Untung saja Minhyung memesan makanan untuk sarapan pagi tadi.
Karena itu, Jaemin tidak merasa begitu lapar saat jam istirahat berlangsung. Ia mau saja diajak Donghyuck untuk pergi ke kantin seperti ini. Padahal biasanya, bocah bermarga Na itu tidak pernah mau beranjak dari bangkunya hanya untuk pergi ke tempat yang luar biasa ramai akan manusia yang lapar akan makanan—tidak seperti Lee Jeno yang lapar akan darah.
"Donghyuck-ah, tunggu sebentar," ujar Jaemin sambil berhenti di depan salah satu vending machine. Bocah bersurai hitam itu tampak melihat-lihat minuman apa saja yang dijual di sana. Ia sedang tidak ingin meminum cola—karena minuman bersoda tersebut hanya akan membuatnya tambah gemuk. Tetapi, ia juga tidak begitu suka dengan rasa jus yang memiliki banyak kandungan perasa di dalamnya.
"Mau beli apa, sih?" tanya Donghyuck tak sabaran. Niatnya untuk mengincar hidangan nasi goreng spesial di counter paling ujung pupus sudah karena ia harus menunggu Jaemin yang lama ini.
"Aku tidak ingin cola. Tapi aku tidak ingin jus juga."
Jaemin menjawab sekenanya tanpa memperdulikan ekspresi Donghyuck yang menunjukkan keengganan untuk menunggu bocah tersebut. Jika terus dibiarkan seperti ini, bisa-bisa bocah bersurai hitam itu tidak bergerak selama satu jam berikutnya—dan Donghyuck tidak akan mendapat makanannya!
"Sudahlah, susu kotak saja!" usul Donghyuck asal. Mendengar pendapat sahabatnya itu, wajah Jaemin berseri-seri. Ia pun mengambil dompet cokelatnya dari saku celana dan membukanya lebar-lebar.
Beragam pertanyaan segera bermunculan di dalam benak bocah yang berkulit lebih tan saat Jaemin tidak kunjung melepas pandangannya dari dompet. Astaga, apa lagi sih?, gumam Donghyuck sambil mengerutkan dahinya sebal. Bocah bermarga Lee tersebut kemudian berinisiatif untuk ikut melongok ke arah dompet cokelat Jaemin yang ternyata—
"Astaga, Na Jaemin bodoh!"
—tidak memiliki uang kertas di dalamnya.
Lebih tepatnya, hanya ada dua kartu di sana. Yang satu merupakan kartu Minhyung yang terbawa entah mengapa. Sementara kartu yang lain merupakan kartu bank milik Jaemin yang berisi uang jajannya setiap hari. Rupanya, bocah bermarga Na itu lupa untuk mengambil uang dari rekeningnya hari ini sehingga ia tidak memiliki selembarpun uang kertas bersamanya.
Bocah bersurai hitam itu pun menyeringai lebar saat Donghyuck menatapnya sebal. Hidung bocah itu sudah kembang kempis menahan marah.
Namun, hal yang tidak pernah Jaemin duga terjadi berikutnya.
Donghyuck mengambil dompet merahnya dan membukanya sehingga tampak berlembar-lembar uang kertas di dalam sana. Kemudian, bocah tersebut mengambil sehelai uang kertas bernilai 1,000 won. Jaemin benar-benar melihatnya dengan mata kepala sendiri—ya, Donghyuck menyerahkan uang tersebut ke dalam mesin vending machine dan menekan tombol yang mengarah pada susu kotak yang menjadi favorit Jaemin belakangan ini.
Klontang.
Susu kotak tersebut keluar dari bawah mesin dan Jaemin segera mengambilnya secepat mungkin. Saat ia membalikkan badan, Donghyuck sudah mengacir entah kemana—padahal, bocah bermarga Na itu ingin berterima kasih pada sahabatnya itu.
Karena malas berdesak-desakkan bersama para pembeli nasi goreng yang lain, Jaemin pun hanya berdiri di samping vending machine seraya menunggu kembalinya Donghyuck—sahabatnya yang terkadang manis, terkadang menyebalkan itu. Sumpah, ingin rasanya Jaemin memeluk bocah berkulit tan itu erat-erat sekarang. Berkat selembar 1,000 won miliknya itu, ia jadi bisa merasakan manisnya susu kotak rasa taro yang nikmat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Blood • Nomin ✓
FanficIn which Jeno couldn't get enough of his secretary's blood. © Rayevanth, 2018