Kakinya berlari kencang meninggalkan beberapa orang yang mencoba untuk mengejarnya. Melewati gang kecil, beberapa kedai yang sudah tidak beroperasi lagi dan hanya di temani oleh cahaya bulan, Jungkook mencoba mencari jalan keluar yang sedari tadi tidak ditemuinya.
Matanya mengerjap bingung setiap kali ia menemukan dua arah jalan, entah mana yang harus ia pilih untuk menghindari para pesuruh dari mantan ketuanya yang tidak lama ini mengkhianatinya.
Sekedar hanya mengikuti kata hati dan intuisi yang selama ini dimiliki, Jungkook terus berlari dan berusaha menjauh dari para bedebah itu. Masalahnya bukan hanya itu, melainkan ia juga mengikut sertakan orang asing yang tidak sengaja ditemuinya hari ini.
Seorang wanita cantik yang tidak tahu apa-apa terpaksa harus ikut berlari bersama Jungkook. Meskipun kaki kecilnya sudah mulai pegal dan kelelahan karena tidak terbiasa, namun tidak ada cara lain selain mengikuti kemana arah Jungkook menariknya.
Orang tersebut hanyalah seorang wanita biasa yang baru saja datang dari Jepang untuk menemui kekasihnya di Korea. Ia sedikit menyesal karena telah berurusan dengan Jungkook sehingga membawanya ke situasi seperti ini.
Jungkook tidak bisa berlari lagi, luka tebas yang ada di perutnya sudah semakin terasa nyerinya dan terus mengeluarkan darah segar sedari tadi.
Jungkook berhenti sejenak di depan sebuah motel kumuh, seraya mengatur nafas ia melihat keadaan sekitarnya. Dirasa sudah aman, ia memutuskan untuk bersembunyi di dalam motel untuk sementara.
Wanita yang ikut bersama Jungkook berjongkok setelah Jungkook melepaskan tangannya, ia mengatur nafasnya yang terengah-engah dan kemudian melihat ke sekelilingnya.
Suasananya hening, pencahayaan yang minim serta remang mampu merangsang rasa takut wanita ayu tersebut. Ini bukanlah yang ia inginkan, wanita itu sudah bisa membayangkan bagaimana dirinya bersama kekasihnya saat ini jika ia tidak bertemu Jungkook.
"Kajja.."
Jungkook kembali menarik wanita itu setelah menerima kunci kamar mereka. Sesekali saat menaiki tangga Jungkook mengerang kesakitan dan kembali berjalan tertatih-tatih.
Wanita itu merasa sedikit khawatir dengan keadaan Jungkook. Ia bertanya-tanya mengapa pria keras kepala itu harus mengunjungi tempat ini melainkan rumah sakit dan mengobati lukanya.
Tapi itu hanya tersimpan di kepalanya. Ia sungguh kecil hati. Keterbatasan kemampuan bahasa Koreanya membuat wanita itu terdiam seribu bahasa meskipun ia ingin sekali berteriak dan memaki pria kasar didepannya.
Jungkook membuka pintu kamarnya dan melenggang masuk bersamaan dengan wanita yang masih di genggam erat tangannya. Ia menyeret wanita itu kemana-mana sekalipun hanya untuk menyalakan lampu di sudut ruangan dan menutup rapat tirai kamarnya.
"Aku pikir kita aman sekarang." ujar Jungkook menatap wanita itu.
Wanita itu hanya diam. Merasa takut sekaligus kesal membuatnya tidak tahu harus berbuat apa. Pria dihadapannya kini, baik atau jahat ia masih belum menangkap kesannya.
"Akhh.." erang Jungkook membuat wanita itu merubah ekspresi wajahnya.
"Ahh bagaimana ini? Pasti sangat sakit." ujarnya dalam bahasa Jepang.
Sudut bibir Jungkook terangkat tatkala ia mendengar suara wanita itu untuk pertama kalinya. "Kau bilang, siapa namamu barusan?"
Wanita itu kembali terdiam, apa pria ini sedang bertanya padanya ia sendiri tidak tahu. Ia berharap seseorang bisa memberitahu apa saja yang sejak awal pria ini katakan padanya. Mungkin semua ini tidak akan terjadi jika ia mengerti perkataannya.
Jungkook tersenyum melihat ekspresi wajahnya, sekali lagi ia bertanya kali ini sudah pasti wanita itu akan mengerti. "Siapa namamu?" ujarnya fasih berbahasa Jepang.
Tbc
Votemment chuseyo
Next or not (?)
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Together (Completed)
FanfictionIt is all about forsaking the desire to own someone and still loving them with your heart and soul.