"Sudah selesai, sekarang kau tidak perlu lagi memamerkan kemesraanmu dengan pacarmu itu didepanku."
Senyum manis tergambar meski lemas namun tulus Sana berikan. "Ne, kamsahamnida ganhosa-nim. Aku tidak bermaksud melakukannya, jika bukan karena selang infus yang kau pasang dan kepalaku yang berputar saat itu mungkin aku bisa berdiri tanpa bantuan."
"Arraseo, aku hanya bergurau Sana-ssi. Kalian sangat cocok, aku senang kau pulih dengan cepat. Aku mohon jangan membuat dirimu cepat lelah dan perbaiki pola makanmu. Aku panik saat kau masuk kesini dengan suhu tubuh 39°C dan sangat lemas. Belum lagi setelah itu suhu tubuhmu yang tidak menentu, membuatku tidak bisa melepaskan perhatianku padamu." ucap Na Ra seorang perawat senior yang sudah bekerja disana selama setengah dari hidupnya.
"Kau bahkan tidak akan sadar bagaimana wajah pacarmu itu saat menggendongmu saat itu, dia terlihat lebih panik dariku." lanjutnya menenteng bak instrumen ditangannya.
"Terimakasih atas perhatianmu, ganhosa-nim. Mulai sekarang aku akan memikirkan tubuhku, kau tidak usah khawatir. Lagipula dia bukan lagi kekasihku." kata Sana.
Perempuan dewasa itupun membelalakan matanya mendengar pernyataan gamblang Sana."Jinjja? Tapi sepertinya dia sangat peduli padamu. Lima hari ini dia menemanimu, aku saja bertanya-tanya kemana dia pergi hari ini aku tidak melihatnya."
"Ne, ada urusan yang tidak bisa dia tinggalkan hari ini. Kalau begitu, apa sekarang aku sudah bisa pulang?"
"Setelah semua urusan administrasi selesai dan mantan pacarmu itu datang kau bisa pergi dari sini arraseo? Aku tidak akan melepas gelang identitasmu jadi kau tidak bisa kemana-mana." ujar Na Ra membuat Sana tidak bisa menyembunyikan senyumnya.
"Ne, kamsahamnida ganhosa-nim."
"Eung, aku harus pergi sekarang. Ada pasien baru tampan datang pagi ini." Na Ra mengakhiri perkataannya dan menghilang dari kamar Sana.
Sudah hampir seminggu Sana terjebak ditempat sesak dengan aroma obat dan alkohol ini. Rasanya sepanjang mata memanjang hanya warna putih yang mendominasi tempat ini.
Setelah insiden penemuan mayat saat itu, Sana tidak bisa untuk tidak memikirkan Jungkook. Dirinya semakin takut akan Jungkook yang tidak tahu dimana keberadaannya. Ia hanya berharap Jungkook tidak melakukan hal bodoh dengan menyerahkan dirinya pada Seokjin.
Daniel sendiri masih berusaha mencari Kim Seokjin dan pengikutnya setelah mendapatkan informasi lain dari Kim Taehyung. Pria yang sedang berada dibalik jeruji besi itu mengatakan bahwa Seokjin akan memastikan Jungkook mati ditangannya.
Entah itu benar atau hanya Taehyung saja yang melebih-lebihkan, yang pasti kabar itu membuat Sana tidak bisa menjaga tubuhnya sehingga ia berakhir ditempat ini.
Sana yang masih menggunakan baju rumah sakit berlapis outer cardigan merah muda kesayangannya berjalan keluar kamar dengan dompet ditangannya. Ia bahkan tidak tahu nomor kamar dan diruang mana dirinya dirawat selama ini.
"Kamar 05 rupanya." ucap Sana melihat dinding putih begitu dirinya keluar.
Sana berjalan-jalan dan meskipun tidak banyak yang bisa ia lihat setidaknya ia menemukan pemandangan baru dimana kehangatan dan kasih sayang terpampang nyata lewat matanya.
Di sepanjang koridor hingga dirinya terdampar di kantin rumah sakit, tatapan sendu Sana terus saja diauguhkan dengan para pasien beserta keluarganya yang saling memperhatikan satu sama lain. Menjaga dan mengkhawatirkan setiap gerik mereka membuat Sana merindukan keluarganya.
Sana yakin, setelah apa yang sudah ia dan Daniel katakan kemarin lewat telepon membuat kedua orang tuanya tidak lagi percaya padanya. Mereka pasti kecewa saat Daniel mengatakan hubungan ini telah berakhir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Together (Completed)
FanfictionIt is all about forsaking the desire to own someone and still loving them with your heart and soul.