22

12.2K 1.9K 202
                                    

Sabtu adalah hari yang indah.

Hampir semua orang beranggapan begitu---termasuk pasangan baru kita, Jeno dan Jaemin. Mengapa? Karena kita bisa bebas melakukan apapun yang kita sukai---termasuk berkencan di siang hari seperti yang keduanya lakukan.

"Jenooo," panggil Jaemin dengan manja. Bocah bersurai hitam itu mengaitkan tangannya dengan lengan Jeno sambil membawa sekantung plastik barang yang ia beli dari Min*so.

Merasa ada lengan lain yang bergelayut di tangannya, Jeno refleks menengok ke arah Jaemin.

"Kenapa? Tumben sekali kau berujar dengan nada manja seperti itu," Jeno mencibir pada Jaemin yang mengerucutkan bibirnya. Namun sesaat kemudian, pemuda bermarga Lee itu terkekeh. "Aku sudah tahu. Kau menginginkan sesuatu, bukan? Sebut saja, akan ku kabulkan semuanya."

Jaemin membulatkan kedua bola matanya. "Semuanya...?"

Jeno yang ditatap dengan mata berbinar bak anjing manis itu menjadi grogi untuk sesaat. "Wae? Kenapa memangnya? Masalah?"

"Aniyo," jawab Jaemin jujur. "Berarti, jika aku memintamu untuk mencium ku, maka kau akan menurutinya. Begitu?"

Anak ini nakal sekali, sih, batin Jeno. Sungguh, sepertinya 'Jaemin' yang tak sadar diri saat mabuk merupakan sosok 'Jaemin' yang sebenarnya---yang mesum dan sama sekali tak ada polosnya.

"Bagaimana?" Tanya Jaemin dengan nada yang menggoda. Sungguh lah. Dari mana anak ini belajar seperti itu?

Jeno pun hanya bisa menghela nafas. "Aku sudah bilang, 'kan? Aku akan mengabulkan semuanya."

"Ehhh? Termasuk yang itu juga?"

"Iya, Nana gembul."

Jeno segera dibuatnya meringis karena sedetik kemudian, Jaemin menginjak kaki Jeno dengan tumitnya yang tajam. "Aku tidak suka jika berat badan ku diungkit-ungkit! Dua hari yang lalu, berat ku baru saja bertambah!" Omelnya sambil menggembungkan pipi, membuat bocah itu terlihat lucu dan menggemaskan bagi Jeno.

"Bukan berat, Nana," Jeno mengoreksi. "Tapi massa."

Jaemin pun menatap netra kekasihnya dengan tatapan yang berkilat-kilat. Sungguh menyebalkan. Sudah mengungkit berat badannya, mengungkit pelajaran fisika pula! Dasar Lee Jeno---tiada hari tanpa rumus fisika.

"Siapa peduli dengan berat dan massa, Jen---"

Bocah bermarga Na itu pun menghentikkan kalimatnya dan menarik nafas sedalam mungkin saat  netranya menangkap sebuah kedai es krim di sebelah ekskalator.

Ya, siang ini, mereka lebih memilih untuk berkencan di mall. Padahal kalau boleh jujur, Jeno sedikit bosan dengan tempat tersebut. Mengapa? Karena ia sering menginjakkan kaki di sana---bahkan, dalam sebulan, Jeno bisa menghampiri mall lebih dari tujuh kali.

Pemuda bermarga Lee yang sedang kita bicarakan itu kini mengikuti arah pandang Jaemin yang masih tertuju pada kedai es krim tersebut.

"Do you want an ice cream, huh?"

Seolah tersadar dari lamunannya, Jaemin menggelengkan kepalanya hingga surai hitamnya ikut bergoyang lucu. Padahal, jauh di dalam lubuk hatinya, Jaemin benar-benar ingin memakan es krim.

"Aniya," katanya sambil menarik Jeno ke arah yang berlawanan. Sekali lagi, Jaemin tidak ingin terlihat seperti uke manja di mata Jeno. Aku yakin ia lebih suka dengan pemakan daging atau sayur, pikir Jaemin.

Tetapi, berbeda dengan Jaemin, Jeno justru tidak berniat untuk menggeser diri barang sesenti pun.

Ia tahu jika Jaemin ingin es krim. Tetapi, ia juga tahu kalau anak itu adalah bocah yang keras kepala dan tidak arogan seperti Huang Renjun.

Your Blood • Nomin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang