2

32.6K 4.8K 1.2K
                                    

"Hyung, aku pulang."

Jaemin membuka pintu rumahnya tanpa mengetuk kayu persegi panjang tersebut. Ia benar-benar lelah karena kedua kakinya berlari non-stop untuk menghindari tangkapan Jeno. Padahal, toh, Jeno tidak berniat mengikutinya. Sia-sia Jaemin berlari sekuat tenaga dan mengeluarkan semua bakatnya dalam bidang atletik.

Kakak laki-laki Jaemin sedang menyiapkan sesuatu di area dapur saat Jaemin menapakkan kakinya di lantai rumah. Tak lupa, bocah manis itu mencopot sepatunya. Eomma akan marah jika Jaemin membawa masuk sepatunya ke dalam rumah. Keluarga Na tidak menyewa asisten rumah tangga karena kedua orangtua Jaemin tidak ingin anak-anak mereka itu menjadi manja.

"---Sedang apa hyung di situ?"

"Membuat makanan ringan. Karena tak ada jamuan lagi untuk teman-teman ku yang akan datang."

"Oh astaga. Satu pesan saja, hyung---jangan meninggalkan kompor atau rumah ini akan terbakar."

"Iya, iya---Ah, bagaimana rapat OSIS-nya?" Tanya Na Minhyung, kakak laki-laki Jaemin yang lebih suka dipanggil hyung dari pada 'kakak'.

Menjawab pertanyaan sang kakak, Jaemin hanya mendesah. "Ugh, biasa saja," jawab bocah itu sambil mengarahkan dirinya ke lantai dua, tempat dimana kamarnya berada. "Si Jeno lagi-lagi tidak datang ke rapat."

Minhyung tertawa saat Jaemin menjawab begitu. Ia tahu benar jika adiknya itu benci dengan Jeno---sebelum hari ini juga ia sudah menunjukannya. Padahal kalau boleh jujur, Jeno adalah sahabat sehidup sematinya Minhyung.

"Hahaha, kau benci banget ya sama dia," laki-laki yang lebih tua itu sedikit memaksakan tawanya. Namun bodohnya, Jaemin tak menyadari itu.

"Dia bodoh sekali, hyung. Aku heran."

Usai berseru cukup lantang seperti itu, Jaemin benar-benar menghilang dari lantai satu. Minhyung yang ia tinggal begitu saja hanya bisa memutar bola matanya. Ini sudah biasa terjadi di kediaman keluarga Na---mengenai Jaemin yang selalu bad mood tanpa tahu penyebabnya.

Sementara sang kakak masih asyik berkutat membuat hidangan baru, Jaemin sudah asyik berleha-leha di kamar pribadinya. Badan kerempengnya sudah ia rebahkan di atas ranjang berbalut selimut beludru yang tadinya tertata rapi. Kaus kaki putihnya sudah ia lepas dan terbengkalai entah dimana. Rambutnya sudah tak lagi berbau shampo karena terkena keringat.

Kesimpulannya, Jaemin benar-benar dibuat lelah karena kejadian absurd hari ini.

Sial. Di saat-saat seperti ini, otaknya masih saja mampu mereka ulang adegan tidak senonoh antara kedua sunbae-nya yang dengan tidak elitnya dilakukan di ranjang UKS. Mungkin Jaemin masih dapat lebih menerimanya jika Jeno dan Renjun melakukan hal itu di sebuah hotel. Namun ini? Ranjang UKS? Astaga, sungguh tidak elit.

"Aaah, masa bodohlah!" Jerit Jaemin sambil berusaha meredam suaranya di bawah bantal.

Setelah puas menjerit-jerit, Jaemin duduk di tempat tidurnya. Ia paling tidak suka tidur di sore hari. Mengapa? Karena jika ia tidur di atas jam empat sore, maka ia benar-benar akan terbangun hingga pukul dua belas malam. Camkan itu!

Karena tidak tahu mau berbuat apa, Jaemin pun memutuskan untuk mandi saja sambil berlama-lama berendam di bak mandi air panas.

"Setidaknya air panas bisa membuat otak ku normal lagi."

×××

"So Princess Tiana said 'I want a ....!' angrily," ucap Jaemin sambil membaca serangkaian kalimat dalam salah satu soal pekerjaan rumah Bahasa Inggris-nya. "Er, something that started with 'f' and ended with 'k'... four words."

Your Blood • Nomin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang