28 [END]

18.9K 1.9K 106
                                    

"Lama amat."

Jaemin mendengus saat kekasihnya---lagi-lagi---hanya terus berkomentar akan tugas-tugas para anggota OSIS sedangkan ia hanya bermalas-malasan sambil menunggu tumpukan tugas itu selesai dengan sendirinya.

"Kenapa juga kau tidak ikut dengan ku dan Renjun-sunbae untuk mengoreksi beratus-ratus lembar proporsal, huh?"

Jeno terkekeh sambil menyeringai. "Aniya. Aku malas."

Mendengar kalimat tersebut membuat Jaemin memutar bola matanya. Entah kenapa, walau ia suka pada lelaki itu---berbicara dengan Jeno malah membuatnya naik darah.

"Jinjja, tadi itu sangat mengerikan," terang Jaemin seraya membulatkan matanya. "Tangan ku hampir saja patah sebelum proporsal itu selesai---dan kau malah berleha-leha di UKS!"

Pemuda bermarga Lee itu tertawa sambil tetap menyetir mobil yang sedang membawa mereka pulang. "Aku juga punya alasan kenapa aku di UKS, Na," katanya.

Ini sudah pukul empat sore dan Jeno rela menunggu kekasihnya itu hingga saat ini. Ia tahu jika Minhyung tidak mau menjemput bocah bersurai hitam itu karena jam pulangnya yang benar-benar terlambat. Tetapi jujur saja, ia tak menyangka Jaemin akan pulang secepat ini---karena biasanya, Renjun dan Jaemin menyelesaikan data-data itu hingga pukul enam sore.

"Mwo? Apa alasannya, huh?!" Jaemin berseru nyaring di dalam mobil. "Kau hanya bisa tidur-tiduran selagi aku---"

"Aku kekurangan darah."

Ucapan Jeno mampu membuat Jaemin diam. Benar juga. Darah adalah makanan harian vampire---sama halnya dengan nasi atau roti yang dimakan manusia.

Bocah bermarga Na itu mengernyitkan dahinya heran. "Bukankah biasanya eomma-mu selalu membawakanmu darah segar dengan bentuk yang, ngg, tidak biasa...?"

Jeno menggeleng. "Ia sibuk---jadi tidak sempat membuat bekal."

"Kalau begitu, kenapa tidak kau sendiri yang membuat bekal?"

"Karena aku malas."

Jaemin memutar bola matanya. Sebenarnya, ia sedang dalam kondisi malas berdebat. Tetapi, Lee Jeno berhasil memancingnya untuk melakukan hal tersebut.

"Haah, kau ini benar-benar makhluk yang pemalas! Pantas saja kau tidak pernah hadir di tiap rapat OSIS. Pantas saja kita tak penah berken---"

Chup.

Sebelum Jaemin sempat melanjutkan kalimatnya, Jeno sudah terlebih dahulu mencium pipi bocah yang duduk di sebelahnya itu sambil menyeringai nakal. Pasalnya, wajah bocah bersurai hitam itu kini memerah padam karena menahan malu. Lagi-lagi, mereka melakukannya di dalam mobil.

Ah, dasar pasangan tak tahu tempat.

"Diamlah, Na," kata Jeno dengan suara husky-nya yang khas---yang tanpa ia sendiri sadari, mampu membuat Jaemin menelan ludah. "Aku sedang dalam kondisi lapar dan aku akan mudah terpancing jika kau tetap berbicara terus-menerus sepanjang perjalanan."

Jaemin tak lagi bisa menyembunyikan semburat merah yang semakin menyebar di wajah manisnya. Sumpah. Jeno di sebelahnya saat ini terlihat... begitu tampan---dan... seksi, kalau Jaemin boleh menambahkan.

... Hah?

Memikirkan apa sih aku ini?, batinnya sambil menggelengkan kepala hingga surai hitamnya ikut bergoyang.

"Tapi, tetap saja kau ini pemalas!" Balasnya masih mengungkit hal yang sama. "Aku bahkan tak tahu mengapa kau dulu terpilih menjadi ketua OSIS dengan segala sikap pemalasmu itu, Lee Jeno. Tetapi, jika aku ingatkan sekali lagi, kau ini benar-benar pemalas---sangat-sangat pemal---AAH."









Your Blood • Nomin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang