"Kau, akan memberiku jumlah lebih banyak?"
Pria yang duduk di kursi besar pimpinan itu menyilangkan kakinya dan tersenyum tipis menanggapi pertanyaan Jungkook yang terdengar begitu terkejut.
"Kau bilang, kau butuh uang untuk biaya pengobatan adikmu di Busan bukan? Akan aku berikan, uang itu."
"Hyungnim, aku tidak mengerti. Maksudku, mengapa kau melakukan semua ini aku hanya tidak tahu. Apa klien kali ini berbeda?" tanya Jungkook.
"Sudah tiga tahun lamanya kau bergabung bersamaku. Aku menemukanmu dan mengajakmu bukanlah tanpa sebuah alasan." ucap Seokjin menatap Jungkook lekat.
"Jungkook-ah, aku menyukaimu walaupun saat itu kau menolak bergabung bersamaku. Kau bilang, pekerjaan ini sungguh kotor dan kau memilih untuk mengemis dibanding bergabung bersamaku." ujarnya seraya tersenyum lebar mengingat kembali masa itu.
"Namun, kau tahu sendiri. Di kota seperti Seoul bahkan mengemis saja begitu sulit. Sampai kau kembali dan mengatakan padaku untuk memberimu sebuah tugas kecil dan membayarnya. Jika aku tidak salah, saat itu adikmu perlu melakukan operasi bukan?" ujarnya bertopang dagu.
"Kau sudah ku anggap sebagai adikku sendiri Jungkook-ah. Anggaplah sebagai hadiah karena kau sudah bekerja keras selama ini. Ne?"
"Hadiah, omong kosong! Adik? Ha! Aku bahkan tidak lahir dari rahim ibunya!" ujar Jungkook geram begitu ia mengingat perkataan terakhir Seokjin sebelum dirinya bertemu Daniel kemarin siang.
Setiap langkahnya ada sebuah amarah yang ia simpan begitu dirinya sampai ke tempat tujuannya.Hari ini Jungkook bermaksud untuk menemui Seokjin dan berbicara padanya.
Bagaimana bisa orang yang menganggapnya sebagai adik membawanya pada kandang singa dan membiarkannya hampir mati disana? Jungkook ingin tahu alasannya.
Selain itu, dilain tempat nampak tidak bersemangat Sana sedang berjalan lunglai memikirkan bagaimana cara dirinya mengatakan pada Daniel mengenai kehilangan gelangnya.
Entah sudah sejauh mana ia berjalan, pikirannya kosong. Tidak ada sedikitpun niat baginya untuk kembali menuju apartemen Daniel. Ingin rasanya Sana kembali ke Jepang dan lupa bahwa semua ini pernah terjadi.
Semalaman Sana hanya membuka matanya di saat Daniel telah terbawa ke alam mimpinya. Daniel belum mengetahui apa yang terjadi pada Sana seharian setelah ia kembali ke apartemen.
"A..aku datang ke festival pistol air di Sinchon dan bersenang-senang disana." itulah kalimat yang Sana ucapkan pada Daniel saat kekasihnya itu bertanya apa yang dilakukannya selama ia tidak ada.
Setelah itu, Sana hanya bungkam. Selama Daniel tidak menyadari perilakunya yang berbeda malam itu ia merasa sedikit lebih tenang. Sana juga bersyukur karena itu artinya, ia masih bisa memikirkan cara untuk mendapatkan gelang itu kembali. Dan hari ini Sana berencana untuk memulainya.
Lamunan yang tidak berujung itu membawa Sana ke tempat yang bahkan ia sendiri tidak ingat apakah pernah atau tidak melewatinya.
Sana baru saja menyadarinya ketika ia harus berjalan melewati sebuah jalur sempit nan gelap karena mengingat matahari yang sudah mulai turun ke peraduannya.
"Ahh dimana ini? Aku tidak ingat pernah melewati jalan ini." ucap Sana sembari memperhatikan sekitarnya.
Sana memperlambat langkahnya, ia mulai merasa takut. Di genggamnya erat tali tas selempang yang menjadi satu-satunya pegangan baginya untuk melampiaskan ketakutannya.
Tidak banyak orang yang bisa ditanyai oleh Sana. Mereka semua selalu menunduk menyembunyikan wajahnya sementara Sana bertanya secara sopan pada mereka. Sana rasa mereka tidak mengerti dengan apa yang Sana katakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Together (Completed)
FanfictionIt is all about forsaking the desire to own someone and still loving them with your heart and soul.