Gita sudah menungguku di kedai kopi dekat kampus selepas perkuliahan. Tentu, dia sudah memesankan latte kesukaanku. Dia mencoba meminum green coffe kali ini. Begitu aku memasuki kedai, ku lambaikan tanganku pada Gita. Dia tersenyum dan memperlihatkan jajaran giginya yang rapih. Kami berpelukan sejenak sebelum aku duduk.
"Bagaimana liburanmu ke Korea?" cetusku sembari membetulkan posisi dudukku agar terasa nyaman. Karena mengobrol dengan Gita di kedai tidak cukup kalau hanya dua jam saja. Pastilah lebih, mungkin sampai senja terlihat.
"Wahh... Sangat menyenangkan sekali. Aku bertemu banyak oppa disana! Unni unni sangat cantik disana! " serunya sambil menepuk-nepukkan kedua tanganya dan sesekali tertawa mengingat liburanya yang menyenangkan.
"Bagaimana dengan EXO? Apa kau berhasil bertemu dan menonton konsernya?"
"Sayangnya aku tidak bisa menyentuh mereka. Susah sekali! Bahkan ketika konser aku berada di bagian paling belakang! Tapi tetap saja menyenangkan! "
"Seharusnya aku ikut kau saja ya ke Korea kalau tahu begini," kataku sambil mengaduk kopiku dengan malas.
"Ada apa dengan liburanmu di Bromo bersama Si Penunggang Kuda Tanpa Suara itu?"
"Sekarang dia sudah memiliki suara, suaranya begitu Indah," jelasku sambil tersenyum mengingat-ingat bagaimana cara Sulu mengucapkan namaku dan kata-kata spesial lainya, "Tapi... " dan wajahku murung seketika.
"Tapi apa?"
"Dengan cara yang sangat mendadak dia dan keluarga muda Sunantha melakukan peribadatan suci, itu membuatku tidak bisa berpamitan pulang padanya,"
"Kaukan bisa datang kesana lagi. Lagipula, kau harus menghargai peribadatan suci yang di lakukanya,"
"Tapi, peribadatan suci itu harus memiliki hasil senja ini!" aku menekankan pada senja yang membuatku sedikit membenci kata senja.
"Hasil?"
"Jadi, peribadatan suci itu seperti menentukan siapa yang akan menikah! Entah itu Sulu atau ketiga saudaranya yang lain,"
"Menikah? Memang berapa usianya?"
"Tradisi nenek moyang masih sangat kental disana. Kau tahukan artinya apa! "
"Kenapa kita tidak kesana saja saat ini untuk menanyakan hasilnya?"
"Gila! Aku tidak siap... Aku tidak siap dengan hasilnya... Firasatku sudah memburuk sejak kemarin sore... Aku takut... "
"Kenapa kau begitu takut mencoba padahal kau belum tahu proses dan hasilnya? "
"Maka dari itu! Aku akan mengambil banyak kelas semester ini dan menyelesaikannya dalam dua bulan. Setelah itu, aku akan kesana untuk memastikan apa yang sudah terjadi,"
"Apakah itu tidak terlalu lama? "
"Karena sudah tidak ada waktu lagi Gita... Aku sudah menandatangani kontrak untuk menyelesaikan perkuliahan lebih awal... "
"Kau memang ambisius! Ku dengar Alan juga menghabiskan liburanya disana? Apa kau bertemu denganya?"
Aku mengangguk.
"Apa dia menanyakan jawabanya? "
Aku mengangguk.
"Lalu? Apa jawabanmu?"
"Kau tahu apa yang harus ku jawab lewat wajahku kan? "
"Apa kau tidak mau mencoba membuka hati untuk orang yang selalu ada untukmu? Untuk orang yang bisa kau lihat disetiap harimu? Yang tidak akan membiarkanmu berlarut-larut dalam sendunya rindu? "
"Biarlah aku memelihara rindu daripada bertemu tapi tidak dengan Cinta yang utuh. Aku tidak pernah yakin pada Cinta lainya,"
Gita melepas nafasnya, kesal melihatku yang masih bersikukuh mempertahankan Sulu, "kau tahu yang terbaik untuk dirimu kan. Jangan menyakiti diri sendiri untuk orang yang belum tentu siap menjaga hatimu setiap saat! "
"Iya... Iya... "
"Kenapa aku merasa kalau Sulu tidak benar-benar memperjuangkanmu? "
"Diakan terikat dengan adatnya, jadi ya harus begini adanya,"
"Kadang-kadang aku senang melihatmu bahagia bersama Sulu. Tapi, aku masih berpikir kalau Alan adalah yang terbaik,"
"Sudahlah Gita... Tidak mungkin aku memaksakan hatiku," gumamku sambil memutar bola mata.
"Baiklah... Baiklah... "
"Ngomong-ngomong, jika aku berhasil menyelesaikan perkuliahanku selama dua bulan, itu akan berakhir pada bulan juni. Dan pada bulan itulah upacara Kasada akan di adakan lagi,"
"Pengabdi Kasada! "
"Kau mau ikut? Ayo ikutlah, aku mohon, ini demu masa depan sahabatmu!!! " pintaku dengan raut muka memelas dan membuat Nagita tidak tega.
"Baiklah! Kalau begitu aku juga akan mengambil kelas lebih banyak agar selesai dalam waktu dua bulan,"
"Kau memang sahabat terbaikku! Kau daftar di kampus yang sama denganku, di jurusan yang sama pula, bahkan akan mengambil kelas cepatan pula. Wahhh senangnya aku!!! " kemudian aku menertawakan kata-kataku sendiri.
"Sudah jangan gila! "
"Bagaimana kalau hari ini kita pergi ke akademik untuk mengurus administrasi dan memilih kelas?"
"Ide Bagus! Tapi apa tidak terlalu terburu-buru?"
"Tidak! Tentu saja tidak! Ayo... Ayolah.... "
"Ambisimu itu... Selalu saja membuatku tertular," desahnya.
Yup! Akhirnya kami mengurus kelas dan administrasi pada hari itu juga. Keinginan untuk segera menyelesaikan kelas dan kembali ke Bromo akan segera terwujud.
KAMU SEDANG MEMBACA
Penunggang Kuda Tanpa Suara
RomanceGenre : Dark-Romance Terkadang, mengungkapkan cinta dengan lidah membuat semuanya menjadi mudah. Bagaimana jika cinta itu tak pernah terungkapkan dengan kata-kata?