"Damn, Lee Jeno!"
Na Jaemin, sekretaris OSIS yang entah mengapa terpilih menduduki jabatannya padahal tulisannya sebelas dua belas dengan ceker ayam itu menjerit sebal kala ketua OSIS-nya, Lee Jeno, lagi-lagi tidak hadir dalam rapat OSIS yang ia sendiri buat.
Sialnya, wakil ketua OSIS mereka juga sedang beristirahat di uks berkat penyakit asma yang tiba-tiba kambuh saat jam pelajaran olahraga.
Jadi, Jaemin-lah yang harus memimpin rapat OSIS siang itu. Sudah bagus bendahara mereka hadir di rapat kala ini. Padahal Lee Donghyuck selalu bermalas-malasan mengatur uang kas. Namun setidaknya anak itu berkomitmen dalam partisipasinya saat rapat OSIS---tidak seperti si ketua yang Jaemin benci itu.
"Jaemin-ah, sudahlah," bujuk Donghyuck, berusaha menenangi Jaemin yang sudah meledak tak keruan. "Jeno-sunbae sedang tidak ada di sini. Percuma kau umpat seperti itu."
Ah, ya. Lee Jeno adalah kakak kelas mereka berdua. Begitu pula dengan sang wakil ketua OSIS.
"Donghyuck, ketua macam apa yang selalu meninggalkan rapat OSIS yang bahkan ia buat sendiri?"
Laki-laki yang menjabat sebagai bendahara itu kini menundukkan kepalanya. Benar juga apa yang dikatakan oleh Jaemin. Hampir---ah bukan, lebih tepatnya selalu---di setiap rapat OSIS yang Jeno buat, ketua mereka itu tidak pernah datang. Batang hidungnya pun tak pernah kelihatan saat rapat berlangsung di ruangan khusus organisasi tersebut.
"Lantas," Jaemin kembali berujar. "Dimana sunbae yang satu lagi?"
Saat ini, Jaemin berusaha menghilangkan amarahnya pada Jeno. Okelah, mungkin saja laki-laki yang berbeda satu tingkat dengannya itu mengalami sakit perut yang parah atau sesuatu yang mendadak. Walau mungkin, alasan seperti itu akan menjadi aneh jika mengingat Jeno selalu tidak datang pada setiap rapat OSIS. Masa iya sakit perut selalu ia alami sebulan sekali? Apakah dia wanita? Tentu bukan. Lagi pula rapat OSIS diadakan seminggu sekali.
Mendengar pertanyaan Jaemin, Donghyuck hanya bisa menggeleng heran---mewakili perasaan semua anggota OSIS lainnya yang asyik menonton luapan amarah Jaemin.
"Ck," Haechan berdecak. "Kau lupa ya? Sunbae yang itu 'kan sakit. Tentu ia sedang berada di uks."
"Oke kalau begitu. Karena setahu ku, agar keadaan paru-paru kembali normal setelah dilanda asma, dibutuhkan waktu sekitar lima hingga sepuluh menit," Jaemin pun melirik jam dinding sekilas sebelum melanjutkan kalimatnya. "Ini sudah lewat lima belas menit. Jadi, sunbae pasti sudah lega dari asma."
Donghyuck berdecih. Apakah Jaemin sengaja menyombongkan diri setelah berhasil mendapatkan nilai sempurna di ujian biologi minggu lalu? Sialan jika memang benar begitu.
"Ah, sudahlah. Aku akan pergi ke UKS untuk menjemput sunbae."
Semua pasang mata melotot ke arah Jaemin yang sosoknya mulai menjauh karena laki-laki itu berlari menuju ruangan yang ia maksud. Donghyuck pun ikut melotot heran.
"Heol," ucap Donghyuck sambil menaikkan alisnya. "Sebegitu tidak inginkahnya dia memimpin rapat OSIS untuk ke sepuluh kalinya?"
×××
JAEMIN sungguh menyesal.
Aniya, ia amat sangat menyesal. Laki-laki itu merutuki dirinya sendiri yang berniat untuk mengunjungi unit kesehatan sekolah. Tidak, tidak. Mengapa ia terus-menerus tidak menyadari alasan ini?
"L-lee J-jeno...?" Ucap Jaemin terbata-bata ketika netranya menangkap sosok orang tersebut.
"Did you rape Renjun-sunbae?" []
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Blood • Nomin ✓
FanfictionIn which Jeno couldn't get enough of his secretary's blood. © Rayevanth, 2018