17th; Jeon Jungkook, Seoul
Angin malam tidak pernah sedingin ini, cahaya terang bulan tidak pernah seredup ini kala Jungkook memutuskan mencari jalan pintas sebagai jalan keluar untuk menyelesaikan perjalanan dalam hidupnya yang keras.
"Siapa namamu?"
Seroang pria yang terampil memainkan pisau dapur itu bertanya pada Jungkook. Dari balik meja dapurnya, ia mengiris daging ikan salmon menjadi lembaran-lembaran tipis yang siap disajikan lalu di santap sebagai sashimi.
"Jeon Jungkook." kata Jungkook datar, ia sibuk mengagumi pria itu dengan keterampilannya menggunakan pisau dapur.
"Apakah lancang itu sama dengan berani? Beraninya kau berhadapan langsung dengan seseorang yang memegang senjata." ucap pria itu seraya meletakan beberapa salmon yang sudah di iris tepat ke hadapan Jungkook.
"Aku punya permintaan."
Pria itu menghiraukan perkataan Jungkook dan beralih mengambil beberapa ekor hewan laut yang berbentuk bundar dan memiliki duri pada kulitnya dengan ujung pisaunya yang tajam.
"Landak laut atau uni dalam bahasa Jepang." pria itu menguliti landak laut tersebut dan memberikannya pada piring kosong Jungkook. "Makanlah, ini sangat lezat. Aku akan memberimu lebih untuk kau bawa pulang."
"Namun, aku harus tetap bertanya."
"Kau butuh uang bukan?" ucapnya membuat Jungkook sedikit terkejut. "Terlihat dari wajahmu. Kau akan mendapatkannya, aku berhutang padamu." sambung pria itu.
Jungkook tersenyum lebar saat mendengarnya. "Kamsahamnida. Aku akan mengembalikannya padamu secepat mungkin."
Pikir Jungkook tidak ada salahnya juga ia mendatangi tempat ini. Pria itu adalah pria yang tidak sengaja di temuinya di jalan saat beberapa orang menodongnya dengan senjata tajam di tepi jalan.
Sebenarnya Jungkook tidak membantu banyak. Ia hanya berlagak menghubungi polisi dan dengan bodohnya mereka percaya, saat itulah pria dihadapannya kini memberikan secarik kartu nama bertuliskan Kim Seokjin diatasnya.
"Landak laut. Berduri di bagian luar tapi lembut didalamnya. Kami orang yang bisa di ibaratkan seperti itu." Jungkook hanya terdiam mendengar perkataan Seokjin.
"Orang-orang hanya mengenal kita sebagi penjahat, pemeras, penuh dengan kekerasan, dan hal negatif lainnya. Mereka tidak mengetahui seperti apa kita sebenarnya. Mengapa kita melakukan hal seperti ini, mereka tidak pernah ingin tahu." Seokjin tersenyum miris mengatakannya, seolah kisah hidupnya sangat menarik untuk diperdengarkan.
"Tidak ada penjahat tanpa sebuah kisah dalam hidupnya. Tidak ada penjahat tanpa orang tua dihidupnya. Perusuh? Mereka semua tidak berharga, mereka tidak cukup merasa putus asa. Kau tahu? Keputusasaan bisa berujung menjadi sebuah keyakinan."
Jungkook terdiam tidak tahu harus bereaksi seperti apa untuk menanggapi perkataan Seokjin, sebelum ia mengatakan kalimat terakhirnya membuat Jungkook membulatkan matanya."Bergabunglah bersama kami."
✂- - - - -
Daniel berhenti sesaat dan memperhatikan sebuah bangunan berukuran tidak terlalu besar namun menjulang tinggi ke atas dengan sorotan lampu warna-warni di sekitarnya. Papan kayu bertuliskan 'Motel' terpajang di bagian tengah sebelum pintu masuk bangunan tersebut membuat Daniel sedikit ragu bahwa Sana pernah masuk ke dalamnya.
Hari mulai petang kala Daniel beranjak keluar dari toko obat di tepi jalan. Seorang farmasi disana mengatakan bahwa ia merasa familiar dengan wajah Sana yang Daniel tunjukan lewat sebuah foto dalam ponselnya yang tidak sengaja diambilnya saat berada di Jepang tahun lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Together (Completed)
FanficIt is all about forsaking the desire to own someone and still loving them with your heart and soul.