dan Nick?" Valerie merapatkan jubahnya. "Belum ada kabar dari mereka. Aku berharap mereka baik-baik saja." Mata hijau anak itu berkilat.

Mereka semua menunggu di balik pohon ketika matahari sudah setengah tenggelam di ufuk barat. Allistor dan Austin melihat sekeliling. "Valerie, apa menurutmu aku bisa mengalahkan makhluk baik itu?" Valerie menatap wajah Nochtis. "Kau pasti bisa. Kita pasti bisa."

"Kenapa kamu begitu yakin?"

Valerie tersenyum. "Optimis lebih baik dari pada pesimis."

"Itu dia mereka." Allistor membantu Valerie berdiri dan melambaikan tangannya. Ares, Tori, serta Bevario sudah kembali.

"Butuh waktu agak lama. Ya ampun gara-gara Jack Club itu. Di mana Allard dan Nick?"

"Mereka masih . . . Oh! Itu mereka." Valerie menunjuk sebuah kereta kuda tua dengan Allard dan Nick berada di atas kursi kusir. Mereka kelihatan konyol dengan kumis palsu mereka.

"Satu kereta sudah siap, Tuan dan Nyonya." Allard membuat gerakan mengangkat topi. Allistor mengelus kedua kuda yang menarik kereta. "Bagaimana cara kalian mendapat ini?"

"Itu mudah. Kami menyamar sebagai penjual bir yang terkenal. Kami mendekati seorang peternak dan mengiming-iminginya dengan bir kelas atas gratis."

"Yeah dan beruntungnya kami berhasil membuatnya mabuk dan tertidur pulas."

"Kami sempat membeli sesuatu dan membuat racikan obat tidur."

"Baik, baik, ayo! Ace duluan." Segera saja mereka semua sudah berada dalam kereta. Ares menemani Allard di depan sebagai kusir. Mereka tetap melanjutkan perjalanan walaupun sudah malam. Perjalanan mereka sunyi sekali. Hanya terdengar derap kaki kuda dan roda kayu yang bergerak. Valerie kecapaian setengah mati hingga ia tidak sanggup berbicara. Saking lelahnya, ia menyandarkan kepalanya ke pundak Allistor dan tertidur sampai tiba-tiba saja . . .

"Kalian di sana! Berhenti!" Teriakan diikuti kereta yang berguncang membuat Valerie terbangun. Allistor dan Bevario langsung saja turun dari kereta. Valerie mengintip untuk melihat apa yang sedang terjadi. Sekitar sepuluh prajurit Clubs mengepung kereta mereka. Ia tahu kesunyian malam mereka akan segera berakhir.

The Cards Chronicles-The Lost SwordTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang