Jeon Jungkook sebenarnya hanya ingin bertahan hidup. Hidup yang sudah sulit dan hampir tidak tertolong lagi baginya kini ingin ia perbaiki semuanya. Setelah bertemu dengan Sana, Jungkook ingin merasakan hidup lebih lama.
Jika selama ini ia hanya ingin membuatkan kehidupan untuk keluarganya, sekarang ini ia sendiri juga mulai tamak dan ingin memulai semuanya dari awal. Tidak ada yang bisa dipercayai olehnya, teman yang selama ini dianggapnya keluarga hanyalah bagian dari skenario pahit dalam hidupnya.
Kompromi yang selama ini diambilnya telah hancur hanya karena sebuah pengkhianatan. Masa lalu yang belum ia ketahui hanya akan semakin mempersulit Jungkook suatu saat ketika ia mengetahuinya.
Dendam, keringat, dan air mata seolah selalu menemani disetiap kesehariannya. Tidak jarang pula Jungkook merasakan takut, gemetar dan ingin hilang saja rasanya. Ia sudah tidak peduli dengan akhir hidupnya.
Namun lagi-lagi Sana merubah, memutar balikan pikirannya. Ia merasakan cinta, kasih sayang yang selama ini tidak pernah ia terima. Namun semuanya tidaklah selalu berjalan mulus setelah ia bertemu dengan Sana. Sekarang bertambahlah satu nyawa yang harus ia selamatkan dan jaga.
Jungkook menghela nafasnya dalam, ditatapnya cekungan besar di hadapannya, sebuah cekungan permukaan bumi yang digenangi oleh air Jungkook baru saja berpikir untuk berada didalamnya. Namun tidak sekarang. Banyak yang harus ia selesaikan sebelum itu.
Jungkook menutup matanya, ia menarik napas dalam membiarkan udara masuk memenuhi rongga paru-parunya selagi bisa.
"Aku tahu kau akan datang. Kau dan Jimin selalu mengadu tentang hidup kalian yang menyedihkan disini bukan?"
Jungkook membuka matanya saat ia mendengar suara yang tidak asing lagi ditelinganya. Kim Seokjin, orang yang sangat ingin ditemuinya saat ini.
Seokjin memasukan tangannya kedalam saku celananya dan berjalan mendekati Jungkook secara perlahan. "Kulihat kau sangat senang bertemu denganku." ucapnya tersenyum kecil.
"Aku datang untuk menyapamu dan membuat kesepakatan." sambung Seokjin membuat Jungkook bingung. Amarahnya mulai mencuat hanya dengan mendengar suara Seokjin, bagaimana bisa ia berdiri santai dan bernapas dengan leluasa setelah ia membunuh seseorang?
"Apa maksudmu? Aku sudah tidak mau lagi berurusan dengan sampah sepertimu!" geram Jungkook.
"Sadarlah bagaimana aku memperlakukanmu dahulu Jeon Jungkook. Ingatlah bagaimana kehidupanmu dahulu sebelum bertemu denganku? Kau atau aku yang pantas disebut sampah?" kata Seokjin.
Amarah Jungkook tersulut, ia berjalan mendekati Seokjin dan meraih kerah bajunya erat sebelum sebuah tangan kekar menghentikannya dari belakang. Itu Kim Yugyeom, pengikut setia Seokjin tentu saja setelah Seokjin tidak bisa menemukan pengganti Taehyung.
Pria besar itu menarik Jungkook secara paksa dari belakang agar menjauhi Seokjin. Dengan meronta dan berteriak Jungkook ingin sekali melayangkan tinjunya tepat ke arah Seokjin.
"Apa aku harus berterimakasih sekarang?! Kau telah membunuh Park Jimin!" teriak Jungkook marah.
Sekali lagi Seokjin merasa angkuh seraya menyunggingkan senyumnya. "Kau harus melakukannya meskipun kau tidak mau." bisiknya tepat ditelinga Jungkook.
"Bagaimanapun tanpaku dahulu kau hanyalah tikus jalanan, mencuri, mengemis, meminta belas kasihan pada semua orang. Kau pikir dirimu bisa bertahan jika bukan karenaku?" ujar Seokjin.
"Itu adalah kesalahan pertamaku untuk bertemu denganmu." kata Jungkook penuh penekanan, amarahnya sudah meledak.
"Sekarang kau tahu bagaimana rasanya kehilangan seseorang yang berarti bagimu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Together (Completed)
FanfictionIt is all about forsaking the desire to own someone and still loving them with your heart and soul.