"Lepaaas!"
Renjun menjerit saat Lucas menarik tangannya sampai ia hampir terseret di lantai.
Pasalnya, saat ini mereka berada di koridor sekolah sehingga secara otomatis, mereka menjadi pusat tontonan para murid lainnya. Lucas 'sih merasa biasa saja karena ia sudah biasa menjadi pusat perhatian.
Tetapi... Renjun?
Setelah kejadian di gedung perpustakaan tadi, wajahnya muram dan pucat.
Ia tahu ia salah.
Ia tahu jika menyebar video itu ke grup obrolan OSIS adalah hal yang salah dan tak patut dilakukan. Apalagi, hal tersebut bisa membuat Jeno, Jaemin, dan dirinya sendiri dikeluarkan dari keanggotaan OSIS yang berbasis pada nilai perilaku dan prestasi. Hal itu juga bisa menghancurkan martabat Jeno sekaligus Jaemin.
Aku tahu aku salah.
Renjun menggigit bibirnya. Ia berbohong kalau ia berkata tidak takut dan gemetaran ketika Jeno membentaknya tadi di gedung perpustakaan. Dan sampai sekarang, ia masih merasa ketakutan.
Tapi itu bukan masalahnya.
Hatinya sakit.
Rasanya seperti diinjak-injak oleh sekawanan gajah berbobot belasan ton, kalau boleh jujur.
Mengingat akan kondisi hatinya, Renjun semakin menundukkan kepalanya dan menggigit bibirnya hingga terasa asin akibat darah yang mengalir karena ia terlalu keras menggigitnya. Bohong jika Lucas tak melihatnya. Bahkan, lelaki tinggi itu merasakan adanya getaran pada tangan Renjun.
Tanpa sadar, langkah kaki keduanya membawa mereka menuju toilet laki-laki di ujung koridor yang jarang digunakan baik siswa kelas atas maupun kelas bawah.
-SRAK.
Renjun melepas tangannya dari genggaman Lucas sesampainya mereka di toilet tersebut. Sudah cukup ia menahan malu karena diperhatikan tadi.
"Hei-"
"APA?" Renjun meninggikan nada bicaranya sementara Lucas berusaha untuk sabar. "KAU MAU MELEDEK KU? SILAHKAN! AKU TIDAK MASALAH DENGAN HAL ITU!"
Entah apa yang membuatnya emosi setengah mati dengan manusia setinggi tiang listrik itu. Rasanya, ingin sekali Renjun menonjok Lucas tepat di wajah bengalnya. Bisakah sekali saja, manusia-ah, lebih tepatnya, 'setengah manusia'-itu tidak ikut campur dalam masalahnya dengan Lee Jeno?
"Tidak, aku tidak-"
"BERHENTI IKUT CAMPUR DALAM URUSAN KU!" Jerit Renjun. "AKU TAHU-KAU POPULER, KAU TAMPAN, KAU MEMILIKI SEGALANYA! BISAKAH KAU TIDAK IKUT CAMPUR URUSANKU LAGI?!"
Matanya sudah berkaca-kaca. Jujur saja, ia ingin menumpahkan semua emosi dan semua tangisannya saat ini. Tapi... apakah di hadapan Wong Lucas adalah pilihan yang tepat?
Satu dua bulir tetes air mata mulai berjatuhan di pipi Renjun. Lama kelamaan, aliran air mata itu menjadi cukup deras sehingga menimbulkan isakan dari sang pemilik. Ah, lagi-lagi ia menangis di hadapan Wong Lucas yang ia benci.
"Kenapa menangis?"
Tidak seperti biasanya, Lucas bertanya dengan nada yang terdengar dingin dan tidak familiar di telinga Renjun. Padahal, pemuda itu selalu terlihat seperti matahari yang tak pernah terbenam-alias, manusia yang selalu hiperaktif.
Karena ia tak segera mendapat respon dari pemuda yang lebih kecil, Lucas kembali mengulang pertanyaannya dengan perubahan nada.
"Kau tolol, ya?" Di tengah kegiatannya menangis, masih sempat-sempatnya Renjun berkata seperti itu. "Setelah kejadian yang baru kau saksikan tadi di gedung perpustakaan, kau bertanya seperti itu?! Seriously-why are you so stupid?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Blood • Nomin ✓
FanficIn which Jeno couldn't get enough of his secretary's blood. © Rayevanth, 2018