7

23.8K 3.4K 164
                                    

Sudah setengah jam berlalu sejak kepulangan Jaemin bersama Minhyung.

Karenanya, Jeno duduk di salah satu bangku ruang tunggu sambil memainkan ponselnya. Ia sedang tidak mood mencari mangsa karena---entahlah... sejak indranya mengecap darah manis Jaemin, ia jadi tidak tertarik dengan darah milik manusia lain.

Sungguh, batin Jeno. Aku benar-benar menggila karena darah bocah itu.

Padahal, Jeno belum pernah secandu ini pada darah seseorang. Manusia yang menjadi korbannya selalu berganti-ganti. Terkadang, ia juga meminum darah saudaranya sendiri jika ia sudah lapar berat. Tapi, Jeno juga punya hati. Lelaki itu akan meminum stock darah di lemari pendingin yang entah orangtuanya dapat dari mana sebagai pengganti darah manusia.

Dan... bocah itu.

Na Jaemin tidak pernah luput dari perhatiannya sejak ia muncul sebagai adik kelasnya di hari pertama masa orientasi siswa. Bocah itu tak pernah mau patuh terhadap perintah dari OSIS. Jeno saja yang saat itu belum terpilih menjadi ketua OSIS hanya bisa mengelus dada sabar kala melihat perilaku Jaemin yang cuek dan kasar. Apa lagi, bocah bersurai hitam itu sering kali memaki seniornya.

Dan hal itu tidak berubah sampai sekarang.

Jeno sempat beberapa kali memergoki Jaemin yang sedang memakinya. Sebenarnya kalau boleh jujur, Jeno tidak suka dengan Jaemin. Membicarakan orang di belakang sudah menjadi tipikal bocah manis itu. Tapi Jeno berusaha untuk mengesampingkan hal tersebut.

Karena apa?

Karena di luar kepribadiannya yang kasar itu, Jaemin memiliki sifat yang manis---sama seperti visual-nya.

Entahlah. Semua yang terdapat di dalam seorang Na Jaemin tersebut begitu manis.

Tampangnya. Sifat aslinya. Caranya memaki seseorang. Bahkan darahnya.

---Sial.

Jeno jadi tegang sendiri jika ia membayangkan mimik wajah Jaemin ketika bocah itu diam-diam menikmati 'permainan'-nya. Lelaki itu berani bersumpah jika darah Jaemin begitu manis sehingga membuat vampire manapun merasa ketagihan.

Oh astaga. Apakah Jeno mulai tertarik pada Na Jaem---

"Yak, sedang apa kau?"

Sial. Mengapa hari ini sepertinya semua orang memiliki hobi memotong monolog orang lain, sih?

Jeno pun berdecak sebal dan mengalihkan pandangannya dari ponsel menuju manik mata lelaki di hadapannya itu.

"Ada apa, sih, Huang Renjun?"

Dibalas seperti itu, Renjun hanya tertawa kecil dan duduk di sebelah Jeno dengan santainya. Lelaki Tiongkok itu bahkan tidak sadar akan perubahan sikap Jeno sejak ia datang. 'Manusia' tampan itu bergeser menjauh dari tempat Renjun duduk. Jeno tampak tidak nyaman jika bersamanya.

"Kau menghindari ku, ya?" Tanya Renjun sambil tersenyum.

"Tidak."

Giliran bersama Jaemin, Jeno akan menjawab panjang kali lebar. Sedangkan bersama Renjun, lelaki itu akan menjawab singkat, jelas, dan padat---layaknya syarat sebuah slogan.

"Jangan bohong," Renjun menyikut kecil lengan Jeno yang berhasil membuat empunya sedikit bergoyang. "Kau tertarik pada bocah manis itu, bukan?"

Jeno mengangkat kedua bahunya. "Maybe. Tidak yakin," jawab lelaki itu.

"Hahaha. Kau seharusnya tahu, Jeno," ujar Renjun bernada sedikit arogan. "Kau seharusnya tahu mana yang patut kau harapkan dan mana yang tidak."

Di akhir kalimat, Renjun sengaja meninggikan nada bicaranya. Ia ingin Jeno menjadi sedikit peka akan perasaannya. Mengapa juga ia harus bersaing dengan bocah sombong seperti Jaemin? Ingin rasanya ia bertanya terus terang pada Jeno.

"Renjun. Berapa kali aku harus berkata pada mu jika aku tak patut kau sukai?"

Lelaki Tiongkok itu mencibir. "Lantas, berapa kali pula aku harus berkata pada mu jika ada banyak lelaki baik yang bisa kau sukai selain Na Jaemin!"

Mari kita jujur. Seorang Lee Jeno tidak akan pernah suka dengan arah pembicaraan seperti ini. Sementara Renjun, ia hanya ingin menghipnotis Jeno untuk menyukai dirinya sendiri.

"Tuan Huang," Jeno melotot pada Renjun. "Aku sudah membuktikan pada mu jika aku seorang vampire---dan bahkan aku tak segan-segannya mengambil darah mu saat itu, hanya untuk membuatmu percaya jika aku seorang vampire. Maka seharusnya kau mem---"

"Aku tidak bisa membenci mu."

Renjun menatap lesu ke arah Jeno dengan pandangan berharap. Sudah dua tahun ia mengharapkan balasan dari lelaki itu. Persetan pula dengan kenyataan bahwa Jeno adalah vampire yang haus darah. Renjun tetap menyukai lelaki itu apa adanya dan ia tidak mau ada halangan.

Termasuk eksistensi bocah bernama Na Jaemin itu.

"---lagi pula," ujar Jeno yang berhasil membuat Renjun memusatkan perhatiannya kembali. "Untuk apa kau mengejar-ngejar perhatian dari seseorang yang cuek seperti ku?"

Renjun pun terkekeh. "Entahlah. Menarik saja bagi ku."

Karena berbicara dengan manusia seperti Renjun membuat Jeno semakin kesal, lelaki itu segera berdiri dan menggendong tas ranselnya. Tanpa pamit sekalipun, Jeno bergegas pergi meninggalkan Renjun sendirian di bangku tersebut. Ia hanya mencibir saja untuk menanggapi alasan Renjun barusan.

Sungguh, ia tak peduli. []

×××

Vomment temanqu :3

I'm sorry karena chap kali ini dikit hehehe tapi mampu menjawab pertanyaan kalian di chap. Prologue HUEHEHEHE :>

[Edit] MAAF TADI AKU TYPO MINHYUNG JADI MARK :^

Your Blood • Nomin ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang