Pandangan mata mereka terhenti satu sama lain saat cahaya masuk kedalam celah kontainer dan menyilaukan pandangan keduanya. Sana tidak tahu siapa yang dengan sengaja mengarahkan cahaya tersebut dan dari mana asalnya cahaya itu, yang jelas hal itu sudah membuat jantungnya seolah behenti seketika karena terkejut. "Apa kita telah ketahuan?" kata Sana pelan pada Jungkook.
Tidak ada jawaban dari Jungkook, ia terlalu lemah untuk peduli dan menurutnya akan lebih bagus jika memang keduanya telah tertangkap basah. "Apa yang kalian lakukan? Cepat masuk!" siluet kepala yang tercondong keluar dari jendela mobil membuat Sana yakin bahwa mereka tidak akan tertangkap hari ini. "Mingyu-ya." ujar Sana tersenyum lega dengan kehadiran Mingyu yang tepat waktu.
Sana menuntun Jungkook sekuat tenaga untuk masuk ke dalam mobil disusul oleh dirinya. Kemampuan mengendarai mobil seorang Kim Mingyu tidak perlu lagi diragukan, pria jangkung tersebut melajukan mobilnya begitu cepat keluar dari pelabuhan. Sementara di kursi belakang, Jungkook masih menutup matanya lemas di pangkuan Sana dengan keringat dingin yang membasahi sekujur tubuhnya.
"Jungkook-ah." panggil Sana lembut membelai pipi Jungkook, pria itu dengan berat membuka matanya seraya bergumam pelan. "Hm? Aku tidak apa-apa." kata Jungkook parau. "Apanya yang tidak apa-apa? Mengapa kau selalu mengatakannya? Kau tahu kau sedang tidak baik-baik saja sekarang." kata Sana sedikit kesal dengan Jungkook yang selalu saja tidak mau terlihat lemah dihadapannya.
Jungkook tersenyum kecil, "Benarkah?" kata Jungkook mengernyitkan dahi menahan nyeri. "Kalau begitu aku tidak baik-baik saja. Sakit sekali, sudah seperti mau mati saja rasanya." kata Jungkook menohok hati Sana mendengarnya. "Kau akan baik-baik saja, eung? Aku sudah ada disini sekarang. Ya, Kim Mingyu bisa kau lebih cepat? Jungkook-ah bertahanlah, kau tidak boleh tertidur arraseo?"
"Yak, inma! Kuatlah!" kata Mingyu menginjak pedal gas mobilnya dengan kecepatan tinggi. "Berbicaralah padaku Jeon Jungkook." kata Sana tidak mau Jungkook kehilangan kesadarannya. "Apa yang harus aku bicarakan?" ujar Jungkook lemah sembari menutup mata. "Apapun, kau tidak boleh kemana-mana sekarang." sergah Sana cepat.
"Aku tidak akan kemana-mana. Baiklah, sejak kapan kau menyukaiku?" tanya Jungkook pelan namun masih bisa terdengar oleh Sana. "Kau masih bisa bertanya hal seperti itu disaat seperti ini?" kata Sana tidak percaya dengan perkataan Jungkook, pria itu hanya tersenyum lemah mendengar celotehan Sana.
Sana tidak menjawab pertanyaan Jungkook untuk sementara. Ia masih memilih kata-kata yang tepat sebelum ia mengatakannya. "Jujur saja aku ketakutan saat pertama kali bertemu denganmu. Kau berbicara kasar, memperlakukan ku sesukamu, dan membohongiku." kata Sana tertawa kecil bila mengingat pertemuan pertama mereka dulu.
"Tapi kau tidak seburuk itu, kau itu baik hati, tidak suka menyakiti wanita dan selalu menjaga mereka. Aku sendiri yang menghampirimu saat kau sudah bersedia melepaskanku saat itu. Sepertinya aku memang sudah menyukaimu sejak awal Jeon Jungkook." kata Sana namun tidak ada balasan dari Jungkook, pria itu sudah hilang kesadarannya.
Sana mendekap Jungkook yang semakin melemah. Air matanya yang sedari tadi ia tahan karena tidak mau menunjukannya pada Jungkook akhirnya jatuh juga. Dari kaca spion tengah, Mingyu menatap Sana yang sudah menangis seraya memeluk Jungkook. Akal sehatnya sudah tidak bisa bekerja lagi, Mingyu kalut. Ia membunyikan klakson mobil sepanjang jalan sembari berteriak berkali-kali, "Minggir! Singkirkan mobilmu dari sana kau brengsek. Minggir!!"
"Jungkook-ah, bangun!" kata Sana dengan nada suaranya yang bergetar. "JEON JUNGKOOK!"
✂- - - - -
"Kim Seokjin, kau di tangkap karena dituduh melakukan jual beli secara ilegal dan juga pembunuhan, Kau mempunyai hak untuk tetap diam. Apa pun yang kau katakan dapat dan akan digunakan untuk melawan mu di pengadilan. Kau memiliki hak untuk berbicara dengan seorang pengacara, dan memiliki seorang pengacara yang hadir selama interogasi apa pun. Jika kau tidak mampu membayar pengacara, seorang akan disediakan untuk mu dengan biaya pemerintah." kata Woojin menyampaikan peringatan miranda untuk pertama kalinya bertugas. Daniel bisa melihat senyuman bahagia yang tergambar pada wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Happy Together (Completed)
FanfictionIt is all about forsaking the desire to own someone and still loving them with your heart and soul.