Halo semua Namaku Park Jimin. Aku menulis cerita ini sebagai peringatan bagi kalian yang berencana hendak belajar ke luar negeri. Aku tak berniat untuk menakut-nakuti kalian agar tidak pergi, namun aku hanya ingin kalian waspada supaya hal yang sama tidak terjadi pada kalian.
Kurasa aku harus menjelaskannya sedikit awal mulanya. Aku terpilih untuk berpartisipasi dalam program pertukaran pelajar selama beberapa bulan di kota shanghai . Tentu saja aku merasa sangat gembira karena aku belum pernah pergi ke luar negeri sebelumnya. Jadi ini benar2 akan menjadi petualangan bagiku.
Aku mengepak barang2ku dan harus ku akui, aku sedikit gugup sebab ini pertama kalinya aku meninggalkan orang tuaku dalam waktu yang cukup lama. Namun aku juga sangat excited menantikan kebebasanku selama tinggal di China. Dan akupun terbang menuju China.
Di bandara, aku disambut oleh supervisor program pertukaran pelajar tersebut dan beberapa siswa lain yang akan belajar bersamaku. Mereka semua seumuran dan tampak sama bersemangatnya sepertiku. Setelah melalui orientasi, kamipun diberikan kunci apartemen kami.
Beberapa bulan sebelum tiba di Shanghai, kami bertanggung jawab untuk menemukan apartemen yang akan kami tinggal secara online. Aku sudah memutuskan akan tinggal bersama 3 orang temanku lainnya yaitu Jungkook, Taehyung dan Hoseok. Mereka semuanya tampak baik dan karena kami sama2 memiliki budget terbatas, akhirnya kami mencoba mencari apartemen termurah yang bisa kami dapatkan.
Setelah beberapa hari mencari, kami menemukan iklan sebuah apartemen tua di Shanghai. Kami benar2 tak percaya masih ada apartemen yang tersedia di sana dengan harga yang sangat murah. Semula aku sempat merasa curiga. Namun akhirnya kami tidak memiliki pilihan lain selain menyewa apartemen itu
Kami menerima satu set kunci beserta peta agar kami menemukan letaknya.Tempat ini benar2 luar biasa. Ketika siang, tempat ini dipenuhi dengan pedagang dan ketika siang, suasana ganti dimeriahkan oleh musisi jalanan. Semua bangunan2 di sini semua tampak tua dan setelah 3-4 kali berputar-putar, akhirnya kami menemukan sebuah pintu kayu tua yang amat besar. Tempat ini akan menjadi rumah kami untuk 3 bulan ke depan.
Aku memutar kunci hingga terdengar “klik” dan pintu tebal itu berayun ke dalam dengan suara berdecit yang keras. Kami kemudian menemukan sebuah tangga spiral yang panjang. Kami semua mengeluh. Tentu saja, seharusnya terlintas di pikiran kami. Karena apartemen ini amat tua, maka belum ada lift di sini. Maka kami harus menaiki tangga demi tangga yang tampak tak berujung, ditambah lagi saat itu kami harus membawa barang bawaan kami yang cukup berat.
Akhirnya kami tiba di depan pintu kamar apartemen kami dan masalah lain muncul begitu kami masuk. Hanya ada 3 kamar di sana, sedangkan kami berempat. Ini berarti dua dari kami harus berbagi satu kamar. Akhirnya dengan undian, aku dan Jungkook akan berbagi kamar. Aku tak keberatan karena Jungkook tampak seperti pemuda yang asik dan seru, benar2 teman sekamar yang ideal.
Selain 3 kamar tidur terdapat 2 kamar mandi, sebuah dapur, dan ruang tamu dengan satu set televisi kuno. Sekali lagi aku merasa kurang nyaman. Mengapa kamar sebagus ini memiliki harga sewa yang sangat murah. Kami kemudian menyadari ada bagian lain dari apartemen ini yang belum kami jelajahi. Terdapat sebuah lorong gelap dengan sebuah mesin cuci dan mesin pengering. Di belakang, terdapat sebuah pintu yang ternyata menuju kamar mandi utama.
Kami berempat langsung memperebutkan kamar mandi itu. Betapa tidak, kamar mandi itu amat luas dan lengkap. Ada sebuah bathub besar yang tak tedapat di kamar lainnya. Akhirnya Jungkook mengusulkan bahwa karena aku dan dia harus berbagi kamar, maka masuk akal jika kami berdua yang seharusnya mendapatkan kamar mandi itu. Semua setuju dan awalnya aku merasa sangat senang.
Namun perasaan itu berubah beberapa hari kemudian. Aku tak tahu bagaimana menjelaskannya. Namun tiap kali aku menggunakan kamar mandi itu, aku merasakan sesuatu tengah mengawasiku. Perasaan itu membuatku sangat tegang. Aku merasa, apapun yang tengah mengawasiku aku, ia sedang marah. Dia tidak menginginkan aku berada di sana dan ia ingin menyakitiku.