"Sana-ya, apa kau benar-benar akan terus seperti ini? Kau menghambat pekerjaan kita. Sebentar lagi matahari akan terbenam, kita harus sudah menyiapkan makan malamnya." ucap Jungkook.
"Lakukan saja seperti ini, kau pasti bisa." kata Sana.
Jungkook menghela napasnya sejenak sebelum ia mengambil lengan Sana yang menggantung dilehernya dan memutarkan badannya agar bisa berhadapan dengan Sana yang sejak turun dari bukit tadi tidak bisa lepas darinya.
"Kau membuat rentang gerakku terbatas." ujar Jungkook lembut. "Aku tidak akan kabur kemana-mana mulai sekarang, jangan khawatir." sambungnya mengusap lembut rambut Sana.
Sana sangat senang mendengarnya. Kata-kata Jungkook tadi membuatnya merasa tenang, menghilangkan pikiran negatif yang masuk menyeruak dan akhirnya mendengung terus dikepalanya.
"Duduklah disana dan siapkan alat makannya. Eomma dan Soo Hee akan datang sebentar lagi."
"Eung." respon Sana menganggukan kepalanya.
Dari meja makan bundar yang tidak terlalu besar itu, Sana dapat melihat punggung besar Jungkook yang ia yakin sedang menanggung beban berat saat ini.
Banyak hal yang tidak Sana ketahui tentang pria yang sangat dicintainya ini. Tidak semua orang bersikap seperti Jungkook dengan segala tragedi yang telah terjadi dalam hidupnya. Punggung besar itu sudah bekerja sangat keras.
Sekarang ini Sana ingin membuatnya beristirahat walau sejenak. Mengelusnya dengan lembut dan menepukan tangannya sambil berkata, "Kau sudah berusaha keras Jeon Jungkook. Kau sudah berusaha keras."
Jungkook menghentikan tangannya saat merasakan kembali hangatnya pelukan Sana dari belakang. Ia tertegun dengan perkataan Sana yang secara tiba-tiba membuat hatinya terenyuh.
"Apapun yang terjadi aku akan selalu ada dipihakmu Jeon Jungkook." kata Sana.
Jungkook hanya terdiam sejenak sebelum ia menyadari bahwa ia telah sangat jatuh hati pada wanita Jepang ini. Sama seperti halnya Sana, Jungkook juga tidak akan melepaskannya kali ini. Setidaknya itulah yang ia pikirkan saat ini.
"Gomawo." kata Jungkook mengelus lengan Sana dan membiarkannya berlama-lama disana.
✂- - - - -
"Bisa kau putar kembali cctv di daerah ini satu kali lagi? Ne, koridor ini."
Daniel melipat kedua tangannya di atas dada. Ia memperhatikan setiap layat monitor yang memperlihatkan setiap sisi seisi rumah sakit. Ia tidak mengerti mengapa hal ini terulang kembali, setelah apa yang ia janjikan pada dirinya sendiri untuk tidak membiarkan Sana sendiri.
"Apakah tidak ada cctv yang menghadap ke arah lift lantai satu sebelum pintu keluar?" tanya Na Ra yang sedari tadi tidak menemukan batang hidung Sana.
"Terdapat satu cctv yang ada disana, tapi aku tidak yakin itu akan terlihat jelas karena terdapat pilar di tengah loby utama."
"Itu tidak masalah, bisa kau tunjukan padaku?" ujar Daniel.
Video kembali berputar, satu persatu orang berjalan keluar melewati lift saat itu. Daniel menyipitkan matanya saat ia mengenali siluet tubuh yang sedang ia cari ada disana. "Tunggu! Bisa kau kembali memundurkan videonya? Secara perlahan, tolong." kata Daniel.
Benar saja, Sana ada disana. Ia tidak sendiri, Daniel juga mengenal orang yang ada didepannya, lebih tepatnya orang yang terus Sana ikuti sejak keluar dari dalam lift dan yang selama ini ia cari. "Jeon Jungkook." kata Daniel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Together (Completed)
FanfictionIt is all about forsaking the desire to own someone and still loving them with your heart and soul.