b. Tindakan Elisa hanya iseng.Berapa banyak dari antara kalian yang sering melakukan gerakan aneh atau lucu jika sedang sendirian? Berapa banyak di antara kalian yang suka membuat ekspresi lucu ketika sedang bercermin? Saya yakin cukup banyak.
Perilaku aneh Elisa bisa jadi hanya karena ia seorang yang cukup "animated". Mungkin terpengaruh oleh Bipolar Disorder yang diidapnya.
c. Bipolar Disordernya kambuh karena tidak meminum obat.
Ini adalah kemungkinan yang paling kuat. Penderita Bipolar Disorder seringkali memiliki gejala yang mirip dengan pengguna Obat bius dan penderita ADHD sehingga tindakan aneh Elisa di dalam lift bukan lagi menjadi sebuah misteri.
Itu adalah tiga kemungkinan untuk menjawab perilaku aneh Elisa di dalam lift.
3. Kalau memang ia bunuh diri, mengapa aktivitasnya sebelum kematian tidak menunjukkan tanda-tanda ingin bunuh diri?
Benar. Sebelum kematiannya, Elisa mampir ke sebuah toko buku di sekitar hotel yang ironisnya bernama "The Last Book Store" dan membeli beberapa buku dan piringan. Ia mengatakan kepada penjaga toko bahwa buku dan piringan tersebut akan diberikan kepada orang tuanya sebagai oleh-oleh.
Orang yang berniat bunuh diri tidak akan membeli oleh-oleh.
Namun ada kemungkinan lain.
Keinginan untuk bunuh diri itu bisa muncul tiba-tiba jika ia mendapatkan kabar yang membuatnya depresi atau jika Bipolar Disordernya kambuh.
Menurut statistik, di kalangan penderita Bipolar Disorder, tingkat bunuh diri tahunannya 20 kali lebih besar dibanding populasi pada umumnya. Sedangkan 20%-50% penderita bipolar disorder pernah melakukan percobaan bunuh diri, dan keinginan untuk bunuh diri tersebut bisa muncul secara tiba-tiba.
4. Lalu bagaimana Elisa bisa sampai ke atap? Bukankah pintu menuju atap selalu terkunci dengan alarm?
Banyak orang mempermasalahkan akses ke atap gedung yang sepertinya tidak mungkin. Tapi, seringkali kita lupa bahwa akses menuju atap tidak hanya bisa dilakukan lewat pintu atap. Akses itu juga bisa dilakukan lewat tangga darurat. Dan percaya atau tidak, pintu menuju atap gedung sebenarnya tidak selalu terkunci. Jadi, menurut saya ini bukan masalah.
5. Jika Elisa memang bunuh diri, mengapa ia melakukannya dalam keadaan telanjang?Jika kita melihat kembali pada kasus-kasus bunuh diri di masa lampau, kita bisa menemukan kasus-kasus unik dimana bunuh diri dilakukan dalam keadaan telanjang. Fenomena ini dikenal dengan sebutan Naked suicide. Jadi, bukan sesuatu yang aneh. Fenomena ini memang belum bisa dipahami sepenuhnya sehingga membuat para psikolog secara khusus mempelajarinya.
Selain itu, ada lagi kemungkinan lain. Yaitu tubuhnya tidak ditemukan dalam keadaan telanjang. Ini memang agak simpang siur dan media pun menjadi sedikit kebingungan.
6. Jika Elisa bunuh diri, mengapa tangki air tertutup ketika ditemukan? Bukankah mustahil bisa menutup tangki air dari dalam?
Masalah tutup tangki memang menjadi sangat penting. Jika tutup tangki ditemukan dalam kondisi tertutup, maka kemungkinan terjadinya pembunuhan menjadi sangat besar. Namun seperti yang sudah saya katakan di atas, saya berasumsi bahwa polisi sudah melakukan tugasnya meneliti semua rekaman CCTV di dalam hotel dan tidak menemukan unsur pembunuhan dari sana. Dengan demikian kemungkinan keduanya adalah bunuh diri.
Kebanyakan orang akan berpendapat bahwa mustahil menutup tangki dari dalam. Namun sebenarnya tidak demikian. Ketika mayat Elisa ditemukan, tangki memang ditemukan dalam keadaan tertutup (dikonfirmasi oleh wawancara dengan pihak kepolisian). Namun jangan melupakan satu hal, yaitu faktor air.
Ketika mayat ditemukan, air tangki penuh sekitar 75%. Dengan kondisi ini, sangat mungkin pada saat Elisa masuk ke dalam tangki, airnya masih penuh.
7. Kalau memang Elisa bunuh diri, mengapa ia menenggelamkan diri ke dalam tangki dan bukan melompat saja dari atap gedung?
Sebelum menjawab ini, saya akan berikan satu lagi alasan mengapa saya menganggap kematian karena bunuh diri lebih mungkin karena kecelakaan.
Ini karena di masa lampau, kasus penemuan mayat di dalam tangki umumnya terjadi karena bunuh diri. Luar biasanya, salah satu yang mirip dengan kasus Elisa Lam adalah kasus yang menimpa pekerja wanita, warga negara Indonesia, di Singapura.
Bulan mei 2011, blok 686B, apartemen Woodland, Singapura. Ketika ditemukan, pertanyaan yang muncul sama dengan kasus Elisa. De ja vu?
Mungkin diantara kalian ada yang bertanya, "Mengapa Elisa memutuskan untuk bunuh diri di dalam tangki? mengapa tidak terjun saja dari atap apartemen? Bukankah lebih mudah?"
Well, pertanyaan seperti itu tidak akan pernah bisa dijawab. Ada yang memilih bunuh diri dengan racun, ada yang dengan membakar diri, ada yang menembak kepalanya, ada yang gantung diri dan ada yang terjun dari ketinggian. Semuanya tergantung pilihan masing-masing dan kita yang tidak memahaminya memang akan terus mempertanyakannya. Tapi itulah kenyataannya.
Kesimpulan
Karena pihak kepolisian sudah menyebutnya sebagai kasus kecelakaan, maka saya rasa kita tidak akan bisa berharap adanya penyelidikan lebih lanjut sehingga satu-satunya cara agar kasus ini bisa menjadi lebih jelas adalah: Pihak keluarga perlu menyewa detektif swasta.
Ia bisa memeriksa kembali petunjuk-petunjuk yang dimiliki oleh pihak kepolisian dan mengambil kesimpulannya sendiri.
Namun jika kalian menanyakan pendapat saya, maka saya lebih condong ke kasus bunuh diri dibanding kecelakaan. Tapi kesimpulan dari pihak kepolisian pun tidak akan saya permasalahkan.